Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Arti Amaluna Amalukum dan Maknanya bagi Umat Muslim
21 Juni 2023 9:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Secara bahasa, amaluna amalukum artinya bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu. Kalimat yang secara lengkap berbunyi amaluna walakum amalukum tersebut merupakan penggalan ayat beberapa surat Alquran, salah satunya surat Al-Baqarah ayat 139.
ADVERTISEMENT
Allah berfirman, "Qul atuhaaajjuunanaa fil laahi wa Huwa Rabbunaa wa Rabbukum wa lanaa a'maalunaa wa lakum a'maalukum wa nahnu lahuu mukhlisun."
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), "Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri.”
Ayat tersebut, khususnya pada bagian amaluna walakum amalukum, sering kali digunakan sebagai hujjah untuk menghentikan perdebatan yang terjadi antara sesama umat Muslim maupun umat Muslim dan non Muslim. Sebenarnya, apa arti amaluna amalukum?
Arti Amaluna Amalukum
Secara garis besar, surat Al-Baqarah ayat 139 menggambarkan perdebatan orang Yahudi dan Nasrani terhadap kaum Muslim tentang keesaan Allah SWT. Menurut tafsir Kemenag, ayat tersebut masih berkaitan dengan ayat 135.
ADVERTISEMENT
Dalam surat Al-Baqarah ayat 135, orang-orang Yahudi dan Nasrani mengajak umat Muslim untuk sesat bersama mereka. Mereka berkata, “Jadilah kamu penganut Yahudi atau penganut Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.”
Namun, Nabi Muhammad membantahnya dan beliau diperintahkan untuk berkata, “Tidak! Kami tidak akan mengikutimu! Tetapi kami mengikuti agama Nabi Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Kemudian, pada ayat 139, Nabi Muhammad diperintahkan untuk mendebat kaum Yahudi dan Nasrani dengan menjelaskan bahwa Allah adalah Tuhan semua umat. Umat Nabi Muhammad, kaum Yahudi, juga orang Nasrani sama-sama menyembah-Nya dan tidak bisa menghindar dari ketetapan-Nya.
Namun, jika mereka bersikukuh mempersatukan Allah maka mereka sendirilah yang akan mempertanggungjawabkan kesyirikan itu di akhirat kelak. Karena pada akhirnya amal ibadah adalah urusan masing-masing orang dengan Tuhannya.
ADVERTISEMENT
Hanya kepada-Nya umat Muslim tulus mengabdikan diri dan mengikhlaskan hati. Sementara kaum non Muslim mempersekutukan-Nya dengan Nabi Isa dan para nabi yang lain.
Artinya, umat Muslim maupun orang Yahudi dan Nasrani hendaknya menjalani amalan masing-masing tanpa mencampuri urusan satu sama lain. Sebab, urusan amal ibadah sejatinya urusan pribadi antara orang yang bersangkutan dengan Tuhan. Inilah yang dinamakan toleransi sesungguhnya.
Islam telah mengatur dengan sempurna batas antara Muslim dan non Muslim. Dijelaskan dalam Juz 'Amma Smart tulisan Agus Saefudin, toleransi menurut Islam bukan untuk saling bertukar atau meleburkan keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda.
Toleransi lebih berkaitan pada muamalah (interaksi sosial), yaitu sikap masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya.
ADVERTISEMENT
Jadi, jika ada perselisihan di antara sesama Muslim atau dengan non Muslim, Allah memerintahkan umat Muslim untuk tidak berdebat, saling menyalahkan, apalagi merasa paling benar dengan perbuatan yang dilakukan, melainkan mengembalikannya kepada Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai keyakinan masing-masing.
(ADS)