Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Akulturasi dalam Secangkir Kopi di Teko Deko Semarang
14 September 2019 18:24 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Indah Salimin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat mencari rekomendasi kafe di Semarang, salah satu kafe yang akan disarankan banyak orang, saya jamin, adalah Teko Deko. Kafe klasik bernuansa antik di jantung Kota Lama Semarang ini, kondang dengan terobosan kopi akulturasinya. Sajian kopi dengan nilai pertemuan dua budaya, menjadi daya tarik yang membuat banyak orang penasaran.
Para peramu kopi akulturasi di kafe Teko Deko melalui proses panjang dalam meracik kopi signature mereka. Sebelum resmi dibuka pada tahun 2015 lalu, para pendirinya, yakni Ronny Jonathan, Jessie Setiawati, dan Kriski Laras melakukan proses riset dan trial error sehingga berhasil menemukan komposisi terbaik bagi kopi-kopi andalan mereka.
Jessie dan kawan-kawan, tidak sembarangan memilih jenis akulturasi yang ingin mereka transformasikan menjadi secangkir kopi. Mereka memilih akulturasi yang mereka temukan di kota mereka sendiri, agar penikmat kopi nantinya tidak hanya meneguk minuman tetapi juga sedikit banyak memikirkan sejarah budaya Kota Semarang.
Dari berbagai sumber mengenai sejarah Kota Semarang, diketahui kota ini mulai menerima pengaruh luar di abad ke-16 dengan masuknya para pedagang asing mulai dari Bangsa Arab, Tiongkok, hingga Belanda.
ADVERTISEMENT
Persinggungan masyarakat Semarang dengan tiga bangsa ini berlangsung selama ratusan tahun sehingga tidak dapat disangkal pengaruh budaya Belanda, Tiongkok, dan Arab cukup mudah ditemui di ibu kota Jawa Tengah ini.
Atas dasar sejarah inilah, Teko Deko kemudian menghasilkan tiga macam kopi akulturasi yang juga merupakan menu signature mereka, yakni Kopi Cheng Li, Kopi Arab, dan Kopi Londo serta dua kopi signature lain, yakni Kopi Gendhis dan Kopi Kota Lama. Berikut ulasannya.
Kopi Arab
Pemilihan Kopi Arab terinspirasi dari budaya masyarakat akulturasi Arab-Jawa di Kampung Melayu, Semarang. Warga Kampung Melayu yang sebagian besar adalah keturunan Arab, dahulu memiliki kebiasaan yang unik. Pada bulan Ramadan, warga selalu menyiapkan segelas kopi sembari menunggu azan magrib.
Kopi dengan campuran rempah, menjadi menu berbuka yang membuat badan kembali segar setelah berpuasa seharian. Meski sudah mengalami banyak penyesuaian, namun Kopi Arab di Teko Deko masih memiliki kesan 'hangat' dan membuat tubuh terasa lebih segar pasca-meminumnya.
ADVERTISEMENT
Tidak heran karena kopi ini diracik dengan berbagai rempah tambahan seperti cengkeh, kapulaga, dan kayu manis yang membuatnya tidak hanya hangat di mulut, tetapi juga di badan. Secangkir Kopi Arab di Teko Deko ini dihargai sebesar Rp 26.000 per gelas.
Kopi Cheng Li
Suka teh atau suka kopi? Kalau kamu suka keduanya, bagaimana dengan minuman yang dicampur dari teh dan kopi? Terdengar aneh dan sulit dibayangkan kecocokannya. Tetapi ternyata Teko Deko dapat menyajikan kedua jenis minuman ini dalam satu gelas, yang bagi saya, tepat rasanya.
Paduan kopi dan teh ini, dikemas dalam Kopi Cheng Li yang rupanya adalah budaya akulturasi dengan Bangsa Tiongkok yang gemar memasukkan teh ke dalam kopi. Hanya saja, untuk membuat rasanya lebih 'diterima', Teko Deko menambahkan susu dalam menu ini.
Rasanya ternyata tepat dan seimbang. Antara kopi, teh, dan susu seolah tahu tempatnya masing-masing dan tidak berebutan atau saling mendominasi. Rasa teh susu yang kuat di awal, akan digantikan oleh kesan kopi yang muncul sebagai after taste yang mengesankan.
ADVERTISEMENT
Seperti namanya, 'Cheng Li', yang berarti 'seimbang atau 'berbuat adil', kopi akulturasi Cheng Li berhasil menjadi representasi keharmonisan antara budaya Jawa dan Tiongkok di kota ini. Segelas Kopi Cheng Li ini bisa kamu nikmati dengan Rp 26.000 untuk versi hangat dan Rp 28.000 untuk versi dingin.
