Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Dunia Tanpa Tunai: Mimpi atau Nightmare?
30 Desember 2024 11:41 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Fatasya Rizki Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia tanpa tunai (cashless society) telah menjadi salah satu visi masa depan yang semakin nyata di era digital. Kemajuan teknologi keuangan seperti e-wallet, kartu kredit, dan pembayaran berbasis QR code telah mengubah cara kita bertransaksi. Di banyak negara, terutama yang sudah maju, penggunaan uang tunai semakin menurun dan digantikan oleh metode pembayaran digital yang lebih praktis dan cepat. Indonesia juga turut serta dalam mengikuti tren ini dengan berbagai program untuk meningkatkan inklusi keuangan digital. Namun, seiring dengan optimisme tersebut, muncul juga kekhawatiran tentang tantangan dan risiko yang mungkin dihadapi dalam perjalanan menuju dunia tanpa tunai. Pertanyaannya, apakah cashless society ini akan menjadi mimpi indah bagi semua orang atau justru malah menjadi mimpi buruk bagi sebagian kalangan?
ADVERTISEMENT
A. Keuntungan Dunia Tanpa Tunai
1) Efisiensi dan Kemudahan
Salah satu manfaat utama dari dunia tanpa tunai adalah efisiensi yang ditawarkan. Dengan memanfaatkan e-wallet atau kartu kredit, konsumen tidak perlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar, sehingga mengurangi kemungkinan kehilangan atau pencurian. Proses transaksi menjadi lebih cepat, baik dalam hal pembelian barang, pembayaran tagihan, maupun transfer antar individu. Dengan adanya teknologi QR code, pedagang kecil pun kini dapat menerima pembayaran digital tanpa memerlukan mesin EDC (Electronic Data Capture) yang mahal.
Di dunia bisnis, penerapan sistem pembayaran digital juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas. Waktu yang biasanya dihabiskan untuk menghitung uang tunai atau mengelola kembalian dapat digunakan untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti meningkatkan layanan kepada pelanggan. Menurut laporan McKinsey & Company (2023), negara yang menerapkan pembayaran digital secara luas mengalami peningkatan produktivitas ekonomi hingga 3-5% per tahun.
ADVERTISEMENT
2) Keamanan
Dunia tanpa tunai menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem berbasis uang fisik. Ancaman pencurian atau perampokan yang sering kali mengintai pengguna uang tunai bisa dikurangi. Selain itu, banyak aplikasi e-wallet dan layanan perbankan digital kini dilengkapi dengan fitur keamanan seperti enkripsi, otentikasi biometrik, dan notifikasi real-time.
3) Transparansi Keuangan
Transparansi merupakan salah satu manfaat utama dari sistem tanpa uang tunai. Setiap transaksi yang dilakukan secara digital dicatat secara otomatis, sehingga pemerintah dapat dengan mudah memantau aktivitas ekonomi. Ini berkontribusi dalam mengatasi praktik ekonomi ilegal, seperti pencucian uang dan penghindaran pajak. Dengan adanya transparansi, pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter menjadi lebih efisien karena data keuangan tersedia secara akurat.
ADVERTISEMENT
4) Kemajuan Ekonomi Digital
Cashless society juga berkontribusi pada perkembangan ekonomi digital. Di negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan pembayaran digital melalui e-wallet seperti GoPay, OVO, dan Dana telah meningkatkan aksesibilitas keuangan, memungkinkan lebih banyak individu untuk menikmati layanan keuangan modern. Menurut Bank Indonesia (2023), penerapan sistem pembayaran digital telah membawa lebih dari 30% populasi yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank untuk terintegrasi ke dalam sistem keuangan formal.
B. Tantangan dan Risiko Dunia Tanpa Tunai
1) Ketimpangan Digital
Meskipun dunia tanpa tunai memberikan banyak keuntungan, tantangan utama yang dihadapi adalah ketimpangan digital. Tidak semua segmen masyarakat memiliki akses atau kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi ini. Kelompok masyarakat yang kurang mampu, orang tua yang sudah lanjut usia (lansia), atau mereka yang tinggal di daerah terpencil sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan perangkat seperti smartphone atau koneksi internet yang stabil. Ketidaksetaraan ini dapat memperburuk ketidakadilan sosial dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Menurut World Economic Forum (2022), lebih dari 40% populasi dunia masih belum memiliki akses yang memadai terhadap teknologi digital. Jika masalah ini tidak ditangani dengan serius, cashless society dapat mengucilkan kelompok-kelompok tersebut dari sistem keuangan, sehingga membuat mereka semakin terpinggirkan.
