Mau Apa Usai Pandemi: Sebuah Daftar Milik Aku yang Banyak Mau

Judith Aura Tiara
Diari virtual plus lapak penulisan kreatif Judith, alumnus Sastra Inggris Universitas Padjadjaran dan reporter di kumparanWOMAN.
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 20:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Judith Aura Tiara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Spotted: Tiga kawanku ngaso di Pantai Melasti, Kuta Selatan, Februari 2019. Foto: Dok. Judith Aura Tiara
zoom-in-whitePerbesar
Spotted: Tiga kawanku ngaso di Pantai Melasti, Kuta Selatan, Februari 2019. Foto: Dok. Judith Aura Tiara
ADVERTISEMENT
Kalau ditanya mau apa saat pandemi akhirnya selesai, aku dijamin 100% bingung. Bukan karena enggak tahu mau apa, justru karena kebanyakan mau, aku jadi bingung sendiri. Aku enggak sendiri, kan?
ADVERTISEMENT
Pandemi selama 1,5 tahun ini sudah bikin puluhan masalah dan ratusan kerumitan. Bukan rambut saja yang menipis, dompet pun ikut-ikutan. Sakit kepala? Pastinya.
Banyak sekali hiburan yang harus terlewatkan akibat pandemi ini. Kesempatan-kesempatan emas di hidupku juga banyak yang terenggut.
Alhasil, aku hanya bisa diam, makan apa pun yang ada di rumah, nonton film seadanya lewat layanan streaming, sambil minum kopi racikan sendiri. Intinya: Cuma bisa ngajedog di rumah.
Jadi, apa sih, yang diinginkan si anak banyak mau ini?
Ilustrasi kerja di kantor. Foto: Dok. Domenico Loia/Unsplash

Work from Office

Sebagai karyawan baru yang belum pernah sama sekali datang ke kantor mana pun untuk bekerja, satu yang tercantum di bagian paling atas daftar panjang ini adalah WFO alias Work from Office.
ADVERTISEMENT
Emangnya kenapa? Bukannya enak kerja di rumah, bangun-bangun enggak usah mandi, langsung nangkring depan laptop?
Iya, sih, enak. Bukan enggak mandinya, lho, ya. Memang enak, bangun-bangun terkesan nyantai, bisa langsung lari ke dapur untuk bikin kopi kalau bangun kesiangan. Terus, enggak perlu lama-lama menghabiskan waktu di perjalanan naik kendaraan umum.
Tetapi, justru dengan ke-simple-an itu, thrill alias sensasi kerjanya jadi kurang terasa. Ditambah, aku yang sekarang adalah reporter baru, jadi susah untuk belajar banyak. Sejauh ini, aku baru wawancara narasumber lewat telepon, ikut konferensi pers juga secara online.
Belum pernah merasakan capek-capeknya di lapangan, seperti kakak-kakak reporter lainnya. Takut, sih, memang, turun ke lapangan. Segalanya terasa asing, bikin deg-degan pun sudah pasti. Tetapi, justru di situ sensasinya. Banyak pengalaman baru yang bisa diperoleh.
ADVERTISEMENT
Plus, aku juga ingin banget ketemu kakak-kakak co-worker di kumparan. Masa, sudah enam bulan kerja, belum pernah ketemu langsung sama sekali?
Sunset di Pantai Kuta, Februari 2019. Foto: Dok. Judith Aura Tiara

Liburan!

