Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Green Sukuk: Peran Nyata Islamic Finance dalam Sustainable Development Goals
17 November 2022 8:46 WIB
Diperbarui 6 Desember 2022 10:17 WIB
Tulisan dari Fifit Fitriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sustainable development goals atau pembangunan berkelanjutan menjadi kerangka acuan suatu negara untuk menyejahterakan masyarakat secara nasional dan global. Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana penanganan perubahan iklim dan mengatasi dampaknya yang sangat terasa. Perubahan iklim menjadi agenda besar yang diperhatikan oleh semua negara karena berdampak pada pembangunan . Dampak yang terasa antara lain kenaikan suhu yang dirasakan yang menyebabkan panas dan mencairnya es di kutub membuat permukaan air laut naik dan beberapa pemukiman dekat pantai terendam, curah hujan tinggi, kebakaran dan kurangnya air bersih.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, target pengurangan emisi gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim pada tahun 2030 sebesar 29%. Butuh biaya yang besar untuk mencapai target tersebut. Pada periode 2016 - 2019 belanja yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk perubahan iklim sebesar Rp 373,5 triliun namun baru memenuhi kebutuhan pembiayaan sebesar 34% dari target yang dibutuhkan. Untuk memenuhi target sebesar 29% tentunya membutuhkan anggaran yang lebih besar lagi.
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh keuangan islam untuk mengatasi perubahan iklim dan kekurangan APBN yang digunakan untuk penanganan perubahan iklim yaitu dengan instrumen sukuk. Investasi Sukuk ini tidak hanya diminati oleh pasar Indonesia namun sampai ke pasar global . Green sukuk atau sukuk hijau hadir sebagai salah satu instrumen keuangan syariah untuk membantu penanganan perubahan iklim. Underlying asset atau proyek-proyek yang akan dibiayai sukuk hijau ini berbeda dengan sukuk pada umumnya. Sukuk hijau akan fokus membiayai proyek-proyek untuk menangani dampak perubahan iklim seperti pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, efisiensi energi, bangunan hijau, pariwisata hijau, transportasi berkelanjutan, pengelolaan limbah berkelanjutan, energi berkelanjutan dan energi limbah. Proyek-proyek yang didanai oleh sukuk hijau harapannya bisa mengurangi dampak perubahan iklim yang ekstrim dan membantu pertumbuhan ekonomi baik negara atau global.
ADVERTISEMENT
Sejak diterbitkan green sukuk pertama kali pada Maret 2018 sampai dengan November 2021, green sukuk telah membiayai lebih dari Rp 10 triliun proyek-proyek penghijauan untuk penanganan perubahan iklim. Contoh proyek-proyek yang didanai pada tahun 2020 berupa pengembangan energi terbarukan khususnya listrik dengan pembuatan panel surya, pengendalian banjir dengan membuat tanggul, kolam retensi dan kanal banjir selain itu juga penambahan jalur transportasi umum berupa kereta api agar mengurangi polusi penggunaan kendaraan pribadi. Sedangkan proyek tahun 2021 yaitu pembangunan unit tampungan air embung, bendungan dan danau untuk ketersediaan air bersih, jalur komuter Jabodetabek dan jalur ganda jawa selatan. Pada tahun 2022 proyek yang dibiayai green sukuk ini diantaranya Light Rail Transit (LRT) Kota Palembang. Bangunan hijau berupa Pasar Tradisional Aksara di Kota Medan. Pembangunan pelindung pantai di Kota Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Melihat bagaimana besarnya manfaat green sukuk diatas. Bagi yang tertarik untuk berinvestasi dengan green sukuk. Saat ini pemerintah juga sedang menawarkan sukuk hijau berupa sukuk tabungan seri 009 sejak 11 november 2022 dan akan berakhir 30 November 2022. Imbal hasil yang ditawarkan sebanyak 6,15% dengan tenor 2 tahun atau jatuh tempo pada 10 November 2024. Tidak perlu risau karena investasi green sukuk ini bisa dari Rp 1 juta sampai dengan maksimal Rp 2 Miliar. Tunggu apalagi ayo, investasi dan tunjukkan peranmu dalam penanganan perubahan iklim di SDGs.