Terhanyut dalam Rinjani Begawe, Festival di Tengah Eloknya Lembah Sembalun

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
6 April 2021 16:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu formasi Tandang Mendet di Festival Begawe Rinjani 2021 di Sembalun. Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu formasi Tandang Mendet di Festival Begawe Rinjani 2021 di Sembalun. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Walaupun berkali-kali menginjakkan kaki di kawasan Lembah Sembalun yang berada di kaki gunung Rinjani, Lombok Timur, selalu saja membuat saya tidak berhenti untuk mengagumi pesonanya. Perbukitan dan gunung-gunung yang mengelilingi desa-desa di bawahnya terlihat begitu elok. Menggoda siapa pun yang menyambanginya, termasuk saya.
ADVERTISEMENT
Gunung Rinjani dengan titik tertingginya puncak Anjani yang berada pada ketinggian sekitar 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) telah menggoda mereka para pecinta ketinggian. Memacu adrenalinnya untuk menggapai singgasana tertinggi istana sang Ratu Anjani.
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada Rabu (31/03/2021), saya bersama beberapa rekan dari Jakarta, untuk kesekian kalinya tiba di Sembalun. Kawasan yang melegenda akan harmonisnya ikatan kehidupan antara manusia, alam dan Tuhan.
Eloknya Gunung Rinjani terlihat dari Puncak Lembah Gedong-salah satu dari tujuh puncak tertinggi di kawasan Lembah Sembalun. Foto: Harley Sastha
Berbagai ritual adat, budaya, seni, tarian dan musik serta kuliner masih dapat dilihat hingga kini. Dua di antaranya begasingan–salah satu permainan tradisional Lombok yang sudah jarang ditemukan–dan egrang atau enjek-enjek.
Lomba permainan tradisional tersebut sekaligus mengawali gelaran Rinjani Begawe Festival (RBF) 2021, sebagai rangkaian pembukaan kembali aktifitas pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani, pada Kamis (1/04/2021).
ADVERTISEMENT
Bertempat di area parkir Geopark Rinjani Cemara Siu, kawasan Lembah Sembalun yang dikelilingi perbukitan dengan titik tertingginya Gunung Rinjani, permainan tradisional begasingan dan egrang terlihat semakin seru. Terlebih, sebagian besar pemain juga mengenakan kain tradisional sasak lengkap dengan ikat kepala yang disebut sapu.
Tidak seperti yang biasa saya lihat sebelumnya, dalam permainan begasingan ini, gasing yang digunakan tampak lebih lempeng dan lebar. Terbuat dari kayu dengan tambahan besi. Dengan bantuan tali yang terbuat dari kulit pohon dan dililitkan sedemikian rupa, gasing akan berputar begitu dilemparkan ke tanah.
Begasingan salah satu permainan tradisional yang ditampilkan dalam Rinjani Begawe Festival 2021 di Sembalun. Foto: Balai TN Gunung Rinjani
Bentuk gasing yang khas dalam begasingan dalam Rinjani Begawe Festival 2021. Foto: Balai TN Gunung Rinjani
Walaupun sempat diguyur hujan, antusias puluhan peserta tampak tidak mengendur. Seru melihat mereka masing-masing menunjukkan ketangkasannya bermain gasing. Nah, gasing yang berputar paling lama yang kemudian akan menjadi pemenangnya.
ADVERTISEMENT
Yang tidak kalah serunya, saat melihat para peserta lomba berjalan menggunakan egrang yang terbuat dari bambu dan kayu. Dengan keterampilannya, mereka terus berjalan menuju garis finish melewati jalanan beraspal yang tampak basah karena baru saja diguyur air hujan.
Yang tidak kalah serunya permaian egrang yang juga ditampilkan dalam Rinjani Begawe Festival 2021. Foto: Balai TN Gunung Rinjani
Menurut ketua panitia acara, Benediktus Rio Wibawanto, diadakannya begasingan dan egrang, karena, Rinjani lestari itu membutuhkan paduan harmonis antara pelestarian budaya lokal dan pelestarian alam.
“Permainan tradisional ini untuk melestarikan budaya dan tradisi yang sudah ada secara turun menurun. Alat permainan yang berbahan dasar kayu atau pepohonan, menunjukkan betapa pentingnya menjaga kelestarian alam, terutama hutan, untuk keberlanjutan kehidupan,” kata pria yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi SPTN Wilayah 2 TN Gunung Rinjani.
ADVERTISEMENT
Untuk kamu ketahui, Rinjani Begawe Festival pertama kali digelar pada 2020, di pintu masuk Jebak Gawah jalur pendakian Senaru, Resort Senaru, Seksi Pengelolaan TN Gunung Rinjani Wilayah 1.
Keelokan alam Gunung Rinjani pun telah menggoda para pendaki dari mancanegara. Foto: Harley Sastha
Mulai saat itu, Kepala Balai TN Gunung Rinjani Dedy Asriady, memperkenalkan slogan Rinjani Nte. Sebuah padanan kalimat yang diambil dari bahasa sasak, yang artinya Rinjani miliki kita semua.
