Konten dari Pengguna

Sepak Bola Indonesia: Uji Tanding Rasa UFC hingga Liga Tarkam

Imam Firdaus
Menulis di sela-sela kesibukkan mengajar di SDN 2 Cikadu
16 September 2021 10:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. (Foto: dokumen pribadi Imam Firdaus)
zoom-in-whitePerbesar
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. (Foto: dokumen pribadi Imam Firdaus)

Dalam sepak bola uji tanding selayaknya dilakukan untuk mengukur kesiapan sebuah tim sepak bola dalam mempersiapkan diri menghadapi kompetisi yang sesungguhnya. Mulai dari pelatih mencoba menerapkan beberapa strategi yang telah diracik, hingga menilai kemampuan individu dan kekompakan antar pemain di dalam lapangan. Sehingga para pemain yang diturunkan dalam laga uji tanding akan memberikan seluruh kemampuannya ‘hingga tetes darah terakhir’. Para pemain pun tetap mengutamakan keselamatan satu sama lain agar tidak cedera saat kompetisi bergulir nanti.

ADVERTISEMENT
Namun, apa yang terjadi jika dalam sebuah laga sepak bola, uji tanding dilakukan dengan cara kotor? Bagaimana jika pemain yang melakukan tindakan itu adalah seorang “Atlet Indonesia Yang jadi Idolamu”? Masih hangat dan masih diingat oleh publik sepak bola dengan uji tanding rasa UFC antara AHHA PS Pati FC dengan Persiraja Banda Aceh di Pancoran Soccer Field, Jakarta pada hari Senin 6/9) pekan lalu. Tendangan ‘halilintar’ yang dilakukan oleh pemain AHHA PS Pati, Syaiful Indra Cahya terhadap pemain Persiraja, M. Nadhiif Rizqi Firdaus. Syaiful bermaskud menyapu bola, namun terlalu tinggi mengangkat kakinya sehingga menghantam wajah M. Nadhiif. Tendangan Syaiful sempat membuat pemain Persiraja tersebut terkapar kesakitan, kemudian Syaiful diganjar kartu merah.
ADVERTISEMENT
Kejadian serupa terjadi dalam satu pertandingan yang sama, kali ini dilakukan oleh pemain berlabel Timnas, yang tak lain dan yang tak bukan, ialah Zulham Zamrun yang memperkuat AHHA PS Pati. Zulham melakukan tekel keras nan brutal terhadap pemain Persiraja. Tekel yang dilakukannya memang seperti berniat untuk mencederai lawannya. Pelanggaran itu membuat Defri Rizki dan Zulham Zamrun sempat baku hantam sebelum akhirnya dilerai oleh pemain lain.
Dua aksi brutal tersebut dikecam oleh banyak pihak. Salah satunya datang dari Menpora, dikutip dari Kumparan Bola, Zainudin Amali mengungkapkan bahwa pemain yang melakukan tindakan brutal tersebut tidak layak untuk masuk ke Timnas. Sebab, perilaku yang dilakukan oleh kedua pemain AHHA PS Pati itu sangat tidak profesional. Padahal hanya sebuah pertandingan uji coba.
ADVERTISEMENT
“Semua pemain berkeinginan untuk main di timnas. Saya titip, bagi mereka yang main di kompetisi, kalau mental dan attitude kurang baik seperti contoh tersebut, itu tolong dipertimbangkan betul untuk masuk ke timnas,” tegas Menpora Amali.
“Sebaik apa pun pemain kalau mental dan attitude tidak bagus, maka menurut saya tak pantas berada di timnas. Terus terang saya memberi dukungan penuh kepada Ketum PSSI, karena kita mulai dapat kepercayaan dari publik. Ini harus dijaga betul. Maunya ini didengar oleh semua pemain profesional. Pemain profesional, perilaku juga harus profesional,” tutupnya.
Memang sudah tidak aneh jika dalam sebuah pertandingan sepak bola Tanah Air mulai dari level amatir hingga profesional pasti ada saja kejadian-kejadian layaknya di dalam sebuah ring UFC. Masyarakat pecinta sepak bola Indonesia sering menjuluki sepak bola Indonesia dengan julukan liga tarkam, liga bar-bar, pertandingan UFC, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Banyak aksi brutal layaknya seorang atlet UFC yang bertanding di dalam sebuah ring segi delapan. Di antaranya dilakukan Hariono, ketika Persib menjamu Borneo FC pada Liga 1 2019. Hariono melepaskan tendangan ‘kungfu’ kepada striker Borneo FC, Matias Conti. Kejadian lain juga terjadi pada Liga 1 2019, kali ini Elisa Basna yang masih membela Persebaya Surabaya menjadi pelakunya ketika Persebaya Surabaya menjamu PSIS Semarang. Elisa Basna sengaja menendang dan menginjak perut pemain PSIS, Fredyan Wahyu ketika kedua pemain sedang berlari mengejar bola. Setelah diganjar kartu, keduanya mendapatkan hukuman tambahan, larangan bermain dari Komdis.
Kemudian kapten yang menjadi idola banyak orang pun pernah melakukannya juga. Pada tahun yang sama, tahun 2019 Boaz Solossa pernah melakukan tekel keras terhadap Aaron Evans, ketika Persipura Jayapura bertanding melawan PSM Makassar. Pelanggaran yang dilakukan oleh Boaz layak mendapat kartu merah karena tergolong tekel yang brutal. Namun saat itu wasit hanya menghadiahi Boaz kartu kuning.
ADVERTISEMENT
Sependapat dengan pernyataan Menpora Zainudin Amali, seorang pemain profesional yang baik harus memiliki mental dan attitude yang baik di samping memiliki skill yang mumpuni. Seorang atlet sepak bola sebagai publik figur akan menjadi contoh bagi masyarakat terutama anak-anak yang masih meniru seorang idolanya. Jika semua pemain sepak bola memiliki attitude yang baik, maka stereotipe liga tarkam akan sedikit demi sedikit menghilang. Lalu bagaimana jika pemain idola memiliki attitude yang buruk? Apakah masih layak jika disebut “Atlet Indonesia Yang jadi Idolamu”? Patut untuk direnungkan.