Konten dari Pengguna

AI sebagai Kunci Transformasi Pelayanan Medis Modern

Fajrul Khairati
Dosen Universitas Adzkia Padang, Konselor Keluarga dan Founder Komunitas Rumah Cahaya
20 Oktober 2024 12:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajrul Khairati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk di bidang kesehatan. Kecerdasan buatan (AI) telah muncul sebagai kekuatan pendorong dalam transformasi pelayanan medis modern. Sebagai seorang penulis yang tertarik pada inovasi dan kemajuan, saya melihat AI bukan hanya sebagai alat, tetapi sebagai kunci yang membuka pintu menuju sistem kesehatan yang lebih efisien, akurat, dan terjangkau.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari McKinsey, penggunaan AI di sektor kesehatan diperkirakan dapat menghasilkan nilai tambahan antara $ 150 miliar hingga $ 250 miliar per tahun pada tahun 2025. Ini menunjukkan potensi yang sangat besar dalam mengurangi biaya operasional serta meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin, AI dapat membantu dalam menganalisis data medis yang kompleks, memberikan diagnosis yang lebih akurat, dan menyarankan rencana perawatan yang lebih personal.
Ilustrasi AI dalam pelayanan medis modern. Foto: Freepik
Salah satu contoh nyata dari penerapan AI dalam pelayanan medis adalah dalam diagnosis penyakit. Misalnya, perusahaan seperti Zebra Medical Vision dan Aidoc telah mengembangkan sistem AI yang mampu menganalisis hasil pemindaian medis, seperti CT scan dan MRI, dengan akurasi yang tinggi. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature, AI terbukti dapat mendeteksi kanker payudara dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dokter radiologi manusia. Hal ini tidak hanya mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk diagnosis, tetapi juga meningkatkan peluang pasien untuk mendapatkan pengobatan yang tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun potensi AI sangat besar, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah kebutuhan untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia masih tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang dasar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa AI tidak menjadi alat yang memperlebar kesenjangan antara yang kaya dan miskin, tetapi sebaliknya, menjadi jembatan untuk meningkatkan akses kesehatan bagi semua.
Lebih jauh lagi, penggunaan AI dalam pelayanan medis juga mengharuskan kita untuk memperhatikan aspek etika. Bagaimana kita memastikan bahwa data pasien digunakan dengan cara yang aman dan tidak melanggar privasi? Di sinilah peran regulasi dan kebijakan pemerintah sangat penting. Negara-negara seperti Inggris telah mengambil langkah-langkah untuk membangun kerangka regulasi yang jelas untuk penggunaan AI di sektor kesehatan, termasuk standar untuk perlindungan data pasien.
ADVERTISEMENT
Pendidikan juga menjadi faktor kunci dalam transisi ini. Tenaga medis perlu dilatih untuk bekerja dengan teknologi AI, dan pendidikan kedokteran harus memasukkan pembelajaran tentang AI dan teknologi terkait. Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard Business Review menunjukkan bahwa 87% tenaga kesehatan merasa perlu dilatih dalam penggunaan teknologi baru, termasuk AI. Tanpa pelatihan yang memadai, potensi AI tidak akan sepenuhnya dimanfaatkan.
Salah satu aplikasi menarik dari AI dalam pelayanan medis adalah dalam pengelolaan penyakit kronis. AI dapat membantu pasien dalam mengelola kondisi mereka dengan lebih baik melalui aplikasi kesehatan yang dilengkapi dengan fitur pemantauan dan pengingat. Misalnya, pasien diabetes dapat menggunakan aplikasi yang mengingatkan mereka untuk memeriksa kadar gula darah mereka dan memberikan saran berdasarkan data yang diambil. Hal ini memungkinkan pasien untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi tentang kesehatan mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, AI juga berperan dalam penelitian medis. Dengan analisis data besar, peneliti dapat mengidentifikasi pola yang mungkin tidak terlihat sebelumnya. Contohnya, penggunaan AI dalam penelitian obat baru dapat mempercepat proses pengembangan obat hingga 50%. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam The Lancet menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam penelitian klinis dapat meningkatkan kecepatan perekrutan peserta dan meningkatkan efisiensi keseluruhan.
Namun, penting untuk diingat bahwa AI bukanlah pengganti dokter atau tenaga medis. Teknologi ini seharusnya berfungsi sebagai alat pendukung yang meningkatkan kemampuan tenaga medis dalam memberikan pelayanan yang terbaik. Seperti yang dinyatakan oleh Dr. Eric Topol, seorang ahli di bidang kedokteran digital, “AI akan menjadi rekan, bukan pengganti, dalam memberikan perawatan medis yang berkualitas.”
ADVERTISEMENT
Melihat ke depan, saya percaya bahwa AI akan terus memainkan peran yang semakin penting dalam transformasi pelayanan medis. Dengan kemajuan yang terus berlanjut dalam teknologi, kita berada di ambang era baru dalam kesehatan, di mana diagnosis cepat dan pengobatan yang dipersonalisasi menjadi hal yang umum. Namun, perjalanan ini tidak akan mudah. Kita harus bersiap untuk mengatasi tantangan yang muncul, termasuk masalah privasi, etika, dan aksesibilitas.
Sebagai masyarakat, kita harus mendukung inovasi dalam kesehatan dan memberikan perhatian terhadap bagaimana teknologi ini digunakan. Pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa AI digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan hanya untuk menghasilkan keuntungan. Dengan pendekatan yang bijak dan terencana, AI dapat menjadi kunci dalam transformasi pelayanan medis modern, menjadikan kesehatan yang lebih baik sebagai hak bagi semua orang, bukan sekadar privilese.
ADVERTISEMENT
Dalam kesimpulan, saya optimis bahwa dengan menerapkan teknologi AI secara bertanggung jawab, kita dapat mencapai sistem kesehatan yang lebih inklusif, efisien, dan berkualitas. Ini bukan hanya masa depan pelayanan medis, tetapi juga harapan untuk kehidupan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.