Fanfiction, Sebuah Pilihan untuk Sejenak Melarikan Diri dari Hiruk Pikuk Dunia

Fakhriya Azzahra
mahasiswa
Konten dari Pengguna
11 Mei 2021 10:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhriya Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membaca fanfiction dapat menjadi salah satu sarana 'melarikan diri' dari hiruk pikuk dunia. (Foto: Mika Baumeister/Unsplash).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca fanfiction dapat menjadi salah satu sarana 'melarikan diri' dari hiruk pikuk dunia. (Foto: Mika Baumeister/Unsplash).
ADVERTISEMENT
Serial WandaVision yang diproduksi oleh Marvel Studios baru saja rilis Januari 2021 kemarin. Pada tayangan ini (hati-hati spoiler untuk kamu yang belum menonton) memperlihatkan bagaimana Wanda Maximoff atau Scarlet Witch unjuk gigi kemampuannya menciptakan sebuah realitas baru, berbeda dengan kehidupan asli yang ia miliki. Semua yang terjadi dalam realitasnya, mampu dikendalikan atas kuasa Wanda.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Wanda seolah-olah melarikan diri dari kehidupannya dengan menciptakan realitas baru sesuai keinginannya, membuat saya teringat dengan fanfiction. Pernah mendengar istilah tersebut?
Fanfiction atau fiksi penggemar merupakan sebuah karya berupa cerita fiksi yang diciptakan oleh penggemar kepada idolanya, baik kepada tokoh manusia di kehidupan nyata maupun karena suatu karya lain seperti film, serial televisi, bahkan buku bacaan. Karya sebuah fanfiction umumnya lahir dari imajinasi penggemar. Seperti bentuk cerita pada umumnya, fanfiction juga dilengkapi berbagai macam genre.
“Untuk memenuhi imajinasi kita terhadap idol K-Pop,” ujar Andien, mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran, saat ditanya alasannya membaca fanfiction. Ia mengaku telah mengenal fanfiction sejak masih di bangku sekolah dasar. Berawal dari rasa penasaran, sampai keasyikan.
ADVERTISEMENT
Tak jauh berbeda dengan Andien, Ratasya yang juga merupakan seorang penikmat fanfiction sepakat bahwa fanfiction mampu memberikannya hiburan berupa imajinasi, atau sebutan di remaja seusianya adalah “ngehalu” dari kata halusinasi atau dengan kata lain berkhayal.
Lantas, adakah dampak negatif dari membaca fanfiction?
“Negatifnya, sih, jadi kayak kabur dari realitas, ya. Soalnya kalau aku sendiri, kalau banyak baca AU (Alternate Universe) berarti tandanya aku lagi stres sama dunia aku yang sekarang dan beralihnya ke AU,” begitu kata Andien yang juga mengaku jalan ceritanya mudah mempengaruhi emosinya hingga terbawa ke dunia nyata. Berbeda dengan Andien, Ratasya mengungkapkan kegiatan membaca fanfiction mampu membuatnya ketagihan hingga lupa waktu.
Tetapi, mereka berdua sepakat bahwa fanfiction mampu memberikan manfaat positif. Seperti pesan moral dalam cerita dan wawasan yang sebelumnya tidak diketahui. Pemenuhan emosi atau menjadi moodbooster juga menjadi salah satu poin plus dari kegiatan membaca fanfiction.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Hal ini Dilihat dari Kacamata Psikolog?
Psikolog Klinis, Ika Amalia Kusumawardhani, menjelaskan membaca memiliki efek positif dapat melepaskan stres atau kepenatan. “ketika kita membaca buku, menulis, itu bisa menjadi penyaluran kita terhadap emosi-emosi yang positif maupun yang negatif,” ujarnya.
Hal ini jelas banget seperti yang dialami oleh Samina, Karyawan Swasta yang juga penulis fanfiction. Hampir sama seperti Wanda Maximoff yang terpukul dengan kematian pasangannya di akhir cerita (hati-hati spoiler lagi), karya fanfiction-nya yang bercerita tentang seri The Maze Runner tercipta karena dia terpukul dengan akhir cerita yang tidak sesuai ekspektasinya.
Melalui fanfiction, Samina bebas menuangkan alternative ending yang ia inginkan. Alih-alih menggunakan sihir seperti Scarlet Witch, Samina mencoba mengopi gaya menulis sang penulis asli demi memberi kesan tulisannya bukan sekadar fanfiction, tetapi seperti membaca kelanjutan cerita dari penulis aslinya.
ADVERTISEMENT
Nah, menurut Ika, kegiatan membaca maupun menulis fanfiction ini sebenarnya bisa menjadi salah satu sarana katarsis. Apa, sih, katarsis itu?
“Katarsis adalah untuk melepaskan emosi-emosi atau tekanan-tekanan yang selama ini dihadapi. Karena bagaimanapun juga kalau emosi-emosi tersebut tidak dilepaskan melalui katarsis-katarsis tersebut, maka emosi itu akan menumpuk. Justru malah (bisa) membuat gangguan,” tuturnya.
Mengutip dari jurnal “Kajian Literatur Psikologi Katarsis sebagai Bentuk Ekspresif Diri Mahasiswa Pada Masa Pandemi Covid-19”, menurut Elvina (2005) Katarsis bermanfaat untuk menghilangkan atau mengubah kebiasaan, menghilangkan kepercayaan negatif, mengurangi rasa sakit, memasukkan sugesti positif, mengurangi stres pascatrauma, dan membuat jiwa menjadi tenang.
