Teman Sebatas Nama

Irwan Aulian Mulyana
Content Writer
Konten dari Pengguna
31 Desember 2021 20:29 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irwan Aulian Mulyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Nathan Dumlao on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Nathan Dumlao on Unsplash
ADVERTISEMENT
Menceritakan mengenai seorang remaja yang sudah mulai tumbuh dewasa yang bernama Ali. Saat ini, dia sudah duduk di kelas 12 SMA terkenal di daerahnya. Dia adalah orang yang cukup pandai dan pintar. Namun dia selalu merasa jika ada sesuatu yang hilang dari diri dia. Layaknya satu lembar daun yang mengapung di atas air yang tenang, dia tidak memiliki seorang teman.
ADVERTISEMENT
Pada hari itu, dia datang lagi ke sekolah setelah liburan panjang. Ketika sampai di depan gerbang sekolah, suara bel berbunyi. Dia pun bergegas menuju ruang kelasnya. Keadaan kelasnya tidak berubah sama sekali. Baik itu kondisi teman-temannya, maupun perasaan dia terhadap mereka. "Hallo, apa kabar?" Ali menyapa semua teman di kelasnya. Mereka hanya membalas sapaan Ali dengan senyuman. Ali merupakan orang yang cukup ramah dan baik. Di balik sifatnya yang baik, dia tidak pernah mempercayai apa itu hubungan pertemanan. Dia selalu menganggap hal tersebut hanya bualan belaka.
Semua itu berawal semenjak dia masih duduk di kelas 8 SMP. Pada saat itu, dia mempunyai teman-teman yang sangat dekat dengan dia. Mereka selalu pergi bersama dan melakukan hal-hal yang aneh. Saat itu Ali sangat mempercayai mereka. Dia sangat menghargai apa itu arti teman. Dia sering bertukar cerita dan mendengarkan saran dari teman-temannya. Ketika salah satu dari mereka sedang mengalami kesulitan, dia selalu membantu mereka semua. Baik itu saat menjenguk salah satu temannya yang sakit, maupun membantu dalam hal akademik di sekolah. Tiba-tiba, semua kepercayaan terhadap teman-temannya itu sirna begitu saja. Hal itu seperti jejak kaki pada pasir di pinggir pantai yang terseret oleh ombak. Jejak itu akan hilang tanpa bekas begitu saja.
ADVERTISEMENT
Semua itu bermula saat Ali terkena demam berdarah. Dia merasakan sakit yang sangat luar biasa. Suhu badannya tinggi, tubuhnya tidak memiliki energi sama sekali. Pada saat itu, dia terpaksa harus dirawat di rumah sakit selama beberapa waktu. Ali tidak mengharapkan sesuatu dari temannya. Dia hanya ingin bertemu dengan beberapa teman dekat dia pada saat itu. Tetapi, semua itu tidak sesuai dengan yang dia harap. Teman-temannya sama sekali tidak pernah menjenguk, bahkan sampai dia pulih dan sudah masuk sekolah kembali. Untuk menanyai kabar dari Ali pun tidak pernah.
Saat pertama kali dia kembali memulai aktivitas di sekolahnya, ada salah satu teman kelasnya langsung yang menghampiri. Orang tersebut adalah Sita. Dia merupakan teman satu kelas Ali yang memiliki sifat pendiam dan jarang bicara kepada orang lain. Sita sempat menanyakan kondisi Ali pada saat itu. "Gimana kabar lu? Udah sehat?" Tanya Sita pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Dia bertanya mengenai hubungan Ali dengan semua teman-temannya. Sita bertanya mengenai mereka yang tidak menemui Ali saat terbaring di rumah sakit. "Gue perhatiin temen-temen lu itu engga ada yang jenguk ya?" Tanya Sita secara langsung. Ali hanya menatap wajah Sita dengan tatapan yang tajam dan tidak menjawab pertanyaan tersebut. Dia pun tidak menghiraukan ucapan Sita dan langsung pergi begitu saja.
Dia sempat kembali berkata, "sekarang tuh engga ada yang namanya pertemanan sejati. Mereka cuma datang saat mereka butuh bantuan kita aja" ucapnya dengan sedikit menyindir sebelum Ali melangkah lebih jauh.
Akhirnya, Ali menghentikan langkah kaki tanpa berbalik badan. "Teman itu mudah sekali berkhianat satu sama lain. Teman-teman dekat lu itu cuma temen sebatas nama aja buat lu" ucapnya. Setelah mendengar kata-kata tersebut, Ali hanya menarik napas berat saja. Dia pun meneruskan langkah kaki yang sempat terhenti, sambil mengepalkan tangannya seakan sedang menahan amarah. Sejak hari itu, sifat Ali terhadap semua teman dekat dia berubah.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Ali langsung menuju kelasnya. Dia mendengar kabar jika Aurora yang merupakan salah satu teman dekatnya itu mengalami sakit ketika Ali sedang dirawat di rumah sakit. "Eh, Aurora udah sembuh. Gimana kondisi lu sekarang?" Ucap salah satu teman kelasnya. Dia juga mendengar jika semua teman dekat dia yang lain sempat menjenguk Aurora, walau dia hanya mengalami sakit ringan.
Amarahnya bertambah setelah mendengar kabar tersebut. Ali mencoba mengendalikan emosinya dan langsung menghampiri Aurora untuk menanyakan kabarnya. Ali mulai menyapa Aurora, "eh, Ra. Ada yang mau" ucapannya terhenti ketika Aurora dan semua teman dekatnya menghindar dari Ali. Dia kecewa dengan sikap semua teman-temannya itu.
