Konten dari Pengguna

Rabia Al-Adawiyya, Sosok Wanita Sufi yang Mengabdi kepada Allah SWT

Hijab Lifestyle
All about hijab.
28 Juni 2021 13:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ilustrasi wanita Muslim. Foto: Pixabay/6335159
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ilustrasi wanita Muslim. Foto: Pixabay/6335159
ADVERTISEMENT
Rukun Islam memiliki lima poin yang harus kita lakukan sebagai umat Muslim. Akan tetapi, ada satu tujuan yang lebih tinggi dari itu semua, yaitu mendekatkan diri secara spiritual dengan Sang Pencipta. Dalam Islam, titik ini dapat merujuk pada apa yang disebut dengan "Mistisme Islam" atau "Tasawuf".
ADVERTISEMENT
Secara umum, sufisme adalah ajaran Islam yang senantiasa mengutamakan pembersihan hati atau jiwa dalam praktiknya, meskipun ajaran ini tak semuanya dipraktikan oleh umat Islam. Menurut ahli sufi, praktik demikian adalah cara bagi manusia untuk mencampai kesempurnaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Banyak karya mistik sufi terkenal seperti Rumi, Hafez dan Syams Tabrizi, yang menggambarkan bagaimana seseorang dapat tumbuh lebih dekat dengan Tuhan dengan selalu mengingat-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tak hanya pria, ada pula tokoh sufi wanita terkenal pada masanya hingga sekarang.
Rabia Al-Adawiyya, juga dikenal sebagai Rabia Basri, diketahui merupakan perempuan sufi pertama dalam Islam. Dia menyumbangkan buah pemikirannya tentang kedekatan manusia dengan Tuhannya. Melansir dari situs Mvslim, berikut inikisah tentang Rabia Al-Adawiyya.
ADVERTISEMENT

Kisah dibalik wanita hebat

Menurut penyair sufi bernama Fariduddin Attar, Rabia berasal dari keluarga miskin dari Basra, Irak. Ketika ayahnya meninggal, dia dijual sebagai budak seharga beberapa dirham. Alih-alih mengeluh kepada Allah SWT, dia justru berkata:
Gambar ilustrasi wanita Muslim. Foto: Pixabay/vadiv666
Meskipun dia sedang menghadapi kesulitan dalam perbudakan dan kemiskinan, Rabia tetap sepenuhnya mengabdi kepada Tuhan melalui doa dan zikir. Bahkan, tuannya meyaksikan cahaya di sekeliling Rabia ketika berdoa dan tak sampai hati menahannya sebagai budak. Akhirnya, dia membebaskan gadis malang itu.
ADVERTISEMENT
Rabia menarik diri dari kehidupan sebelumnya untuk pergi ke padang gurun dan mengabdikan diri pada amal saleh. Kecintaannya yang penuh terhadap agama dan meditasinya, serta keimanan dan kesabarannya, diungkapan melalui ucapannya yang dikenal hingga saat ini:

Rabia digambarkan sebagai wanita yang mandiri dan kuat

Melalui cara hidup Rabia, peran gender tradisional dan status kekayaan dalam masyarakat sering dipertanyakan. Kehidupannya sebagai wanita mandiri dan kemampuan intelektual yang ia miliki, menunjukkan bahwa kekayaan dan status tidak dipengaruhi oleh keadaan finansial.
ADVERTISEMENT
Rabia membuktikan, manusia bisa menjadi "kaya" melalui nilai spiritual dan pengendalian ego yang dimiliki. Seseorang tidak perlu menjadi manusia yang kaya secara materi untuk memiliki status tinggi di hadapan Tuhan. Rabia menjalani kehidupan di mana dia benar-benar melepaskan dirinya dari semua keinginan lain selain cinta kepada Allah SWT.
Dia menekankan bahwa, untuk sepenuhnya mengabdi kepada Tuhan, seseorang perlu memahami bahwa hubungan antara manusia dan Tuhan adalah hubungan pribadi dan tidak mementingkan diri sendiri dan tidak terikat pada tradisi atau budaya apa pun. Rabia adalah contoh dari seseorang yang selalu meninggalkan kecintaan dunia untuk Tuhannya.
Gambar ilustrasi. Foto: Pixabay/congerdesign