Konten dari Pengguna

Eksistensi Kerajaan Pengging Pasca Keruntuhan Kerajaan Majapahit

6 Agustus 2024 8:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Muhammad Safii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pemerintahan Kerajaan Pengging (Sumber: https://pixabay.com/photos/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pemerintahan Kerajaan Pengging (Sumber: https://pixabay.com/photos/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut versi Serat Darmogandul, Babad Jaka Tingkir, Babad Demak, dan Babad Cirebon keruntuhan Kerajaan Majapahit dikarenakan serangan Kerajaan Demak, dimana pihak Demak pada waktu itu menobatkan Sunan Ngudung sebagai "Senopati Ing Ngalaga" untuk memimpin penyerbuan ke Kerajaan Majapahit di Wirasebha (M. Iqbal Birsyada, 2016:327).
ADVERTISEMENT
Pada serangan Demak pertama berhasil dihalau oleh pasukan Majapahit yang dipimpin oleh patih Gajah Mada. Menurut Agus Sunyoto (2017) dalam historiografi Jawa, semua patih Majapahit disebut Gajah Mada.
Adapun serangan kedua, gempuran Kerajaan Demak juga berhasil di patahkan oleh Adipati Terung dan Adipati Pengging Andayaningrat yang berperang membela tanah airnya, yaitu Kerajaan Majapahit.
Namun, dalam pertempuran kedua ini menewaskan dua tokoh penting baik dari Demak maupun Majapahit, yaitu Sunan Ngudung senopati Demak dan Andayaningrat Adipati Pengging.
Sepeninggal Sunan Ngudung, pihak Demak memilih Sunan Kudus sebagai senopati dan imam Masjid Agung Demak menggantikan ayahandanya. Sunan Kudus diberi tugas oleh Kerajaan Demak untuk membersihkan sisa kekuatan Majapahit di Kediri, dalam rangka meneruskan tugas ayahnya yang gagal ketika menaklukkan sisa-sisa kekuatan Majapahit di Wirasebha (Agus Sunyoto, 2017:343)
ADVERTISEMENT
Eksistensi Pemerintahan Pengging Pasca Wafatnya Andayaningrat
Pasca gugurnya Adipati Pengging Andayaningrat dan jatuhnya kekuasaan Majapahit ke Demak, Kebo Kenanga putra kedua Andayaningrat berguru kepada Syaikh Siti Jenar bersama dengan Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang, dan Ki Ageng Butuh. Empat sejawat tersebut bersatu menjadi saudara atas kehendak Syaikh Siti Jenar (Abdul Choliq Nawawi, 1998:60).
Merujuk pada Babad Jaka Tingkir, Kerajaan Pengging dibawah kekuasaan Kebo Kenanga, yang kemudian terkenal dengan sebutan Ki Ageng Pengging, didukung oleh sekitar tiga ribu prajurit Pengging-Pajang yang taat padanya (Abdul Choliq Nawawi, 1998:61).
Disamping itu, Kebo Kenanga juga memiliki pengikut tidak lebih dari empat ratus orang yang selalu setia berada didekatnya. Selain mempunyai banyak prajurit dan pengikut setia, Kebo Kenanga juga merupakan koordinator bagi sahabat-sahabatnya seperguruan yang berjumlah empat puluh orang di pesantren pimpinan Syaikh Siti Jenar (Abdul Choliq Nawawi, 1998:61).
ADVERTISEMENT
Alasan Kebo Kenanga Menolak Menghadap Ke Kerajaan Demak
Kebo Kenanga yang merupakan murid kesayangan Syaikh Siti Jenar dikabarkan enggan menghadap ke Kerajaan Demak, berita ini membuat Sultan Demak marah, sehingga mengutus Ki Wanapala untuk menanyakan alasan Kebo Kenanga yang enggan sowan ke Kerajaan Demak.
Setelah bertabayun pada Kebo Kenanga di Pengging, Ki Wanapala melaporkan kepada Sultan Demak bahwa Kebo Kenanga secara lahir tetap ingin beribadah, tetapi didalam batin berniat menjadi raja (Soedjipto Abimanyu, 2017:336)
Sultan Demak kemudian memberikan tenggang waktu pada Kebo Kenanga selama dua tahun, diharapkan Kebo Kenanga dapat berubah pikiran dan bisa datang menghadap Sultan Demak (Noor Sulistyobudi, 2014:304).
Sultan Demak mengutus "Sang Eksekutor" ke Pengging
Setelah lama menunggu sampai dua tahun lamanya, Kebo Kenanga tidak juga menghadap ke Demak, sikap Raja Pengging itu dianggap Sultan Demak sebagai pembangkangan terhadap Kerajaan Demak.
ADVERTISEMENT
Hal itu diperkuat manakala sahabat seperguruannya (Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang, dan Ki Ageng Butuh) membujuk Kebo Kenanga supaya mau menghadap ke Demak, tetapi Kebo Kenanga tetap tidak mau. Oleh karena itu, Sultan Demak mengutus senapatinya, yaitu Sunan Kudus ke Pengging untuk menghukum Kebo Kenanga (Soedjipto Abimanyu, 2017:337)
Sunan Kudus bersama tujuh santrinya berangkat dari Demak menuju Pengging. Sesampainya di kediaman Kebo Kenanga, terjadilah perdebatan sengit tentang masalah keilmuan antara Sunan Kudus dengan Kebo Kenanga dan akhirnya Sunan Kudus memutuskan mengeksekusi Kebo Kenanga dengan cara mengiris siku Kebo Kenanga.
Hal ini dikarenakan Kebo Kenanga tetap bersikeras pada pendiriannya yaitu menolak menghadap ke Kerajaan Demak dengan alasan ingin fokus beribadah (teologis) dan hasrat untuk menjadi raja (politis).
ADVERTISEMENT
Melihat Kebo Kenanga tewas di tangan "sang eksekutor" Sunan Kudus, seluruh rakyat dan prajurit Pengging mengejar Surnan Kudus beserta tujuh santrinya. Sunan Kudus melakukan perlawanan sehingga berhasil meredakan kemarahan rakyat Pengging. Bersamaan dengan itulah seluruh rakyat Pengging tunduk pada Kerajaan Demak (Noor Sulistyobudi, 2014:304).