Ali bertanya-tanya mengapa mereka mengabaikan Ali begitu saja. "Mereka semua kenapa ya? Apa ada yang salah dari gue?" Tanya Ali dalam hati. Aurora itu merupakan salah satu teman yang paling dekat dengan Ali. Bukan tanpa alasan, hal itu karena Ali menyimpan rasa yang melebihi perasaan seorang teman biasa kepadanya. Pada akhirnya, Ali ingin mencari tahu penyebab dari teman-temannya yang sudah mengabaikannya begitu saja setelah kejadian tersebut. Padahal mereka semua sudah berteman sejak lama dan sudah tahu mengenai rahasia masing-masing.
ADVERTISEMENT
Ali langsung mengajak Aurora untuk mengobrol berdua ketika pulang sekolah. Dia ingin bertanya mengenai mereka semua yang menjauh dari Ali secara tiba-tiba. Dia meminta penjelasan Aurora, "kamu kenapa menghindar, Ra?" Tanya Ali kepada Aurora.
Pada saat yang bersamaan, Ali mengungkapkan isi hatinya kepada Aurora. Ali menjelaskan jika dia sudah menyukai Aurora sejak lama. "Okay, aku mau jujur sama kamu. Kamu tau engga kalo aku udah suka sama kamu sejak pertama kali kita bertemu? Aku cinta sama kamu, Ra" ucapnya sambil memegang kedua tangan Aurora.
Tiba-tiba, air mata Aurora menetes begitu saja. Dia memukul bahu Ali berulang kali. "Kamu jahat. Dasar engga punya perasaan banget. Kamu tega banget sama aku, Li" ungkap Aurora yang diiringi dengan tangisan. Sebelumnya Aurora sudah mendapat kabar dari Juan dan Andi. Mereka berdua berkata jika Ali sudah menyebarkan berita bohong kepada seluruh teman-teman di sekolahnya mengenai Aurora yang diam-diam berkencan dengan pria dewasa di sebuah tempat perbelanjaan. Hal tersebut yang membuat Aurora terganggu. Akhir-akhir ini Aurora merasa tertekan karena selalu dibicarakan oleh mereka semua.
ADVERTISEMENT
Ali merasa sangat terkejut setelah mendengar hal itu. Dia menjelaskan kepada Aurora jika dia tidak pernah melakukan hal tersebut. Ali mulai menjelaskan, "aku engga pernah ngomong gitu, Ra. Sumpah, bukan aku. Bahkan aku engga tau mengenai kabar itu." Saat itu dia bertanya-tanya mengenai kedua temannya yang telah tega menuduh Ali telah melakukan hal tersebut.
Aurora berusaha pergi meninggalkan Ali dan tidak mendengarkan penjelasannya. Ketika itu, Ali langsung menggenggam erat tangan Aurora sambil menjelaskan jika semua itu tidak benar. "Tunggu, Ra. Aku bisa jelasin semuanya. Memangnya kamu engga tau kalo aku engga masuk sekolah cukup lama?" Ucapnya.
"Waktu itu aku sakit, Ra. Aku engga tau apa-apa tentang hal itu. Bahkan kalian engga pernah nanyain kabarku di saat aku butuh kalian. Kalian saat itu ke mana? Seharusnya aku yang kecewa sama kalian semua. Bukan kalian" ucap Ali yang meluapkan semuanya.
ADVERTISEMENT
Aurora hanya menatap Ali sejenak dan terdiam. Dia melepaskan genggaman Ali dan tetap pergi. Dia juga meminta maaf jika dia tidak bisa membalas perasaan Ali yang menyukainya. Hal itu karena dia sudah merasa kecewa kepada Ali. "Aku engga mau denger semua omong kosongmu. Simpan aja perasaanmu itu. Aku engga butuh itu semua. Aku udah kecewa banget sama kamu, Li." Aurora pun pergi meninggalkan Ali sendirian.
Ali selalu menyendiri hingga saat ini setelah kejadian tersebut. Wajahnya selalu terlihat datar dan penuh kesedihan. Saat ini, dia sering melamun sendiri. Dia selalu bertanya-tanya kepada diri dia sendiri, "kenapa mereka melakukan hal tersebut?" Ucapnya terlihat sangat kecewa. Padahal mereka berdua merupakan teman dekat Ali. Mengapa mereka berdua menuduh Ali atas apa yang tidak pernah dia lakukan.
ADVERTISEMENT
Ali pun sempat teringat dengan kata-kata Andi, "gue suka sama seseorang, Li. Tetapi temen gue juga suka sama dia. Gue harus berbuat sesuatu biar gue yang menang" ucapnya pada Ali. Akhirnya Ali menemukan penyebabnya. Dia baru menyadari jika Aurora adalah perempuan yang dimaksud. Ali hanya bisa merenung dan tidak bisa berbuat apa-apa karena itu semua sudah terjadi. Penjelasan saja tidak cukup untuk mengembalikan hubungan antara dia dan teman-temannya itu.
Dia selalu mengingat kata-kata yang pernah diucapkan oleh Sita. Jika tidak ada yang namanya pertemanan sejati. Mereka semua mudah sekali berkhianat satu sama lain demi sesuatu yang mereka mau. Dia juga menjelaskan jika teman-teman Ali itu hanya teman sebatas nama saja baginya.
ADVERTISEMENT
Semua hal itu yang sudah mengubah Ali dari seorang remaja yang awalnya percaya akan arti pertemanan dan saat ini menganggap hubungan pertemanan itu hanya omong kosong belaka. Semua itu karena dia yang pernah dibuat kecewa oleh temannya sendiri.