Konten dari Pengguna

Mengenali Red Flag dalam Hubungan: Psikologi Toxic Relationship

Havizan Abrar
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25 November 2024 14:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Havizan Abrar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/flat-design-person-making-complain_13962072.htm#fromView=search&page=1&position=6&uuid=d221484d-0936-43d1-921b-b2518237a231
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/flat-design-person-making-complain_13962072.htm#fromView=search&page=1&position=6&uuid=d221484d-0936-43d1-921b-b2518237a231
ADVERTISEMENT
Hubungan manusiawi sering menjadi pondasi utama dalam kesejahteraan emosional dan mental. Namun, ada kalanya hubungan ini tidak memberikan manfaat positif, melainkan berubah menjadi sumber tekanan, ketidakbahagiaan, bahkan kerugian. Hubungan yang beracun atau toxic relationship menjadi isu yang semakin sering dibahas karena dampaknya terhadap kesehatan mental. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci tanda-tanda red flag dalam hubungan, dampaknya pada psikologi seseorang, dan bagaimana cara mengatasinya.
ADVERTISEMENT

Apa Itu Toxic Relationship?

Toxic relationship adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan yang tidak sehat, di mana salah satu atau kedua pihak merasa dirugikan secara emosional, fisik, atau mental. Dafiq et al. (2023) menyebutkan bahwa hubungan beracun sering muncul akibat komunikasi yang buruk, kurangnya rasa empati, atau dominasi salah satu pihak.
Pada masa remaja, hubungan toxic lebih sering terjadi karena karakteristik emosional yang labil. Remaja sering kali berada dalam tahap pencarian jati diri, sehingga rentan terhadap tekanan eksternal, termasuk dari hubungan interpersonal. Menurut penelitian, toxic relationship tidak hanya terjadi dalam hubungan percintaan, tetapi juga dalam keluarga, pertemanan, dan lingkungan sosial lainnya. Hubungan ini bisa bersifat fisik (kekerasan fisik) maupun emosional (intimidasi verbal atau manipulasi psikologis).
ADVERTISEMENT

Tanda-Tanda Red Flag

1. Komunikasi yang Beracun

Komunikasi adalah kunci dalam setiap hubungan. Namun, dalam toxic relationship, komunikasi justru menjadi alat untuk mengontrol atau merendahkan pihak lain. Misalnya, pasangan atau teman yang terus-menerus mengkritik, menggunakan bahasa kasar, atau mempermalukan di depan umum. Hal ini menyebabkan individu kehilangan rasa percaya diri dan merasa tidak dihargai.
Komunikasi yang beracun juga dapat berupa silent treatment, yaitu sikap diam sebagai bentuk hukuman emosional. Sikap ini sering kali membuat korban merasa terisolasi dan bingung. Seiring waktu, komunikasi yang buruk ini akan menciptakan pola dominasi dan ketergantungan emosional yang tidak sehat.

2. Ketergantungan Emosional Berlebih

Ketergantungan emosional adalah tanda lain dari hubungan toxic. Seseorang yang terlalu bergantung pada pasangannya cenderung menuntut perhatian terus-menerus, melarang pasangannya melakukan aktivitas independen, atau bahkan cemburu berlebihan. Ketergantungan semacam ini membuat pihak yang menjadi korban kehilangan otonomi dan kebebasannya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, dalam hubungan pacaran, salah satu pihak mungkin melarang pasangannya untuk bergaul dengan teman-temannya atau mengecek terus-menerus keberadaan mereka. Hal ini dapat menciptakan tekanan emosional dan mengurangi kebebasan individu untuk menjalani kehidupan sosial yang seimbang.