“Mas Harley, harapan saya, semua pihak dapat mendukung Taman Nasional Gunung Rinjani, dapat bersama-sama mendampingi dan mengantar kawasan Gunung Rinjani menjadi destinasi wisata kelas dunia. Jadi, tidak lagi menyebut gunung lain di luar negeri, kalau mau melihat contoh pengelolaan pendakian gunung bertaraf internasional. Melainkan, dengan bangga mengatakan Gunung Rinjani,” pungkas Dedy dengan logat makasarnya yang khas.
ADVERTISEMENT
Pesona kecantikan alam Rinjani memang tidak tersangkalkan. Daya tarik alam dan budaya yang mengirinya begitu menggoda. Jalan kaki berjam-jam menembus hutan dan padang savana dengan medan pendakian yang tidak ringan, bukan menjadi halangan untuk menyaksikan pesona kalderanya. Tidak heran, jika banyak orang berpendapat, kalau Kaldera Rinjani dengan Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari, merupakan salah satu kaldera terindah di dunia.
Tandang Mendet dan Tari Cupak Gerantang Iringi Pembukaan Pendakian Gunung Rinjani
Perwakilan sisi buruk dan sisi baik dalam Tari Cupak Gerantang di Rinjani Begawe Festival 2021. Foto: Balai TN Gunung Rinjani
Pada pagi hari, dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, tepat pada Kamis (1/04/2021), dengan ritual pemukulan gong oleh Gubernur Nusa Tengggara Barat, Zulkifliemansyah, aktivitas pendakian di TN Gunung Rinjani resmi di buka.
Sebelumnya, kesenian tradisional masyarakat sasak, Lombok: Tarian Tandang Mendet dan Cupak Gerantang tersaji apik dan meriah. Suara alat musik seperti gendang beleq, kenong dan gong, berpadu harmonis mengiringi serombongan pria dengan kostumnya yang khas dan membawa pedang, tombak dan tameng, membuat gerakan tarian yang nampak rapi, berwibawa dan gagah, sebagaimana layaknya prajurit.
ADVERTISEMENT
Tandang Mendet yang hanya dipentaskan tiga tahun sekali tersebut, merupakan tarian yang sudah ada sejak Desa Sembalun berdiri, ratusan tahun yang lalu. Dari berbagai sumber, tarian ini mempunyai makna sebagai ungkapan rasa syukur dan peringatan atas keberhasilan.
Sebagian atraksi Tandang Mendet di Rinjani Begawe Festival 2021 di Sembalun. Foto: Harley Sastha
Berasal dari kata ‘Mendet’ yang mempunyai arti kegembiraan atau keberhasilan. Sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Desa Sembalun dalam memperjuangkan dan mempertahankan bibit padi merah dari berbagai macam serangan hama tanaman dan peperangan melawan jin-jin jahat.
Sedangkan Tari Cupak Gerantang, menjadi simbol plot kisah tentang nasib baik dan buruk yang terkait erat dengan perbuatan manusia di bumi.
Kisah asli masyarakat sasak, Sembalun, ini sangat menarik. Memadukan seni teater, tari dan musik. Dimainkan oleh sekelompok pria dengan iringan alat musik dan penari yang memakan topeng. Ceritanya menggambarkan dua sifat berbeda: iri, dengki, malas, dan jahat disimbolkan oleh sosok Cupak yang memakai topeng. Sedangkan sifat berbudi luhur, jujur, tampan, gagah, dan ksatria, tergambarkan dalam sosok Gerantang yang memakai mahkota seperti seorang pangeran.
ADVERTISEMENT
Penampilan yang membuat saya kembali berdecak kagum. Suara hentakan alat musik, gerak tari dan aksi teatrikal terlihat terlihat sempurna di antara alam Lembah Sembalun yang cantik.
Menurut Dedy, mengelola sumber daya alam tidak bisa di tumpukan ke satu pihak. Karena, kunci merawat sumber daya alam, seperti Rinjani yang penuh daya tarik, harus dapat memberikan akses yang benar dan tepat kepada banyak pihak.
Suburnya alam Lembah Sembalun dengan titik tertingginya Gunung Rinjani telah beratus tahun harmonis antara alam, manusia dengan budayanya. Foto: Benediktus Rio Wibawanto
“Rinjani didiami dan ditopang oleh entitas masyarakat adat yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan eksotisme Rinjani. Penting untuk mengharmonisasi dalam keindahan bersama. Mewujudkan harmonisasi dalam the beauty of nature dan culture,” kata Dedy.
Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) Nandang Prihadi, sangat mengapresiasi pengelola Balai TN Gunung Rinjani yang telah mengelaborasi wisata pendakian dengan wisata berbasis budaya lokal. Menghidupkan kembali kearifan lokal yang telah beratus tahun terbukti dapat menjaga kelestarian dan keberlanjutan alam Rinjani.
ADVERTISEMENT
“Saya harap harmonisasi alam dan budaya di kawasan Rinjani yang telah diwariskan ini dapat terus terjaga. Karena, ini juga akan menunjang pendakian Gunung Rinjani yang berkelas dunia tanpa meninggalkan nilai-nilai budayanya,” pungkas Nandang.
Tidak ada yang dapat menyangkal eloknya alam Rinjani. Foto: Harley Sastha
Nandang juga sekaligus mengajak para pendaki menjadi pendaki yang bijak dan cerdas serta santun terhadap alam dan adat budaya setempat.
Jadi, bagaimana, pastinya siap dong untuk menjadi sosok pendaki gunung seperti yang dikatakan Nandang Prihadi.