Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Bagian-Bagian Catur Brata Penyepian, Manfaat, dan Larangannya
8 Maret 2024 21:09 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hari Nyepi merupakan hari Tahun Baru dalam Kalender Saka Bali. Seluruh penduduk yang tinggal di Pulau Bali wajib mematikan semua lampu. Pada hari ini, umat Hindu mempraktikkan serangkaian ritual, salah satunya Catur Brata Penyepian.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, Nyepi jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024, hari yang sama dengan seluruh umat Muslim melaksanakan puasa Ramadan dan salat tarawih. Oleh sebab itu, ibadah salat tarawih di bulan Ramadan oleh umat Muslim di Kota Denpasar dilaksanakan dengan berbagai ketentuan.
Sebagaimana mengutip dari situs resmi denpasarkota.go.id, ketentuan tersebut di antaranya yang pertama salat dapat dilaksanakan pada masjid atau musala terdekat dengan berjalan kaki dan tidak bergerombol. Kedua, masjid tidak menggunakan pengeras suara.
Ketiga, untuk kenyamanan bersama pelaksanaan ibadah Tarawih, keamanan dapat dibantu oleh Pecalang, Jaga Bhaya, Bakamda dan Petugas Keamanan Masjid atau Mushola, dan yang keempat yakni pelaksanaan sahur dan buka puasa agar dilaksanakan di rumah masing-masing.
Catur Brata Penyepian
Mengutip dari buku Beragama Tanpa Rasa Takut Upaya Menjawab Tantangan Umat Hindu Masa Kini, Gede Agus Siswadi dan I Dewa Ayu Puspadewi (2020), dalam pelaksanaan hari suci Nyepi umat Hindu diharapkan untuk melaksanakan Catur Brata Penyepian atau dikenal juga dengan puasa Nyepi yang terdiri dari Amani Geni (tidak menyalakan api, baik api dalam diri maupun api dalam Bhuana Agung), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (tidak melaksanakan hal yang bersifat hiburan).
ADVERTISEMENT
Sehingga Nyepi memiliki tujuan untuk introspeksi diri mengenai siapa diri ini sebenarnya dan untuk apa kita dilahirkan. Ritual ini memiliki pengecualian bagi mereka yang sedang sakit atau membutuhkan layanan untuk keselamatan dan hal-hal lainnya karena alasan kemanusiaan.
Sejarah Hari Raya Nyepi
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa Hari Raya Nyepi merupakan tahun baru bagi umat Hindu, yang mana ini berarti tahun pembaruan yang menandai kerukunan dan toleransi antarumat beragama.
Hari Raya Nyepi diperingati tepat pada saat manusia terhindar dari pertikaian dan peperangan yang terjadi pada masa India kuno. Di masa itu, konflik perang antarsuku bangsa seperti Saka, Pahlava, Yueh-chi, Yavana, dan Malava silih berganti memperebutkan kekuasaan wilayah yang dikenal subur dan makmur.
ADVERTISEMENT
Peperangan antarbangsa tersebut berakhir setelah Raja Kaniskha 1 dari bangsa Saka berhasil mendamaikan bangsa-bangsa yang bertikai. Sejak saat itulah, India menggunakan sistem kalender suku Saka yang dimulai pada tahun 78 M.
Bulan pertama dalam tahun Saka yang disebut Caitra berada di antara bulan Maret dan April dalam penanggalan Masehi yang kemudian dirayakan oleh umat Hindu di India. Pada masa penyebaran agama Hindu-Buddha ke tanah Nusantara, tahun baru dalam penanggalan Saka disebut dengan Nyepi.
Bagian-Bagian dan Larangan Catur Brata Penyepian
Sebelum perayaan Hari Raya Nyepi dilaksanakan, ada larangan-larangan yang harus dipenuhi yang juga menjadi bagian dari tradisi Catur Brata. Mengutip dari laman resmi stekom.ac.id, adapun larangan-larangannya adalah sebagai berikut:
1. Amati Geni (Tidak Menyalakan Api)
Maksud dari tidak menyalakan api yaitu tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan api, seperti memasak, menyalakan lampu, atau merokok. Sehingga umat Hindu melaksanakan puasa atau pawasa selama 24 jam atau 36 jam setelah melaksanakan Tawur Agung Kesanga.
ADVERTISEMENT
Makna dari ritual ini yaitu untuk membersihkan diri dari hawa nafsu dan mengasah kesadaran spiritual melalui pawasa, sehingga tubuh berhenti beraktivitas secara penuh. Dengan menghindari api, umat Hindu diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi atau Sang Pencipta secara batiniah.
2. Amati Karya (Tidak Bekerja)
Larangan ini mengartikan tentang larangan melakukan pekerjaan dalam bentuk apapun selama 24 jam atau 36 jam, mulai dari pekerjaan sehari-hari, bisnis, atau aktivitas ekonomi lainnya. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan pada diri sendiri untuk berkontemplasi, bermeditasi, dan memperkuat hubungan dengan Tuhan.
Selain itu, selama waktu Nyepi juga merupakan cara untuk untuk memberikan waktu bagi alam semesta untuk beristirahat.