3. Kekerasan Fisik dan Verbal

Kekerasan fisik adalah salah satu tanda paling mencolok dari hubungan toxic. Ini bisa berupa pemukulan, penamparan, atau tindakan fisik lain yang dimaksudkan untuk melukai. Kekerasan verbal juga sama berbahayanya, termasuk berteriak, menghina, atau menggunakan kata-kata kasar yang merendahkan martabat seseorang.
Dafiq et al. (2023) menyoroti bahwa kekerasan dalam pacaran (dating violence) adalah bentuk umum dari toxic relationship di kalangan remaja. Kekerasan ini sering kali dilakukan untuk mempertahankan kontrol atas pasangan dan dapat meninggalkan trauma emosional yang mendalam.
ADVERTISEMENT

4. Manipulasi Emosional

Manipulasi emosional adalah upaya untuk mengontrol orang lain dengan memanfaatkan rasa bersalah, ancaman, atau taktik lainnya. Sebagai contoh, pasangan yang toxic mungkin berkata, "Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu harus mengikuti kemauanku." Kalimat seperti ini bertujuan untuk membuat korban merasa bersalah jika tidak memenuhi keinginan pasangannya.
Manipulasi juga bisa muncul dalam bentuk ancaman, seperti mengancam untuk mengakhiri hubungan jika permintaan tidak dipenuhi. Pola seperti ini membuat korban sulit untuk keluar dari hubungan, meskipun mereka tahu hubungan tersebut tidak sehat.

Dampak Toxic Relationship terhadap Kesehatan Mental

https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-toxic-relationship-illustration_66242776.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=70954fb1-3dee-4fcf-819a-9f1c558005da
Hubungan toxic membawa dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan mental. Berikut adalah beberapa dampak utamanya:

1. Stres Berkepanjangan

Hubungan yang penuh tekanan menyebabkan tingkat stres yang tinggi. Stres ini, jika berlangsung dalam waktu lama, dapat mengganggu fungsi otak, mengurangi kemampuan konsentrasi, dan bahkan memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
ADVERTISEMENT

2. Depresi dan Gangguan Kecemasan

Komunikasi yang merendahkan dan manipulasi emosional dapat mengikis harga diri seseorang. Mereka yang terjebak dalam hubungan toxic sering kali merasa tidak berdaya, putus asa, dan kehilangan semangat hidup.

3. Trauma Emosional

Pengalaman buruk dari hubungan toxic dapat meninggalkan luka emosional yang sulit disembuhkan. Trauma ini sering kali menyebabkan individu sulit untuk mempercayai orang lain di masa depan, baik dalam hubungan percintaan maupun hubungan sosial lainnya.

Cara Mengatasi Toxic Relationship

ADVERTISEMENT

1. Mengenali Masalah

Langkah pertama untuk keluar dari toxic relationship adalah menyadari bahwa hubungan tersebut tidak sehat. Penerimaan diri (self-acceptance) memainkan peran penting dalam proses ini. Dengan memahami kekuatan dan kelemahan diri, seseorang dapat membangun kembali kepercayaan pada diri sendiri.

2. Mencari Dukungan

Mendiskusikan masalah ini dengan teman, keluarga, atau konselor profesional dapat membantu memberikan sudut pandang yang lebih objektif. Dukungan sosial sangat penting untuk memberikan keberanian dalam mengambil langkah berikutnya.

3. Menetapkan Batasan

Tetapkan batasan yang jelas dalam hubungan. Misalnya, jika pasangan mulai menunjukkan perilaku manipulatif, tegaskan bahwa Anda tidak akan mentoleransi perilaku tersebut.

4. Mengambil Keputusan Tegas

Jika hubungan tidak dapat diperbaiki, langkah terbaik adalah mengakhirinya. Memang tidak mudah, tetapi keputusan ini penting untuk melindungi kesehatan mental dan emosional Anda. Dalam proses ini, penting untuk menghapus semua kontak dengan individu toxic dan fokus pada pemulihan diri.
ADVERTISEMENT
Hubungan toxic bukan hanya ancaman bagi kebahagiaan, tetapi juga kesehatan mental seseorang. Mengenali red flag seperti komunikasi yang buruk, manipulasi, atau kekerasan adalah langkah pertama untuk melindungi diri. Dengan membangun kesadaran diri, mencari dukungan, dan mengambil keputusan yang tepat, individu dapat keluar dari hubungan beracun dan menjalani hidup yang lebih sehat secara emosional.
Melepaskan diri dari toxic relationship mungkin membutuhkan waktu dan keberanian, tetapi ini adalah langkah penting menuju kehidupan yang lebih baik. Ingatlah bahwa Anda layak mendapatkan hubungan yang sehat dan saling mendukung.