Konten dari Pengguna

Menakar Keberlanjutan Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Peluang Jangka Panjang

Fikri Ahmad Faadhilah
Hobi: rebahan dan baca buku. Profesi : Mahasiswa. Insitusi Pendidikan: UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
13 Juni 2024 12:17 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikri Ahmad Faadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembelajaran dan kurikulum merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Kurikulum merupakan rencana atau pengaturan berisi tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sejalan dengan itu menurut (Setiawati, 2022) menyebutkan bahwa kurikulum adalah program pendidikan dan bukan program pengajaran,sehingga program itu dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar Sementara itu, Pembelajaran menurut (Ahdar Djamaluddin, 2019) adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
ADVERTISEMENT
Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode dan teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dengan begitu, kurikulum berperan penting dalam pembelajaran karena menjadi acuan bagi guru dan siswa dalam mengembangkan dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sumber foto: www.pixabay.com
Kurikulum juga menjadi landasan bagi pengembangan bahan ajar, penyusunan materi pembelajaran, serta evaluasi dan pengukuran hasil belajar siswa. Kurikulum tidak hanya sebatas bidang studi yang termuat didalamnya maupun kegiatan belajarnya saja, tetapi mencakup segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik yang sesuai dengan tujuan Pendidikan yang akan dicapai sehingga dapat meningkatkan kualitas Pendidikan.
ADVERTISEMENT
Kurikulum merdeka sebuah mimpi yang diciptakan dari pemerintah untuk masyarakat nya pada sektor pendidikan. Dari awal kemunculannya, banyak sekali yang mengatakan bahwa sistem ini akan menjadi sistem yang gemilang. Terlebih, untuk generasi yang akan dikatakan sebagai penerus dari generasi sebelumnya, yakni bernama generasi emas 2045. Akan mengganti posisi-posisi sentral yang dulu pernah diisi oleh generasi sebelumnya. Mungkin ada yang akan menjadi dokter, perawat, tentara, menteri, RT, RW ataupun presiden dan lain-lain.
Sumber foto: www.pixabay,com
Semangat kemerdekaan dan perubahan yang merasuki masa lalu pendidikan Indonesia diperluas melalui program “Merdeka Belajar”. Dengan demikian, program ini menangkap semangat reformasi yang telah memainkan peran penting dalam sejarah pendidikan Indonesia. Konsep dan tujuan dari program ini didasari oleh berbagai sudut pandang mengenai perkembangan pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Inisiatif “Merdeka Belajar” mewujudkan semangat kemerdekaan Indonesia yang telah merasuk ke dalam dunia pendidikan Indonesia. Sejak masa perjuangan kemerdekaan, pendidikan telah menjadi senjata untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Kurikulum di sini memanfaatkan ide kebebasan dalam pendidikan, memungkinkan siswa untuk mencapai potensi penuh mereka.
Terlepas dari itu, Genapnya usia Indonesia ditahun 2045 akan berumur 100 tahun. Dan biasanya sebuah negara yang sudah berumur 100 tahun, bisa dikatakan sudah matang dari bidang ekonomi, sosial, politik, kesehatan, hukum, dan lain-lain. Itu semua bisa dilakukan asal dari kita semua yakni generasi yang akam menganggantikan posisi orang sebelumnnya, tentu harus mempersiapkan diri. Tidak hanya sekedar soft skill ataupun hardskill saja, ada kemampuan-kemampuan yang perlu diasah, seperti contohnya; komunikasi, manajemen, daya kritis, pengambil keputusan, dan lain sebagainya. Itu semua perlu diasah dan tidak ada namanya telat dalam belajar.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi itu semua pastinya butuh perjuangan. Cuman, yang menjadi tidak sinkron ialah dari para generasi yang akan menjadi generasi emas ini, masih jauh dan miris. Terlebih, dengan gelombang globalisasi yang sangat kencang membawa informasi dan budaya-budaya barat. Membuat, generasi tersebut menjadi mengikuti hal-hal yang buruk. Padahal, jika menggunakan akal rasional yang baik. Tentu gelombang globalisasi tersebut bisa difilter dengan baik. Dan bahkan, bisa menghasilkan sebuah karya, sistem, budaya, ilmu dan lain-lain yang pada intinya membawa kebermanfaatan bagi orang lain.
Seperti penulis menyinggung diawal terkait kurikulum merdeka belajar. kurikulum ini muncul untuk menyempurnakan dari sistem kurikulum sebelumnya yakni kurikulum 2013. Menurut jurnalis nuansa, kurikulum 2013 tujukan mendorong peserta didik mampu dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mempresentasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Akan tetapi, banyak beberapa guru dan siswa dari beberapa sekolah yang merasa penerapan kurikulum 2013 ini merepotkan hingga membuat jadi sulit diimplementasikan.
Sumber foto: www.pixabay.com
Lalu, bagaimana dengan kurikulum merdeka ini?
ADVERTISEMENT
Mengutip dari laman kemendikbudristek, pada kurikulum merdeka belajar ini dibuat untuk pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Di mana konten pembelajaran akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Di sisi lain, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajarnya. Sehingga, pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Terlebih, dengan adanya penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat) untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada masa pandemi. Hasilnya, dari 31,5 persen sekolah yang menggunakan kurikulum darurat menunjukkan, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73 persen (literasi) dan 86 persen (numerasi). Akan tetapi, sepanjang jalan penerapan dari merdeka belajar ini. Ditemukan beberapa kejanggalan, salah satunya penerapan kepada guru.
ADVERTISEMENT
Guru merupakan figur bahkan nahkoda pada jalannya sebuah kapal pendidikan. Jika sampai tujuan, bisa mencapai tempat kejayaan yakni kecerdasan umat bangsa. Cuman, menurut penelitian yang dilakukan oleh Ira Wantiana dengan judul Kendala Guru dalam Penerapan Kurikulum Merdeka. Bahwa kendala yang dirasakan guru dalam menerapkan kurikulum merdeka diantaranya yaitu kurangnya sosialisai pemerintah tentang kurikulum merdeka, kurangnya persiapan guru untuk beralih ke kurikulum merdeka dan sumber belajar masih terpaku pada buku teks dan buku panduan saja
Sangat disayangkan, bahkan muncul gap yang sangat dominan yakni penerapan pada daerah yang ada dipelosok dengan berada dikota-kota besar. Seperti contohnya, pada sekolah dasar dikota Pare, adanya keterbatasan mulai dari fasilitas, sarana & prasarana hingga bahan ajar. Bahkan, dengan cara pengaplikasian metode belajar yang membuat para siswanya menjadi bosan dan tidak tergugah untuk mencari permasalahan.
ADVERTISEMENT
Padahal, seperti penulis singgung dikalimat diawal. Para guru pada merdeka belajar ini dibebaskan dalam segi pembelajaran. Tetapi, dibalik kebebasan tentu muncul kebingungan. Karena, pada negara yang berada di asia pun belum ada yang berani melakukan seperti itu. Mulai dari negara paling maju di asia tenggara yakni singapura. Menurut suneducationgroup, mengatakan singapura itu sendiri memiliki sistem pendidikannya yang terbagi menjadi beberapa tahap. Pada SD contohnya, difokuskan untuk pada pengajaran bahasa inggris, bahasa ibu seperti mandarin, melayu atau tamil, serta pelajaran matematika, pengetahuan alam, musik, seni rupa dan kerajinan tangan, olahraga dan pendidikan sosial. Dan itupun masih didataran bawah.