3. Amati Lelunganan (Tidak Berpergian atau Beraktivitas di Luar Rumah)
Selama Nyepi, umat Hindu dilarang melakukan aktivitas bepergian di luar rumah atau meninggalkan rumah. Hal ini bertujuan untuk menghormati ketenangan dan kedamaian, serta fokus introspeksi diri di dalam diri.
ADVERTISEMENT
Dengan tidak berpergian, umat Hindu diharapkan dapat mawas diri, menenangkan pikiran dan mencapai tingkat introspeksi yang lebih dalam tentang tahun-tahun sebelumnya.
4. Amati Lelanguan (Tidak Bersenang-senang)
Pada Hari Tahun Baru Nyepi, umat Hindu juga dilarang melakukan segala kesenangan melalui panca indra maupun dasa indra, seperti Ini bermain, mendengarkan musik, menonton televisi, atau menggunakan gadget. Dengan menghentikan semua kesenangan ini bertujuan agar fokus pada pengendalian diri dan pencarian spiritual, sehingga mampu menyikapi bahwa kesenangan dapat membuat manusia lupa diri.
Rangkaian Upacara Nyepi
Adapun rangkaian upacara Hari Raya Nyepi adalah sebagai berikut:
Melasti
Ritual ini dilakukan tiga hari menjelang Hari Raya Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan benda-benda yang disakralkan atau sesuatu yang dimiliki. Benda-benda tersebut selanjutkan akan dibawa dan dibersihakan di laut, sungai, danau, atau sumber mata air lainnya.
ADVERTISEMENT
Tawur Kesanga (Mecaru)
Ritual Tawur Kesanga dimaksudkan sebagai bentuk penyucian atas unsur-unsur jahat yang ada pada diri manusia. Ritual ini dilakukan sehari sebelum Nyepi dimana semua tingkatan masyarakat mulai dari keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya memberikan sesajian atau disebut juga dengan caru kepada para bhuta.
Pengerupukan
Setelah Mecaru, ritual dilanjutkan dengan pengerupukan, yaitu menyebarkan nasi tawur, menyemburi rumah dengan mesiu, mengobor-obori rumah dan pekarangan, serta memukul benda-benda untuk menciptakan kegaduhan. Ritual ini bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah.
Upacara Pengerupukan di Bali biasanya dimeriahkan dengan kehadiran ogoh-ogoh sebagai perwujudan Bhuta Kala yang diarak kemudian dibakar.
Nyepi
Tiba saatnya pada Hari Nyepi, umat Hindu di Bali akan berdiam di dalam rumah selama 24 jam dari matahari terbit sampai matahari terbit kembali keesokan hari. Saat inilah, umat Hindu akan melaksanakan serangkaian ritual Catur Brata yang berisi aturan dan larangan.
ADVERTISEMENT
Aturan dan larangan ini juga harus dipatuhi bagi penduduk umum maupun turis yang berada di Bali, tujuannya untuk menghormati umat Hindu yang sedang beribadah melaksanakan Nyepi.
Ngembak Geni
Ritual Ngembak Geni adalah tahap akhir dari rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi yang menandakan berakhirnya masa penyepian. Masyarakat diperbolehkan beraktivitas kembali seperti sedia kala.
Umumnya, umat Hindu akan melakukan Dharma Shanti dengan mengunjungi tetangga, rekan, dan sanak saudara untuk saling mengucapkan syukur dan memaafkan satu sama lain.
Manfaat Catur Brata Penyepian
Jika melihat makna yang terdalam mengenai rangkaian hari suci Nyepi, sesungguhnya seluruh rangkaian tersebut merupakan dialog spiritual yang dilakukan oleh umat Hindu agar hidup dan kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup dapat terwujud.
ADVERTISEMENT
Melalui perayaan Nyepi, umat Hindu diajak untuk Mulat Sarira (kembali ke jati diri). Sehingga terwujudnya keharmonisan antara manusia dengan Tuhan (Dewa Hita), manusia dengan manusia (Manusia Hita), manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan.
Tujuan Hari Raya Nyepi
Tujuan utama Hari Raya Nyepi yaitu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (Alam manusia/mikrokosmos) dan Bhuana Agung (makrokosmos atau alam semesta), yang mana permohonan ini terealisasikan melalui beberapa rangkaian upacara yang dilakukan oleh umat Hindu.
Hari Raya Nyepi mengandung arti dan makna yang sangat relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang.
Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran di atas, bisa disimpulkan bahwa Hari Raya Nyepi di Bali bukanlah perayaan biasa, tetapi juga merupakan kesempatan untuk memahami makna mendalam dari ketenangan dan penyucian diri. Karena sakralnya Nyepi, masyarakat umum sudah sepatutnya menghargai tradisi ini, terlepas dari agam dan kepercayaan yang dianut.
ADVERTISEMENT
Dengan mematuhi Catur Brata Penyepian, umat Hindu berkomitmen untuk memperdalam pemahaman tentang diri sendiri dan hubungan dengan alam semesta. Oleh sebab itu, di waktu Nyepi inilah umat Hindu mengambil waktu untuk berkontemplasi dan memperkuat hubungan spiritual mereka yang juga disebut dengan bertapa.
Karena Nyepi adalah waktu yang berharga bagi umat Hindu sebagai bentuk menghargai kedamaian atas konflik perang antarbangsa yang berlangsung selama berabad-abad, maka penting bagi semua orang untuk menghormati tradisi ini. (LAIL)