Kopi Londo
Masa kolonial Belanda yang terjadi selama lebih dari 300 tahun tentu menyisakan pengaruh budaya yang tidak bisa hilang begitu saja. Bukan hanya nilai budaya, banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih awet dan dipergunakan kembali sampai sekarang.
Bangunan Teko Deko pun menggunakan gedung peninggalan Belanda yang sudah berdiri sejak akhir abad 19 dan kemudian digunakan sebagai hotel, pabrik kusen, dan kini bertransformasi menjadi kafe nyaman bernama Teko Deko.
ADVERTISEMENT
Kopi akulturasi dengan Belanda, diberi nama Kopi Londo oleh Teko Deko. Kopi ini unik karena menggunakan cube coffee, yakni es batu yang terbuat dari es, dengan kopi house blend dengan penyajian susu dan gula dipisah agar kamu bisa memilih sendiri tingkat kemanisan yang kamu mau.
Setiap penyajian Kopi Londo di Teko Deko juga akan ditemani dengan biskuit spekulas yang akan melengkapi ritualmu menikmati secangkir kopi andalan kafe ini. Jangan terlalu lama menunggu, campurkan susu dan gula segera agar komposisi rasanya lebih mantap.
Didukung suasana yang teduh dan klasik dari interior Teko Deko, membuat Kopi Londo di tempat ini meninggalkan kesan yang sulit tergantikan. Ingin mencoba kopi ini? Cukup siapkan Rp 26.000 untuk penyajian hangat atau Rp 28.000 untuk penyajian dingin.
ADVERTISEMENT
Kopi Gendhis
Meski bukan merupakan kopi akulturasi, tetapi Teko Deko memasukkan dua kopi lain dalam lima signature kopi mereka, yakni Kopi Gendhis dan Kopi Kota Lama. Kopi Gendhis disajikan dalam tiga lapis, yakni gula jawa, kopi, lalu susu yang dipermanis dengan burned brown sugar di atasnya.
Penampilannya seperti gadis jawa yang cantik dan eksotik, berkesesuaian pula dengan namanya, gendhis yang berarti 'gula'.
Rasanya manis dan lembut. Apalagi jika kamu tidak terlalu suka minuman dengan rasa kopi yang terlalu kuat, Kopi Gendhis tampaknya akan menjadi pilihan yang bisa kamu andalkan di kafe ini. Kopi dengan komposisi tradisional tetapi diproses secara modern menjadikan kopi ini seperti pengikat ke masa lalu di arus waktu yang berjalan sangat cepat ini. Kopi Gendhis dibanderol dengan harga Rp 26.000 untuk penyajian hangat dan Rp 28.000 untuk penyajian dingin.
ADVERTISEMENT
Kopi Kota Lama
Kira-kira, apa alasan Kopi Kota Lama menjadi salah satu menu dalam signature Kopi Teko Deko? Kalau boleh saya terka, biar sejauh apapun angan dan interpretasi mengenai sejarah melambung dalam lamunan kita saat bersantai di kafe ini, orang akan kembali ingat akan Kota Lama. Kembali sadar akan Semarang.
Semarang, pada hakikatnya adalah rumah bagi semua keberagaman yang kita sesap dalam wujud kopi di kafe antik ini.
Bagi saya rasanya mengantarkan pada perasaan klasik. Paduan kopi robusta java mocha yang di-'tubruk' atau diseduh langsung dengan air panas, menyisakan ampas sebagaimana cara menikmati kopi di zaman dulu. Tambahan susu kental manis, hanyalah pemanis dan pengingat bahwa minuman kuno ini, kini dinikmati di era yang sudah jauh berbeda dari sejak ia pertama kali ditemukan. Secangkir Kopi Kota Lama ini bisa kamu nikmati seharga Rp 26.000.
ADVERTISEMENT
***
Lima signature coffee di Teko Deko adalah keunggulan yang tidak hanya membuat kafe ini terus menjadi perbincangan, tetapi juga membuat kamu ingin kembali. Tetapi, toh, ada beberapa alasan lain kamu harus mencoba menyambangi kafe ini. Pertama, tentu saja karena suasananya yang klasik, nyaman, dan terlebih lagi instagramable.
Kedua, mereka punya terobosan kopi nusantara yang tak kalah menarik, yakni kopi dengan dawet, Kopi Cincau, dan Kopi Mutiara. Menarik, kan? Yuk, buktikan sendiri ke dan coba main ke kafe ini.
***
🍴 Kafe Teko Deko
📍 Kawasan Kota Lama, Jalan Letjend Suprapto No 44 Kota Lama, Semarang Utara
⏰ Senin-Kamis Pukul 09.00-22.00 WIB; Jumat-Minggu Pukul 09.00-23.00 WIB
💰 Rp 20.000-Rp 50.000
ADVERTISEMENT