Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Rumah berlantai satu yang amat sederhana itu berada di Gang Elang, Jalan Sidomulyo, Tembung, Medan, Sumatera Utara. Di dalam bangunan bercat hijau itu, Atika tinggal bersama keluarganya.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang berawakan ramping itu adalah kakak kandung Muhammad Ilham Syahputra. Laki-laki 22 tahun itu dilaporkan militer Filipina tewas dalam bentrokan dengan milisi Maute di Marawi.
Atika bercerita, adiknya sudah bekerja sejak lulus dari SMA Prayatna Medan pada 2012. Jika tidak bekerja, Ilham tinggal bersama Atika.
Dalam kenangan Atika, Ilham merupakan sosok pekerja keras. Saat belum memiliki pekerjaan tetap, anak bungsu dari lima bersaudara itu mau bekerja apa saja asal halal.
“Kadang-kadang ada tetangga yang ngajak dia kerja betulin listrik atau barang-barang elektronik,” kata Atikah di rumahnya, Medan, Sumatera Utara kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (1/6).
ADVERTISEMENT
Sehari-hari, Ilham dikenal sebagai sosok yang pendiam, tapi taat beribadah. Jika sedang bersantai, dia menghabiskan waktu dengan membaca Al-Quran. Laki-laki kelahiran 1995 ini pun kerap diminta menjadi muazin di masjid dekat rumah kakaknya.
Namun, pada 2016, Ilham pamit dengan kakaknya. Dia mengaku pergi ke Bandung, Jawa Barat untuk bekerja. Saat itu, Atika memberikan izin. Pasalnya, sebelumnya Ilham sudah pernah merantau ke Malaysia pada 2014.
Di negeri jiran, Ilham diketahui bekerja di sebuah perusahaan kargo bandara. Selama dua tahun berada di sana komunikasi dengan keluarga tidak pernah terputus. Beberapa foto kondisinya saat bekerja pun dikirim untuk keluarganya di Medan.
ADVERTISEMENT
Hal yang berbeda terjadi saat Ilham pergi pada 2016. Kakaknya tidak tahu di mana pastinya sang adik bekerja. Atika hanya dikirim uang beberapa kali.
“Yang pasti katanya ‘Pokoknya kakak jangan khawatir, Ilham di sini baik-baik aja. Kalau ada kurang uang, nanti Ilham kirim.’ Jadi saya pun tidak tanya-tanya lagi, karena saya tau adik saya memang orangnya baik, tidak suka macam-macam,” ucap Atika.
Ilham yang meninggalkan Medan pada Desember 2016, mulai tidak memberikan kabar kepada keluarganya pada akhir Maret 2017. Menurut Atika, keluarganya sempat kebingungan, tapi mereka tidak tahu harus mencari ke mana.
“Tidak dikabari kerjanya apa, dan di mana bahkan alamat dia di Bandung saya juga tidak tahu,” sebut Atika.
ADVERTISEMENT
Lama tak terdengar kabar adiknya, Atika mengaku kaget saat seorang polisi dari Polda Sumatera Utara menyambangi rumahnya. Polisi yang bernama Arya itu menanyakan beberapa hal soal Ilham.
“Pak Arya dari Polda nanya-nanya tentang Ilham, tapi habis itu dia tidak kasih tahu lagi, apa kejadiannya. Dia cuma tanya saya Ilham di mana dan ngapain, karena saya juga gak tau jadi Pak Arya gak ada nanya-nanya lagi,” jelasnya.
Beberapa hari lalu, Atika kembali dikejutkan. Kali ini karena ramainya pemberitaan yang menyatakan adiknya tewas di Marawi, daerah yang sedang berlangsung pertempuran antara milisi Maute dengan militer Filipina.
ADVERTISEMENT
Kabar itu masih tidak dipercaya Atika. Pasalnya, Ilham yang dia kenal tidak senang terikat dengan organisasi tertentu. Apalagi harus ikut berjuang dengan milisi yang berafiliasi dengan ISIS.
“Saya yakin dia bukan anggota ISIS, saya tahu bagaimana adik saya itu,” belanya.
Meski demikian, Atika membenarkan foto paspor yang didapat militer Filipina adalah milik Ilham. Hanya saja, dia masih menduga, bisa saja hanya dokumen imigrasi itu yang berada di sana. Apalagi paspornya pernah hilang saat bekerja di Malaysia.
Ilham Syahputra adalah satu dari tujuh WNI yang masuk daftar buron aparat Filipina. Dia diduga menjadi bagian dari milisi Maute. Belakangan, Juru bicara militer Filipina, Brig. Gen. Restituto Padilla, menyebut Ilham tewas dalam bentrokan. Paspornya sudah ditemukan. Namun, jenazahnya belum ditemukan.
ADVERTISEMENT
Laporan: Rizki Ramadhani