Beradaptasi dengan Digital Hybrid

Fahbi Hidayanto
Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
4 Maret 2022 21:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahbi Hidayanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.shutterstock.com/id/image-photo/kpi-business-data-dashboard-analytics-on-1944284410
zoom-in-whitePerbesar
https://www.shutterstock.com/id/image-photo/kpi-business-data-dashboard-analytics-on-1944284410
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak diragukan lagi, kamu juga akan paham pandemi sudah mengubah cara kita hidup dan beraktivitas. Di mana internet kunci yang menyambung segala interaksi. Dari cara kita bekerja misalnya, karena work form home, kita akan lebih banyak berinteraksi meeting secara virtual. Menonton film pun lebih banyak melalui aplikasi streaming hand phone begitu juga belanja online, sekolah daring, layanan perbankan, hingga konsultasi kesehatan lewat Tele medis.
ADVERTISEMENT
Teknologi digital berkembang lebih pesat disrupsi akan lebih cepat dari yang pernah diprediksikan sebelumnya, di Indonesia laporan terbaru google Temasek dan Bain & company menyebutkan transaksi dengan platform e-commerce melesat sepanjang pandemi. Dibalik itu layanan keuangan digital menjadi kunci, sebab lebih dari 90 persen penjual digital ini disebut sudah menerima pembayaran digital.
Situasi Itu membuat banyak perubahan kebutuhan orang per orang, gaya hidupnya, dan aktivitas ekonomi akan berjalan dengan cara-cara baru. Kontak fisik akan semakin berkurang, sejalan kebutuhan ketahanan kesehatan untuk melewati pandemi layanan keuangan dituntut semakin fleksibel baik itu di rumah, kantor dan tempat-tempat lainnya. Model bisnis berubah adopsi perbankan digital akan tren baru dan lumrah, yang menawarkan mobilitas ke bank di mana saja, fasilitas gaya lama, bank fisik, akan semakin ditinggalkan dan berkurang. Smart phone kita adalah penggantinya, ini itu soal layanan bank bakal tak lepas dari perangkat itu namun tak dapat dipungkiri masih ada jurang pemisah yang lebar soal literasi keuangan digital di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ini benar loh! Banyak orang yang memang sudah menggunakan Smart phone tapi apakah mereka nyaman untuk melakukan transaksi keuangan secara digital? Data OJK mengungkapkan bahwa tingkat literasi keuangan masih berada di 38 persen, berbanding terbalik dengan inklusi keuangan yang telah mencapai 78 persen. Artinya masih banyak sebagian dari tetangga kita yang belum paham benar dan nyaman melakukan transaksi keuangan secara digital risiko tinggi dan rawan korban kejahatan karena itu, tak salah, adopsi perbankan digital wajar nanti berjalan dengan edukasi. Saat fully digital perbankan belum benar-benar siap untuk semua, praktik Hybrid Bank bisa alternatif.
Hybrid bank adalah cara menggabungkan kapab digitailitasl yang masif, tapi masih menyisakan Romansa fisiknya secara maksimal. Ada layanan perbankan digital, Ma tapi dengan human touch Oma ada digital nya, ada unsur layanan personal orangnya. Ibaratnya begini, anggota keluargamu bakal kaget seketika, kalau warung dekat rumah kamu layanannya fully otomatis. Kosong tanpa penjual, kamu cukup ambil dan check - out bayar pakai smart phone tidak ada siapa-siapa lagi, enggak bisa sembarang ngegosip.
ADVERTISEMENT