2) Keamanan Data dan Privasi
Penerapan sistem pembayaran digital juga membawa risiko besar dalam hal keamanan data dan privasi. Kasus pencurian data, peretasan akun, dan cybercrime lainnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya transaksi digital. Ketergantungan pada teknologi membuat data pribadi pengguna lebih rentan terhadap penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Menurut laporan Norton (2023), 45% pengguna layanan digital pernah mengalami kebocoran data, yang mencakup informasi pribadi hingga rincian finansial. Hal ini menunjukkan bahwa dunia tanpa tunai memerlukan sistem keamanan yang jauh lebih kuat untuk melindungi penggunanya.
ADVERTISEMENT
3) Ketergantungan Teknologi
Ketergantungan terhadap infrastruktur teknologi merupakan salah satu kelemahan utama dalam sistem pembayaran non-tunai. Apabila terjadi gangguan pada jaringan internet atau sistem pembayaran, transaksi digital tidak dapat dilaksanakan, yang berdampak pada gangguan aktivitas ekonomi. Situasi seperti pemadaman listrik atau serangan siber yang dapat mengganggu sistem perbankan digital menjadi ancaman yang sangat serius.
4) Kehilangan Kontrol Finansial
Dunia tanpa tunai juga berisiko memusatkan kendali ekonomi pada perusahaan teknologi besar dan institusi perbankan. Dalam sistem ini, masyarakat harus bergantung pada layanan yang disediakan oleh segelintir perusahaan. Tanpa adanya regulasi yang cukup, kondisi ini bisa menyebabkan terbentuknya monopoli dan mengurangi kebebasan finansial individu.
C. Kondisi di Negara Berkembang vs. Negara Maju
ADVERTISEMENT
Negara maju, seperti Swedia dan Singapura, telah menunjukkan bahwa dunia tanpa tunai dapat berjalan dengan baik jika infrastruktur digital yang diperlukan telah tersedia. Di negara-negara ini, tingkat literasi digital masyarakatnya tinggi, dan akses terhadap teknologi seperti smartphone serta internet sangat merata.
Sebaliknya, di negara berkembang seperti Indonesia, tantangan menuju dunia tanpa tunai (cashless society) jauh lebih kompleks. Selain adanya ketimpangan digital, rendahnya literasi keuangan juga menjadi hambatan yang besar. Banyak masyarakat di pedesaan yang masih bergantung pada uang tunai karena kurangnya kepercayaan atau pemahaman terhadap sistem keuangan digital.
Berdasarkan laporan World Bank (2023), hanya sekitar 50% populasi di negara berkembang yang memiliki akses ke rekening bank, sedangkan di negara maju angkanya lebih dari 90%. Perbedaan ini menunjukkan bahwa perjalanan menuju dunia tanpa tunai di negara berkembang membutuhkan waktu dan pendekatan/strategi yang berbeda.
ADVERTISEMENT
D. Kesimpulan: Mimpi atau Nightmare?
Dunia tanpa tunai merupakan visi masa depan yang menjanjikan jika diterapkan dengan memperhatikan inklusivitas, keamanan, dan infrastruktur yang memadai. Keuntungan seperti efisiensi, keamanan, dan transparansi dalam sektor keuangan dapat menghasilkan perubahan positif yang signifikan. Namun, jika tantangan seperti ketimpangan digital, risiko keamanan, dan ketergantungan pada teknologi tidak diatasi, masyarakat tanpa uang tunai bisa menjadi masalah bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang tidak siap menghadapi perubahan ini.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan inklusif agar semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari dunia tanpa tunai. Langkah-langkah penting yang harus diambil mencakup edukasi literasi digital, investasi dalam infrastruktur teknologi, dan penerapan regulasi yang kuat untuk menciptakan dunia tanpa tunai yang adil dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Referensi: