Era Baru Transformasi Digital

Hardi Saputra
CEO at MARS Digital, Digital Transformation Expert - Leading People, Data, and Technology
Konten dari Pengguna
24 Februari 2021 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hardi Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Leading People, Data, and Technology

3 Pillars of New Digital Transformation
zoom-in-whitePerbesar
3 Pillars of New Digital Transformation
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif era digital, setiap perusahaan, terlepas dari apa pun industrinya adalah sebuah Information Company. Tentu saja, informasi tersebar secara digital di setiap proses bisnis dalam sebuah perusahaan, dimulai dari hubungan dengan pelanggan, mitra eksternal, hingga internal operations perusahaan itu sendiri. Teknologi digital telah mengubah banyak hal, tidak hanya cara bagaimana informasi disampaikan namun juga bagaimana informasi itu diproses dan dimanfaatkan kembali. Sebagai konsekuensinya, setiap fungsi pekerjaan dalam setiap perusahaan dan industri saat ini sangatlah rentan dengan hal yang dikenal dengan istilah “Digital Disruption”.
ADVERTISEMENT
Teknologi, yang dianggap sebagai aktor utama dari Digital Transformation, merupakan salah satu paham yang keliru, di mana pemahaman yang salah terkait esensi transformasi digital ini merupakan salah satu penyebab kegagalan-kegagalan dalam program transformasi digital di banyak perusahaan. Menurut Forbes, 84% perusahaan gagal dalam program transformasi digital mereka. Pada sumber tersebut juga menyampaikan bahwa hambatan dasar utama mereka adalah “Not enough people within the organization are aware of the challenges”. Permasalahan terkait pemahaman yang kurang terkait Digital Transformation itu sendiri juga diungkapkan pada CIO.com, yang berdasarkan hasil riset mereka, meletakkan faktor “Lack of consensus on what digital transformation means” pada posisi pertama dalam list faktor-faktor kegagalan program transformasi digital.
Data, yang beberapa tahun terakhir ini mungkin lebih seksi didengar sebagai Big Data ataupun Data Science, juga merupakan salah satu faktor sukses dalam proses transformasi digital. Pertanyaannya adalah apa peran “Data” dalam digital transformation? Dan jawabannya adalah “Digital Transformation requires a Data-driven Culture”. Namun, lagi-lagi kita kembali ke sesuatu hal yang masih cukup abstrak terkait dengan definisi “Data-Driven”. Perusahaan seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai “Data-driven Company”? apa tahapan-tahapan sebelum menuju kondisi tersebut?. Untuk memudahkan menjawab pertanyaan tersebut, menurut MARS Digital, sebuah Digital Transformation Consulting Company, karakteristik umum dan tahapan-tahapan sebuah organisasi dalam berevolusi menjadi “Data-Driven”.
Tahapan menuju Data-driven Company by MARS Digital
Tentu saja, dengan mengetahui posisi organisasi kita, maka akan lebih mudah bagi perusahaan untuk dapat menentukan strategi dan aksi seperti apa yang diperlukan sesuai dengan tahapannya dan prioritas seperti apa yang perlu diputuskan di tahapan tersebut.
ADVERTISEMENT
People, hal yang paling sering terlupakan tetapi merupakan hal terpenting dalam menentukan suksesnya transformasi digital. Teknologi dan Data tidaklah dapat berdiri sendiri, mereka hanyalah sebatas “Enabler” yang dibutuhkan oleh sang operator yaitu “People” atau Employees dari perusahaan itu sendiri. Employees are the lifeblood of business. Terkadang kita lupa meskipun kita memiliki teknologi untuk setiap pekerjaan atau task yang kita lakukan, tidak ada yang dapat menggantikan “human touch and spirit”. Dan untuk alasan ini, People drive the digital transformation.
Hal pertama dan paling penting terkait dengan People adalah, transformasi digital membutuhkan Vision from leaders serta diikuti dengan Mindset Shifting dari orang-orang di perusahaan tersebut. Tentu saja hal ini merupakan hal yang terberat di dalam proses transformasi digital. Oleh karena itu, seringkali disampaikan bahwa, jika sebuah perusahaan sudah berhasil mengubah culture dan men-shifting mindset karyawan-karyawannya dalam hal cara dan budaya kerja, optimalisasi adopsi teknologi baru yang digunakan, pengembangan inovasi yang berkesinambungan dan tentu saja yang akan diikuti dengan performa perusahaannya yang meningkat, maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sudah bertransformasi dengan efektif.
ADVERTISEMENT
Agar dapat bersaing di “digitally-centric world” saat ini, dalam hal memimpin people, data & technology, tidak diragukan lagi diperlukan skillset yang berbeda. Sebagai seorang leader, kita perlu menemukan “the right balance of skills to maintain our core business operations while also innovating for future”. Tentu saja ini juga sebagai tantangan dan pembuktian di masa depan sebagai pemimpin di era digital. Adapun 4 poin kapabilitas utama dari leader agar dapat membuktikan dirinya sebagai salah satu pemimpin di era digital yaitu:
Secara konkret growth mindset dapat direpresentasikan sebagai kemampuan untuk “enjoy challenges, strive to learn, and consistently see potential to develop new skills”
Unclear communication dan ketidakpiawaian di dalam penyampaian arah dan visi perusahaan ke semua lapisan perusahaan sering berakibat ke employee burnout. Namun komunikasi pun tidak cukup, leaders terkadang dihadapi kondisi yang mengharuskan mereka meng-influence people maupun stakeholder lain di beberapa kondisi seperti; ketika prioritas perusahaan mungkin akan berubah sangat cepat dalam menjalani transformasi digital dan terkadang perusahaan akan mengabaikan beberapa hal seperti birokrasi atau hierarchical structures, maka tentu saja akan menimbulkan ketidaknyamanan tertentu sehingga peran communication dan influence skills sangat krusial
ADVERTISEMENT
Inovasi adalah salah satu obsesi dari digital transformasi. Namun kemampuan menciptakan inovasi dan membuat perubahan saja tidak cukup. Leaders perlu dapat mendorong dan mengendarai perubahan dengan memulainya dari diri mereka sendiri terkait perubahan-perubahan yang harus mereka sendiri buat untuk mereka, dan akhirnya menjadi role model bagi followers
Transformasi digital mengharuskan para leaders untuk berkolaborasi dengan baik dengan orang lain, dan dalam banyak kasus, tidak hanya terbatas pada kolaborasi dengan manajer lain, tetapi juga internal tim yang lain. Dengan networked dan distributed teams yang lebih agile, collaborative skills menjadi sangat kritikal in era digital.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, digital transformation masih menjadi topik hangat diperbincangkan di dunia bisnis. It’s a subject which keeps the CEO awake at night yet is not always clearly defined or understood. Pada akhirnya, pertanyaannya adalah mengapa transformasi digital itu sangat penting untuk dilakukan? Jawaban cukup sederhana, jika organisasi kita tidak bertransformasi di era digital saat ini, maka kita akan tertinggal, dan ancaman yang disebut sebagai “digital disruption” menjadi semakin nyata bagi bisnis kita.
ADVERTISEMENT