Konten dari Pengguna

Jadi Guru di Era Digital? Adaptasi Bukan Pilihan, Tapi Keharusan!

Hilda Khoirunisa
pelajar/mahasiswa Universitas Pamulang
9 Mei 2025 13:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hilda Khoirunisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi gambar: diolah pribadi oleh penulis
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi gambar: diolah pribadi oleh penulis
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu dan terus berkembangnya dunia, sektor pendidikan pun dituntut untuk turut berubah dan menyesuaikan diri. Salah satu tantangan utama dalam dunia pendidikan saat ini adalah mempersiapkan tenaga pendidik agar mampu menghadapi era digital serta memahami karakteristik khas generasi Z. Hal ini bukan lagi merupakan pilihan, melainkan keharusan mutlak. Jika tidak dilakukan, sistem pendidikan akan tertinggal dan gagal dalam membekali generasi muda menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
ADVERTISEMENT
Generasi Z, yakni individu yang lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam ekosistem digital yang sarat teknologi. Mereka telah terbiasa dengan penggunaan internet, perangkat pintar, media sosial, dan berbagai platform digital sejak usia dini. Kondisi ini membentuk cara belajar dan berinteraksi mereka yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka cenderung cepat merasa jenuh apabila dihadapkan dengan metode pembelajaran yang monoton dan kurang interaktif. Oleh sebab itu, guru perlu menyesuaikan pendekatan pembelajarannya agar sesuai dengan karakter dan kebutuhan generasi ini, demi terciptanya proses belajar yang menarik dan efektif.
Tantangan besar lainnya bagi pendidik masa kini adalah kemampuan mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Tidak semua guru memiliki keterampilan dan pemahaman yang cukup mengenai penggunaan teknologi pendidikan. Banyak yang masih kesulitan mengoperasikan perangkat lunak pembelajaran, aplikasi interaktif, atau memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukatif. Padahal, teknologi seharusnya tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga jembatan komunikasi yang efektif antara guru dan siswa generasi Z.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, gaya belajar generasi Z lebih mengarah pada pembelajaran yang visual, interaktif, dan aplikatif. Mereka menginginkan materi pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata dan memiliki dampak langsung terhadap masa depan mereka. Guru yang masih menggunakan metode ceramah satu arah tanpa melibatkan siswa secara aktif kemungkinan besar akan kesulitan menarik perhatian dan minat belajar siswa.
Tak kalah penting, guru juga perlu memahami kondisi psikologis dan sosial yang dihadapi oleh generasi Z. Hidup dalam dunia yang cepat berubah dan dipenuhi tekanan, baik dari media sosial maupun akademik, membuat banyak siswa rentan terhadap stres, kecemasan, hingga depresi. Oleh karena itu, guru dituntut menjadi pendengar yang baik, mampu memberikan dukungan emosional, serta menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman bagi siswa.
ADVERTISEMENT
Peran guru di era digital telah bergeser dari sekadar pemberi informasi menjadi fasilitator yang membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Guru juga harus mampu mengarahkan siswa dalam menyaring informasi di tengah arus data digital yang melimpah, serta mendorong mereka untuk berkolaborasi dan berinovasi.
Kemampuan komunikasi digital menjadi salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki guru untuk membangun hubungan positif dengan siswa. Komunikasi yang efektif akan meningkatkan motivasi dan kepercayaan siswa dalam proses belajar. Selain itu, guru perlu terbuka terhadap kritik dan masukan dari siswa demi meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan.
Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, guru membutuhkan dukungan nyata dari pemerintah dan institusi pendidikan. Program pelatihan yang berkelanjutan dan terstruktur perlu difokuskan pada peningkatan literasi digital serta pemahaman mendalam tentang karakteristik generasi Z. Selain pelatihan teknis terkait teknologi, penting juga memberikan pembekalan mengenai psikologi remaja, metode pembelajaran inovatif, dan strategi manajemen kelas yang sesuai dengan tuntutan zaman.
ADVERTISEMENT
Pemerintah pun harus memastikan tersedianya infrastruktur yang memadai, terutama akses internet yang stabil hingga ke pelosok daerah. Tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, proses digitalisasi pendidikan akan sulit berjalan optimal.
Transformasi guru di era digital memerlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk orang tua dan sekolah. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan sangat penting agar mereka dapat mendukung anak dalam penggunaan teknologi yang bijak dan produktif di rumah. Sementara itu, sekolah perlu menciptakan budaya belajar yang mendorong kreativitas, menyediakan fasilitas pembelajaran yang modern, serta mengembangkan program ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat siswa.
Apabila guru berhasil beradaptasi dengan baik terhadap perubahan ini, dampak positifnya akan terasa besar dalam peningkatan mutu pendidikan. Siswa akan menjadi lebih termotivasi, aktif belajar, dan siap menghadapi tantangan global dengan keterampilan abad 21 seperti kemampuan digital, berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi. Di sisi lain, guru yang mampu menyesuaikan diri akan lebih percaya diri dan sejahtera secara psikologis, sehingga kualitas kinerjanya juga meningkat.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, guru masa kini harus mampu bertransformasi secara cepat dan memahami kebutuhan generasi Z, bukan hanya dari segi penguasaan teknologi, tetapi juga dari aspek pendekatan pedagogis. Pemerintah, sekolah, dan orang tua harus bahu-membahu memberikan dukungan berupa pelatihan, infrastruktur, dan lingkungan belajar yang mendukung. Dengan guru yang adaptif dan profesional, Indonesia akan mampu mencetak generasi unggul yang siap berkontribusi di panggung global. Sudah saatnya kita bersama-sama memperkuat peran guru sebagai agen perubahan yang inspiratif di era digital ini.