Konten dari Pengguna

Feminisme dan Stereotip Gender: Menghapus Norma-Norma yang Menghambat Kesetaraan

Julia Efrita
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
16 September 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Julia Efrita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Problematika feminisme di masyarakat menjadi salah satu hal yang banyak dibahas dunia. Feminisme adalah serangkaian gerakan politik, sosial, dan ideologis yang bertujuan untuk membangun dan mencapai kesetaraan gender di bidang ekonomi, politik, pribadi, dan sosial. Feminisme sendiri ingin melawan stereotip gender dan membangun pendidikan yang setara dengan laki-laki. Sayangnya, feminisme sering disalah artikan sebagai gerakan anti laki-laki yang menuntut hak superioritas atas laki-laki. Faktanya, feminisme ada untuk memperjuangkan kesetaraan, bukan untuk keunggulan tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat, gerakan feminis mulai bergema ketika buku Betty Friedan (The Feminine Mystology) diterbitkan pada tahun 1963. Gerakan itu semakin besar ketika Organisasi Wanita Nasional, organisasi wanita yang didirikan oleh Betty Friedan, didirikan pada tahun 1966. Dalam arti tertentu, feminisme itu sendiri seperti "teologi kemarahan". Proses feminis sebenarnya dimulai dengan gugatan terhadap pandangan Barat tentang keadilan, rasionalitas, dan interpretasi hak asasi manusia. Di masyarakat Barat, ada perdebatan sengit yang menyerukan reinterpretasiAlkitab, yang dipandang sebagai penyebab utama kejatuhan perempuan. Singkatnya, gerakan feminis Barat datang sebagai tanggapan atas ketidakpuasan terhadap tulisan-tulisan yang ada di alkitab (Bible).
Di dalam teori feminisme komunikasi membahas bahwa feminisme ini muncul karena dalam penggunaan media laki-laki lebih aktif dalam menyampaikan pendapat-pendapat mereka. Akibatnya,banyak yang mengatakan bahwa bahasa dalam yang digunakan dalam melakukan komunikasi adalah ciptaan laki-laki. Sehingga pengaruh perempuan dalam penggunaan bahasa dianggap sedikit dan selalu diremehkan oleh kaum laki-laki. Selain itu,dipercaya juga bahwa karakteristik bahasa yang digunakan oleh laki-laki dalam menggunakan media lebih baik daripada perempuan. Hal inilah yang menjadi faktor dari terjadinya gerakan feminisme dalam ilmu komunikasi,dimana perempuan juga ingin dihargai ketika menggunakan media dan berbahasa yang baik di dalam media tersebut.
ADVERTISEMENT
Semua aliran feminisme sepakat untuk mendorong perempuan lebih aktif di ruang publik. Feminisme terus mengakui bahwa perempuan adalah kelompok yang tertindas. Pekerjaan rumah tangga perempuan disebut-sebut tidak produktif, menempatkan mereka pada posisi subordinat (tidak berarti). Sehingga perempuan juga ingin memiliki karir yang bebas dan dikondisikan untuk tidak lagi bergantung pada laki-laki.
Selain penelitian feminis yang berhubungan dengan status perempuan, ada penelitian gender yang memiliki jangkauan yang lebih luas dan juga dilakukan secara berkelompok yaitu lesbian, gay, biseksual, maskulinitas, dan kelompok transgender. Padahal dapat kita ketahui bahwa,feminisme ini tidak bertujuan untuk permasalahan gender tadi,mereka hanya ingin kesetaraan dan kebebasan dalam mengikuti ranah apapun yang mereka inginkan. Sehingga banyak terjadi penyelewengan atau kesalahpahaman dari masyarakat mengenai feminisme ini. Feminisme sebagai gerakan sosial bertujuan untuk kesetaraan gender. Gender merupakan alat analisis yang penting untuk menentukan posisi masyarakat dalam struktur sosialnya. Gender dalam hal ini meliputi ekspresi, identitas, dan peran. Oleh sebab itu,dapat kita ketahui bahwa sebenarnya sex dan gender itu memiliki arti yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Sex merupakan jenis kelamin atau kondisi biologis yang hanya ada dua pilihan yaitu laki-laki dan perempuan. Sex dapat dijadikan sebagai identitas diri kita di dalam masyarakat. Berbeda sekali dengan gender,dimana gender adalah intepretasi yang berhubungan dengan gambaran seseorang terhadap dirinya baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Contoh kasus disini adalah seperti munculnya delapan belas jenis kelamin yang ada di Thailand,padahal sudah dipastikan bahwa jenis kelamin manusia hanya ada dua jenis saja. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa delapan belas jenis kelamin resmi yang ada di Thailand ini merupakan gender bukan sex karena terdapat beberapa karakteristik dari 18 gender tersebut.
Adanya feminisme membuat masyarakat resah dan menganggap bahwa kehadiran feminisme dapat merusak kondisi sosial masyarakat karena munculnya berbagai macam penyakit sosial seperti LGBT,pelecehan seksual dan kekerasan terhadap wanita lainnya. Padahal tujuan sebenarnya dari gerakan feminisme ini adalah untuk menyebarkan doktrin-doktrin yang mengangkat derajat perempuan menjadi setara dengan laki-laki,apalagi di era modern saat ini perempuan juga memiliki pola pikir yang hebat dan mampu bekerja sama dengan laki-laki baik di bidang sosial,ekonomi,budaya,dan politik.
ADVERTISEMENT