Sedangkan di Indonesia, para anak SD langsung diberikan ilmu-ilmu yang langsung berat dan terkesan memberikan makna “kamu suka engga suka harus belajar supaya pintar”. Ditambah dengan durasi belajarnya yang sangat lama. Mulai dari jam 06.30 sampai jam 15.30 itupun belum tambahan PR yang perlu dikumpulkan pada besok hari. Sangat disayangkan. Dengan adanya kurikulum merdeka belajar ini tentu perlu dipahamin secara bersama-sama, dalam penerapannya ada beberapa yang perlu disiapkan. Mulai dari perangkat pembelajaran, media, dan persiapan guru untuk mengajar selama satu tahun ajaran dengan konsep Kurikulum Merdeka.
ADVERTISEMENT
Hal ini sangat penting karena implementasi kurikulum merdeka melibatkan perubahan yang signifikan dalam pembelajaran. Namun dalam membuat perencanan kendala utama yang sering dihadapi dalam implementasi kurikulum merdeka di sekolah dasar antara lain kurangnya pemahaman tentang kurikulum tersebut, dan kesulitan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Adanya perubahan dalam mendesain pembelajaran dari kurikulum sebelumnya dengan kurikulum merdeka yang membuat guru-guru kesulitan. Di dalam penerapan kurikulum merdeka, guru harus mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dengan melihat kondisi dan keadaan di lingkungan sekitar.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh (Miladiah, Sugandi and Sulastini2023) bahwa persiapan yang harus dilakukan termasuk melakukan analisis tujuan awal tentang materi atau konten apa yang harus diajarkan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran. Setelah itu, guru harus menyusun Capaian Pembelajaran (CP) beserta Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan materi yang akan diajarkan. Setelah itu, guru dapat menyusun perangkat pembelajaran. Terakhir, guru harus memahami prinsip asesmen atau penilaian pembelajaran Kurikulum Merdeka agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dan terukur dengan baik
ADVERTISEMENT
Maka, bagaimana peluang dari merdeka belajar dimasa yang akan datang?
Sebenernya dari beberapa kalimat yang sudah disampaikan oleh penulis, ini semua perlu dipersiapkan bahkan yang terkecil hingga yang teknis pun perlu disiapkan. Tidak hanya sekedar memberikan anggaran yang bisa menyentuh rp 969,6 miliar atau hampir rp 1 triliun. Tetapi hasilnya nihil. Oleh karena itu, jika semua dipersiapkan dan bisa diarahkan sesuai keinginan yang sesuai filosifisnya yakni ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani ((di depan memberi contoh, di tengah-tengah membangun semangat, dari belakang memberi dorongan). Maksudnya ialah membuat para siswa dan siswinya bisa menciptakan pembelajaran mandiri bagi murid-murid yang tersebar di indonesia. Serta tidak hanya sekedar filosifisnya. tidak hanya itu saja, ada makna historisnya yang perlu kita pahamin bahwa negara kita sudah melewati beberapa kurikulum. Mulai dari kurikulum 1947 hingga sekarang sudah banyak yang berubah, dulu hanya memfokuskan kepada semua anak harus bisa semua mapel. Menjadi, semua anak mempelajari apa yang ia sukai. Balik lagi kepada yuridisnya.
ADVERTISEMENT
Yakni tertuang pada landasan hukum yang mendasar bagi sistem pendidikan indonesia adalah undang-undang nomor 20 tahun 2003 yang mengatur tentang sistem pendidikan. Program “merdeka belajar” menggabungkan pendidikan yang berpusat pada pengembangan potensi setiap orang dengan tetap berpegang pada pedoman hukum. Seluruh institusi pendidikan di indonesia diwajibkan untuk mematuhi standar nasional pendidikan, sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005. Program “Merdeka Belajar” dapat dilaksanakan secara konsisten dan terintegrasi ke dalam sistem pendidikan nasional dengan landasan hukum yang kuat, sehingga tujuan program dapat tercapai sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Maka, makna generasi emas 2045 bukan lagi hanya bualan belaka. Tetapi bisa jadi terwujud.
ADVERTISEMENT