Football's Coming to Rome, Maaf Inggris Belum Waktunya Kalian Juara

Isa Anshar Jusuf
Seorang jurnalis yang masih belajar
Konten dari Pengguna
12 Juli 2021 7:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isa Anshar Jusuf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Leonardo Bonucci mencetak gol ke gawang Timnas Inggris pada laga final Euro 2020. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Leonardo Bonucci mencetak gol ke gawang Timnas Inggris pada laga final Euro 2020. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
TIMNAS Italia akhirnya ke luar sebagai juara EURO 2020, kompetisi sepak bola antar negara di benua biru, Eropa, setelah menang adu penalti atas Timnas Inggris, Senin (12/7) pagi ini.
ADVERTISEMENT
Sempat tertinggal terlebih dahulu di babak pertama lewat tendangan keras Luke Shaw di menit ke-2, Italia kemudian menyamakan kedudukan di babak kedua, tepatnya menit ke-62, lewat aksi Leonardo Bonucci, setelah sebelumnya terjadi skrimik di depan gawang Timnas Inggris. Kedudukan imbang 1-1 kemudian bertahan hingga babak perpanjangan waktu.
Saat adu penalti, Gianluigi Donnarumma yang akhirnya terpilih sebagai Pemain Terbaik Turnamen, berhasil menjadi pahlawan dengan menahan dua tendangan yang dilakukan Jadon Sanco dan Bukayo Saka. Sementara, Marcus Rashford menjadi penendang Inggris yang gagal mengeksekusi penalti, karena bola yang ditendangnya membentur tiang.
Italia akhirnya berhasil meraih tropi Eropa kedua mereka, setelah terakhir direngkuhnya pada tahun 1968, 53 tahun silam. Kemenangan Italia ini, sekaligus menjadikan kompetisi eropa ini belum memiliki juara baru, karena Italia adalah tim yang pernah menjuarai kompetisi ini.
ADVERTISEMENT
Inggris sendiri akhirnya menjadi tuan rumah penyelenggaraan EURO, yang berhasil masuk ke Final, namun akhirnya kalah dari lawannya. Anak asuhan Gareth Southgate, mengikuti jejak Portugal di tahun 2004 dan Prancis tahun 2016, yang harus mengakui keunggulan lawannya di final.
Tahun 2004, Portugal yang jadi tuan rumah, kalah dari Yunani lewat gol tandukan Angelols Charisteas, dan Prancis yang kalah dari Portugal lewat gol yang dicetak Ederzito Antonio Macedo Lopes atau Eder pada menit ke 109 babak perpanjangan waktu.
Spanduk Football's Coming Rome yang dibawa suporter Italia, benar-benar menjadi kenyataan karena Italia memenangkan EURO 2020. (foto: bbc)
Sementara itu, kekalahan Inggris ini sekaligus menghapus dugaan adanya skenario pengaturan jika The Three Lions, akan dijadikan juara EURO 2020. Hal ini berdasarkan kontroversi yang terjadi saat babak semi final, setelah Inggris mendapatkan tendangan penalti di babak perpanjangan waktu, akibat diving yang dilakukan oleh Raheem Sterling.
ADVERTISEMENT
Inggris sendiri memang pantas dikalahkan oleh Italia, karena walaupun berhasil unggul di menit-menit awal, tapi kemudian sepanjang sisa pertandingan, Harry Kane cs, langsung ditekan oleh Italia. Penguasaan bola tampak jelas menunjukan bagaimana Italia mendominasi dengan 66 persen.
Tak hanya itu dari sisi tendangan, Italia berhasil melepaskan 19 tendangan dengan enam di antaranya tepat sasaran. Berbanding dengan Inggris yang hanya membuat enam tendangan dengan dua mengarah ke gawang. Akurasi operasi juga menunjukan anak asuh Roberto Mancini lebih baik dengan 88 persen berbanding 75 persen.
Namun, yang membuat Inggris layak kalah dari Italia adalah kesalahan strategi pelatih Gareth Southgate dalam penentuan pemain. Jack Grealish, gelandang muda berbakat asal klub Aston Vila ini, baru diturunkan pada menit ke 99 babak pertama perpanjangan waktu. Saat Grealish masuk, permainan Inggris jadi lebih baik, terutama dalam serangan. Tercatat ada dua momen serangan Inggris yang di bangun dari kakinya dan membuat repot pertahanan Italia.
Gianluigi Donnarumma melakukan pemanasan jelang laga. Foto: AFP/Miguel Medina
Jika Grealish terlambat dimasukan, Southgate juga membuat keputusan aneh ketika memasukan Marcus Rashford dan Jadon Sanco pada menit ke 120, dan hanya berada di lapangan selama lebih kurang 5 menit injury time sebelum wasit meniup peluit, tanda laga akan dilanjutkan ke adu penalti.
ADVERTISEMENT
Parahnya lagi, Southgate kemudian memilih Rashford dan Sanco, dua pemain yang baru berada di lapangan saat injury time, sebagai eksekutor penalti. Rashford tampak linglung saat mengambil eksekusi penalti dan akibatnya tendangan yang dilepas membentur tiang. Padahal, saat itu Inggris pada momen yang baik, setelah eksekusi penalti dari Andrea Belotti berhasil diblok Jordan Pickford.
Lanjut ke Jadon Sanco, yang masuk bersama Rashford di menit 120 tersebut. Karena berkeringat saja tidak, arah tendangan Sanco akhirnya dengan mudah terbaca oleh Gianluigi Donnarumma.
Inggris sebenarnya kembali mendapatkan harapan, saat kiper Jordan Pickford berhasil memblok tendangan penalti Jorginho. Namun, harapan itu sirna karena Bukayo Saka, pemain berusia 19 tahun, gagal menjaringkan bola. Eksekusinya berhasil diblok Donnarumma. Italia pun akhirnya menang 3-2 dan menjadi juara.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Italia ini, membuat chant atau nyanyian Football's Coming Home para pendukung Inggris langsung diganti menjadi Football's Coming (to) Rome, oleh para pendukung Italia. Ia, sepak bola itu datang ke Roma bukan ke rumahnya di Inggris.
Selamat Timnas Italia. Kalian memang layak jadi kampiun di Eropa, karena menampilkan permainan terbaik sejak di fase grup. Football's Coming (to) Rome.
Dan untuk para penikmat sepak bola di tanah air, setelah begadang dini hari menonton kemenangan Italia, jangan lupa sebelum beraktivitas kembali, biar kuat minum Kuku Bima, Roso!
isa anshar jusuf
fans italia