Liburan pakai tanda seru. Enggak pakai titik ataupun koma. Liburan! Aku pengin sekali liburan yang jauh, mau itu dengan teman atau sendirian. Aku mau melihat pemandangan yang bukan tembok putih atau gorden merah di kamarku.
Sebelum pandemi saja aku sudah jarang sekali liburan, terus ditambah pandemi, wah, makin ngajedog aku di rumah.
Oh, buat yang belum tahu, ngajedog itu bahasa Sunda yang artinya berdiam saja, enggak ngapa-ngapain. Persis aku selama awal-awal pandemi.
Oke, lanjut.
Aku sudah pernah menulis soal kecintaanku dengan sang Pulau Dewata dengan bentang alamnya yang memikat, serta pengalaman bertualang yang hemat tapi tetap berkesan. Nah, aku pengin sekali bisa mengulang momen itu, atau bahkan, melakukan banyak hal-hal baru lainnya.
ADVERTISEMENT
Aku mau memandang laut biru lepas, main di pantai yang pasirnya bersih, menikmati matahari yang terbenam dari tepi pantai. Aku ingin nekat mencoba keasyikan bermain wahana air, seperti banana boat atau jetski. Aku mau berenang di lagi, sampai kulit terbakar pun enggak apa, yang penting bisa senang-senang lagi.
Aku mau merasakan jalan-jalan di kota besar selain Jakarta, makan street food selain seblak atau cilor, dan mengelilingi area downtown yang keren dan ramah pejalan kaki. Selain Jakarta, tapinya. Sudah kenyang 22 tahun hidup di Jakarta.
Ilustrasi street food Korea. Foto: Dok. Mike Swigunski/Unsplash
Atau mungkin, liburan di daerah pegunungan yang dingin? Aku sebenarnya kurang suka cuaca dingin, tapi, asalkan itu liburan, aku hayu saja.
Yang penting aku bisa sejenak lepas dari kejenuhan berdiam di rumah saja, dan tentunya dengan keadaan yang tetap sehat walafiat.
ADVERTISEMENT
Meskipun aku sudah melakukan vaksinasi COVID-19, aku masih bisa menularkan ke orang-orang tersayang kalau enggak hati-hati. Makanya, meskipun gereget banget pengin berangkat liburan jauh sekarang juga, kutahan dulu saja.
Berdoa iya, jaga protokol kesehatan juga jalan. Supaya pandemi cepat selesai, terus bisa liburan. Amin!

Makan Enak di Restoran

Sekarang pun sudah berani makan di restoran, sebenarnya. Enggak sering, hanya sekali dua kali sebulan. Tetapi, makan di restoran, mau seenak apa pun makannya, tingkat kelezatannya berkurang kalau lagi pandemi begini.
Iya, ngeri. Kalau makan, kan, otomatis harus buka masker, dan yang makan enggak cuma aku sendiri. Otomatis, risiko penyebaran virus makin tinggi. Bagaimana mau makan nikmat, kalau yang terbayang-bayang di otak itu si virus corona?
ADVERTISEMENT
Makanya, nanti saat pandemi selesai, aku akan langsung mengincar restoran-restoran enak. Mau di Jakarta, Bandung, Jatinangor, sampai Bali pun, aku kejar.
Kalau punya rekomendasi restoran yang endeus, boleh sekali bagi-bagi. Ingat, berbagi itu ibadah.

Nonton di Bioskop Tanpa Cemas

Ilustrasi bioskop tutup. Foto: Dok. Edwin Hooper/Unsplash
Nonton di bioskop adalah salah satu hobi yang enggak pernah ditinggalkan. Dari kecil, kenangan nonton bioskop bersama Mama, almarhum Bapak, kedua kakak dan adikku, selalu membuat aku nyaman berada di bioskop.
Ditambah, dulu kampusku dekat sekali dengan bioskop. Kalian para penghuni Jatinangor pasti tahu, dong, bioskop Jatos 21 kesayangan kita semua.
Nah, semenjak pandemi, tentu saja bioskop ditutup. Berada di ruangan tertutup bersama puluhan orang lainnya dengan durasi berjam-jam pastinya berbahaya sekali. Sekarang, beberapa bioskop sudah mulai beroperasi dengan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Meski dengan protokol kesehatan, aku tetap enggak berani. Film The Conjuring 3 yang sekarang diputar pun tidak berhasil merayu aku buat masuk dan diam dua jam di ruangan yang dinginnya bikin sendi-sendi beku itu.
Makanya, saat pandemi usai nanti, aku juga ingin langsung nonton film di bioskop. Semoga saja, pandemi cepat bubar supaya aku bisa nonton serangkaian film Marvel Cinematic Universe Phase 4 sambil makan popcorn karamel—yang selalu habis setengah jam di awal film—kesukaanku.
Keempat daftar di atas sepertinya baru 40% dari apa-apa saja yang ingin kulakukan saat pandemi usai nanti. Masih banyak yang pengin kulakukan lainnya, tapi enggak kujelaskan di sini.
Sembari menunggu dengan sabar, lebih baik aku puas-puasin kerja di rumah, berakhir pekan di rumah sambil nonton drama Korea, melahap makanan di meja makan rumah, sambil nonton film lewat laptop.
ADVERTISEMENT
Nanti juga selesai, kok, pandeminya. Jangan lupa jaga kesehatan, terus disiplin protokol kesehatan juga, ya!