Konten dari Pengguna

Beauty Insecurities: Sebuah Refleksi Tentang Ketidakamanan Konstruksi Masyarakat

Riska Rahayu Roisiah
Peneliti Surabaya Academia Forum Universitas Muhammadiyah Surabaya
2 Juli 2024 10:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Rahayu Roisiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar influencer Instagram mengedit gambar mereka: menghaluskan kulit, memutihkan gigi, dan membentuk lekuk tubuh. Kecantikan telah menjadi salah satu aspek yang sangat dijunjung tinggi dalam masyarakat modern. Definisi kecantikan yang ditentukan oleh media, budaya pop, dan norma sosial seringkali menempatkan standar yang sulit dicapai oleh banyak orang. Akibatnya, banyak individu mengalami ketidakamanan atau insekuritas terkait penampilan fisik mereka, yang dikenal sebagai beauty insecurities.
ADVERTISEMENT
Sebagai ilustrasi, mari kita selidiki suatu persoalan yang sangat membebani hati saya. Berikut ini adalah sesuatu yang mempengaruhi bagi kita semua tanpa memandang usia, latar belakang atau status sosial. Ini adalah masalah mengapa kita harus memakai riasan. Mengapa kita yakin bahwa kita tidak menarik? Sejak kapan kita bersedia menghabiskan ratusan ribu rupiah untuk membeli concealer berukuran 10ml? Kita benci pori-pori karena terlalu terbuka. Kita benci alis dan bulu mata karena tidak cukup panjang dll. Dan apa yang kita lakukan? Kita pergi membeli bulu mata palsu yang dibagikan oleh Youtuber favorit masing-masing. Dalam praktiknya, membebaskan diri kita dari realitas tubuh kita berarti meningkatkan ketergantungan pada bahan kimia yang bertujuan mencari keuntungan dan prosedur invasif.
sumber gambar: shutterstock
Pada dasarnya perempuan mengetahui secara langsung tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan yang tidak realistis. Industri kecantikan melanggengkan tekanan ini dengan meyakinkan kita bahwa kita harus mengubah natural beauty kita agar dapat diterima dan diinginkan.
ADVERTISEMENT
Origins dan Evolusi Standar Kecantikan
Standar kecantikan tidak bersifat universal; mereka sangat bervariasi antar budaya dan periode sejarah. Apa yang dianggap indah di suatu zaman atau masyarakat mungkin berbeda sama sekali di zaman atau masyarakat lain. Standar tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain nilai budaya, peristiwa sejarah, dan kondisi perekonomian.
Historical Perspectives : Di Yunani kuno, kecantikan dikaitkan dengan simetri, proporsi, dan awet muda. Periode Renaisans di Eropa merayakan figur yang lebih lengkap sebagai simbol kekayaan dan kesuburan. Sebaliknya, pada abad ke-20 dan ke-21 terdapat preferensi terhadap tubuh langsing, khususnya dalam budaya Barat
Pengaruh Budaya: Budaya yang berbeda memiliki cita-cita kecantikan yang berbeda. Misalnya, kulit cerah sering kali dihargai di banyak masyarakat Asia karena sejarahnya dikaitkan dengan kelas dan status. Di beberapa budaya Afrika, bentuk tubuh yang lebih penuh dianggap sebagai indikator kesehatan dan kemakmuran.
ADVERTISEMENT
Media dan Teknologi: Munculnya media dan teknologi telah secara signifikan membentuk standar kecantikan modern. Menjamurnya gambar di majalah, televisi, dan yang terbaru, media sosial, telah menciptakan standar kecantikan global yang seringkali sempit dan eksklusif. Pengeditan dan filter foto semakin mendistorsi cita-cita ini, menghadirkan gambaran kesempurnaan yang bahkan lebih sulit dicapai.
Dampak Standar Kecantikan pada Individu
Standar kecantikan dapat berdampak luas pada individu, memengaruhi harga diri, perilaku, dan kesehatan mental mereka. Standar kecantikan, yang dibentuk oleh pengaruh budaya, sejarah, dan media, mempunyai dampak signifikan terhadap individu dan masyarakat. Meskipun standar-standar ini dapat mendorong perilaku sosial dan konsumerisme, standar-standar ini juga berkontribusi terhadap ketidakpuasan terhadap tubuh, masalah kesehatan mental, dan diskriminasi sosial.
ADVERTISEMENT
Harga Diri dan Citra Tubuh: Paparan terus-menerus terhadap gambaran ideal dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh dan rendahnya harga diri. Banyak orang merasa bahwa mereka tidak memenuhi standar-standar ini, sehingga menimbulkan perasaan tidak mampu dan tidak berharga. Standar kecantikan dapat melanggengkan diskriminasi dan pengucilan, khususnya terhadap mereka yang tidak sesuai dengan idealisme dominan. Hal ini dapat mencakup bias ras, etnis, dan ukuran tubuh, yang mengarah pada marginalisasi dan ketidaksetaraan.
Kesehatan Mental: Tekanan untuk mematuhi standar kecantikan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan. Keinginan untuk mendapatkan penampilan tertentu dapat mendorong individu untuk melakukan perilaku berbahaya, termasuk diet ekstrem, olahraga berlebihan, dan bedah kosmetik. Industri kecantikan dan mode memanfaatkan standar kecantikan masyarakat, mempromosikan produk dan layanan yang dirancang untuk membantu individu mencapai penampilan yang diinginkan. Hal ini mendorong konsumerisme dan dapat menyebabkan pengeluaran finansial yang signifikan untuk produk dan prosedur kecantikan.
ADVERTISEMENT
Perilaku Sosial: Standar kecantikan juga mempengaruhi interaksi dan peluang sosial. Orang yang memenuhi standar ini sering kali menerima lebih banyak perhatian positif, yang dapat menghasilkan keuntungan sosial dan profesional. Sebaliknya, mereka yang tidak patuh akan menghadapi diskriminasi dan bias.
Mempromosikan keberagaman, mendukung sikap positif terhadap tubuh, mengedukasi masyarakat, dan menerapkan kebijakan peraturan, masyarakat dapat bergerak menuju pemahaman kecantikan yang lebih inklusif dan realistis. Mengenali dan menghargai beragam bentuk kecantikan dapat membantu menumbuhkan masyarakat yang lebih sehat dan adil. Menerapkan kebijakan yang mengatur periklanan dan representasi media dapat membantu mengurangi prevalensi standar kecantikan yang tidak realistis. Mendorong praktik periklanan yang etis dan transparansi dalam penggunaan pengeditan foto juga dapat membawa perbedaan. Media dan industri harus merangkul dan mempromosikan representasi kecantikan yang beragam, termasuk tipe tubuh, warna kulit, dan fitur wajah yang berbeda. Merayakan keberagaman dapat membantu memperluas persepsi masyarakat tentang keindahan.
ADVERTISEMENT