Kegiatan katarsis ini bisa beranekaragam, tidak hanya membaca maupun menulis, karena menyesuaikan dengan kepribadian dan karakteristik seseorang. Tapi, memang pada dasarnya segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Bahaya apabila kita tidak tahu cara berkartasis yang tepat. Atau jika kita tidak memiliki pengendalian diri yang baik. Karena seharusnya katarsis dilakukan dengan cara yang tidak merugikan.
ADVERTISEMENT
Gak berlaku hanya ke fanfiction, tapi ke semua buku. Misalnya kecanduan sampai lupa waktu, itu perlu dipertanyakan apakah dia sedang dalam kondisi psikologis seperti apa. Mungkin saja ketika seseorang seperti itu, dia sedang dalam kondisi psikologis yang butuh bantuan. Karena dia tidak tahu cara lain untuk menghadapi masalahnya, atau dia gak tau cara berkartasis yang sesuai porsinya,” jelas Ika.
Ika juga menjelaskan bahwa sebuah karya tulis mampu mempengaruhi dan mengubah persepsi seseorang akan sesuatu. Seperti penulis yang menggunakan tulisannya untuk mengedukasi seseorang dan menyalurkan ide-ide yang dimilikinya.
Ika mengambil contoh mengenai penulis yang selalu mengangkat isu gender, “mungkin saja sebenarnya dia memiliki sebuah misi, yaitu membuat orang-orang untuk memahami sudut pandang seseorang yang memiliki preferensi seksual tertentu itu di kehidupannya seperti apa,” jelas Ika.
ADVERTISEMENT
Penjelasan oleh Ika ini persis seperti apa yang Hani, seorang pengarang fanfiction yang juga merupakan penggemar dari boyband Korea BTS (Bangtan Sonyeondan) lakukan. Ia mengaku menulis fanfiction mengenai idolanya agar bisa mempengaruhi pembacanya melihat BTS dari sudut pandang yang baru,
“Di sana aku menceritakan bagaimana perjuangan BTS sebagai idol, dan dari feedback yang kudapatkan, banyak juga orang yang menerima pesan moral di ceritaku dengan lancar, bahwasanya menjadi idol itu enggak semudah yang dilihat. Apalagi aku kasih (lihat) perjuangan para member di sana,” pungkas Hani.
Pentingnya Pembaca dan Penulis yang Bijak
Mengutip dari Liputan6, pada Januari 2021 lalu, petisi yang menyerukan larangan fanfiction seksual dan pornografi mengenai Idol K-pop sedang hangat diperbincangkan. Ulah para oknum yang menulis pornografi dibalut dengan nama-nama karakter idol ini bikin Hani geleng-geleng kepala. Mirisnya, penggemar cerita ini malah lebih banyak. Dampaknya banyak orang yang memandang sebelah mata bahwa fanfiction menjadi manuskrip pelecehan seorang penggemar ke idolanya.
ADVERTISEMENT
“Imbasnya, para penulis fanfiction yang berkecimpung di genre aman seperti aku malah ikut terseret,” imbuhnya.
Melalui keresahan yang dialaminya, mengantarkan Hani bersama teman-temannya membangun sebuah komunitas menulis fanfiction bernama Kampanye LFFL (Let’s Fix Fanfic Literature). “di mana di sana kita juga memberi arahan yang baik bagi para pengikutnya tentang bagaimana fan-fiksi yang layak, yang enggak hanya modal halu dan melecehkan idol saja,” jelas Hani.
Hani berpesan, meski tidak ada hukum tertulis, tapi penting bagi seorang penulis memiliki kesadaran diri untuk tidak menjadikan idolanya sebagai objek seks semata, terlebih jika ada niat untuk dikomersilkan.
“Sebetulnya aku setuju tentang pelarangan cerita porno yang dibungkus dengan sampul fanfiction ini, karena arahnya sudah pelecehan. Mirisnya, fanfiction begini malah masih ada yang diperjualbelikan di toko buku. Pakai sampul ilustrasi idolanya, lalu isinya cerita mature yang beradegan ranjang dengan cewek,” ungkap perempuan yang juga editor di salah satu penerbit tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam sisi psikologis, ketika seseorang telah siap secara mental membaca suatu karya yang ekstrem, tentu tidak akan menjadi masalah, “tapi khususnya bagi remaja yang belum siap untuk membaca karya seperti itu maka itu akan menimbulkan tekanan-tekanan tersendiri yang pada akhirnya harus dilepaskan.
Dalam arti, pertama dia harus bertanya, kedua dia harus eksplorasi apakah hal itu terjadi, ketiga pendampingan orang dewasa bahwa cerita itu hanya sekadar fantasi yang dibuat seorang fans untuk penghargaan kepada idolanya.” jelas Ika.
Sebagai konsumen fanfiction, perlu diingat bahwa kita memiliki kontrol untuk memilah mana saja konten yang aman dan nyaman untuk dikonsumsi. Dalam hal ini, penting memiliki kebijakan dalam diri, salah satunya kesiapan mental tentang pemahaman apa yang dibaca itu hanya fiksi semata.
ADVERTISEMENT
Ibarat rest area di jalan tol, fanfiction lebih cocok menjadi tempat bersinggah sementara dan bukan untuk menetap. Meski terbukti ampuh dapat membuat kita sejenak melarikan diri dari penatnya kehidupan nyata dan hiruk pikuk dunia, tapi perlu diingat, jangan sampai kita asyik berlari terlalu lama hingga lupa tempat berpijak yang seharusnya.