Mendaki Batu Monolit Terbesar di Dunia Lewat Jalur Via Ferrata

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2019 18:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Kelam, batu monolit terbesar dunia. Foto Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Kelam, batu monolit terbesar dunia. Foto Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Masih ingat Gunung Kelam, batu monolit – batu tunggal – terbesar di dunia yang berada di wilayah Sintang, Kalimantan Barat? Masyarakat sekitar menyebutnya Bukit Kelam. Berdiri kokoh setinggi kurang lebih 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), membentang dari timur hingga ke barat, layaknya kubah batu raksasa, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, Gunung Kelam akan tampil dengan wajah baru.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Kelam, hingga saat ini sementara masih ditutup untuk kegiatan wisata alam. Khususnya pendakian Gunung Kelam. Hal tersebut, karena sarana dan prasana (sarpras) serta fasilitas pendakian berupa tangga yang lama, sudah sangat tidak layak dan membahayakan keselamatan pendaki. Hal tersebut sebagaimana telah disampaikan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar), selaku pengelola, beberapa waktu lalu.
Untuk itu sejak September lalu, BKSDA Kalbar, telah melakukan pembangunan, berupa peningkatan fasilitas serta sarana dan prasarana TWA Gunung Kelam. Salah satunya pembuatan Via Ferrata (tangga besi) dan pondok pendaki. Saat ini, pembangunannya masih berlangsung. Dalam hal ini, BKSDA Kalbar memang tidak tanggung-tanggung. Pengerjaannya dilakukan langsung oleh tenaga profesional dan sangat berpengalaman dalam pembangunan Via Ferrata Skywalker via Ferrata.
Penampakan pengerjaan Via Ferrata Gunung Kelam. Foto: BKSDA Kalbar
Menurut Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta, pengembangan wisata alam TWA Gunung Kelam, termasuk pengembangan sarprasnya, diharapkan akan meningkatkan pamor kawasan sebagai destinasi wisata alam dan membawa multiplayer effect bagi wilayah sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai ‘rumah’ satu-satunya bagi kantong semar langka Nephentes clipeata, BKSDA Kalbar juga akan menerapkan SOP Pendakian yang ketat, salah satunya agar para pendaki tidak mengganggu keberadaan flora dan fauna yang ada di sana. Termasuk yang endemik, seperti Nephentes clipeata.
Selain itu, Gunung Kelam juga menjadi tempat hidupnya beberapa jenis anggrek dan jenis tumbuhan lainnya. Ditemukan beberapa gua alam yang sebagiannya dihuni burung walet.
Untuk satwa berdasarkan catatan BKSDA Kalbar, setidaknya terdapat 15 jenis burung, beruk, kera ekor panjang, dan beberapa jenis herpetofauna – jenis binatang melata.
Menurut Peta Geologi Lembar Sintang (1933) karya Heryanto dkk, terbentuknya Gunung Kelam akibat dari intrusi granit – proses intrusi magma, seiring perjalanan waktu kemudian tererosi dan membentuk kubah. Usia batu granit ini diperkirakan mencapai 23 juta tahun.
Hutan pada bagian puncak batu monolit Gunung Kelam. Foto: Baraka Bumi
Selain dapat melihat matahari terbit dan terbenam, uniknya, walaupun Gunung Kelam merupakan batu granit tunggal berukuran raksasa, menariknya pada bagian puncak terdapat hutan yang lebat.
ADVERTISEMENT
Dalam memberikan nuansa baru dan peningkatan keselamatan untuk para pendaki, terobosan yang dilakukan oleh BKSDA Kalbar, dalam hal ini, penggantian tangga pendakian lama denga Via Ferrata – jalur pendakian yang dibuat dengan menggunakan besi-besi yang ditancapkan langsung pada dinding batu sebagai pijakan serta kabel baja sebagai pengamannya. Karena, menurut pihak BKSDA Kalbar, keselamatan menjadi hal yang paling utama.
Penampakan pengerjaan Via Ferrata Gunung Kelam. Foto: BKSDA Kalbar
Dalam beberapa foto yang dikirimkan oleh BKSDA Kalbar, Via Ferrata yang sedang dibangun sudah mulai terlihat. Tangga-tangga besi tersebut terlihat sangat kokoh tertancap dalam dinding batu granit.
Selain Via Ferrata, untuk menunjang keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keselamatan, beberapa fasilitas lain juga turut dibangun dan dilengkapi. Seperti Pos Pendaftaran Pendakian Spider Net, Selfie Deck dan Pos Istirahat di jalur Via Ferrata.
Matahari terbit dari puncak Batu Berdiri, sekitar puncak Gunung Kelam. Foto: Harley Sastha
Menurut Sadtata Noor Adirahmanta, tidak cukup hanya penambahan dan peningkatan fasilitas pendakian serta sarpras, kualitas pengelolaan juga terus ditingkatkan oleh BKSDA Kalbar. Untuk itu pihaknya menyiapkan masyarakat lokal untuk berperan sebagai pemandu pendakian.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dilakukan sebagai langkah dalam upaya membangkitkan rasa memiliki pada kawasan serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Menumbuhkan rasa bangga memiliki TWA Gunung Kelam yang makin mendunia.
Salah satu sudut di sekitar puncak Gunung Kelam. Foto: Baraka Bumi
“Pelibatan masyarakat sekitar sebagai operator wisata nantinya diharapkan mampu membangkitkan rasa memiliki kawasan. Sehingga pada akhirnya masyarakat sekitar akan turut bertanggung jawab untuk menjaganya. Dengan demikian, slogan hutan lestari masyarakat sejahtera dapat terwujud secara nyata dan bukan sekedar slogan belaka”, kata Sadtata melalui pesan WhatsApp.
Gimana sobat kumparan, sudah siap mendaki Gunung Kelam? Sabar dulu, ya, rencananya pada pertengahan November, sang Monolit terbesar dunia tersebut sudah akan dibuka kembali dan siap untuk kalian daki. Jangan lupa untuk selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan pengelola serta menjaga fasilitas dan sarpras yang ada. Pastinya juga untuk selalu menjaga kebersihan. Jadilah pendaki yang cerdas, bijak, dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT