Konten dari Pengguna

Hari Penampahan Galungan: Pengertian, Tradisi, dan Perayaannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
1 Agustus 2023 8:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi perayaan hari raya Galungan  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi perayaan hari raya Galungan Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Hari Raya Galungan dilaksanakan dengan berbagai rangkaian, salah satunya yaitu Penampahan Galungan. Mengacu pada kalender Hindu, prosesi ini dilaksanakan setiap hari Anggara Wage Wuku Dungulan.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Widya Dharma Agama Hindu untuk SMP karya I Wayan Midastra, dkk., pada prosesi tersebut, umat Hindu biasanya akan menyembelih hewan ternak seperti babi, ayam, dan itik. Ini ditujukan untuk keperluan yadnya dan pesta menyambut Hari Raya Galungan.
Mereka percaya bahwa pada hari tersebut, turun Sang Bhuta Kala Amangkurat untuk menggoda umat manusia agar membatalkan prosesi perayaan Hari Raya Galungan. Jumlah Bhuta Kala yang turun ke bumi berjumlah 3 Bhuta, sehingga godaannya pun terasa amat berat.
Oleh karena itu, umat Hindu perlu mempersiapkan rangkaian upacara dan adat khusus untuk menghadapinya. Simak penjelasan tentang Penampahan Galungan selengkapnya dalam uraian berikut ini.

Hari Penampahan Galungan

Umat Hindu bersembahyang saat Hari Raya Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (4/1/2023). Foto: Fikri Yusuf/Antara Foto
Untuk menghadapi kedatangan Sang Bhuta Kala pada Hari Penampahan Galungan, umat Hindu perlu mempersiapkan mentalnya. Mereka harus menghadapinya dengan sungguh-sungguh berdasarkan dharma (kebenaran).
ADVERTISEMENT
Sebab, apabila umat telah benar-benar menjunjung tinggi dharma, niscaya mereka akan menang. Dengan kekuatan iman yang dimilikinya, umat akan mampu menghadapi Bhuta Kala yang bermaksud untuk menggagalkan perayaan Hari Galungan.
Bicara soal tradisi Hari Penampahan Galungan, umat Hindu biasanya akan memasang penjor Galungan sebagai simbolis Gunung Agung. Penjor tersebut akan dipasang di depan rumah pada sore hari.
Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan natab atau ngayab banten pabyakaonan. Mengutip buku Adat Istiadat Masyarakat Bali karya Dewi Mashita (2017), tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk menyucikan diri dari gangguan Bhuta Kala.
Dalam upacara ini, diharapkan Bhuta matemahan Dewa (Bhuta berubah menjadi Dewa). Jadi, ia tidak akan lagi menunjukkan sifat keraksasaannya di hadapan manusia.
ADVERTISEMENT
Selain tradisi pemasangan penjor, natab, dan ngayab, umat Hindu juga akan melakukan prosesi pemotongan hewan kurban di momen ini. Prosesi ini bertujuan untuk membunuh sifat-sifat keraksasaan yang masih tersisa dalam tubuh manusia.
Selain itu, prosesi penyembelihan hewan ternak seperti ayam, itik, dan babi juga bertujuan untuk menghasilkan daging sesembahan. Daging hewan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai pelengkap upacara.
Pada hari Penampahan Galungan, para leluhur akan mendatangi sanak saudara dan keturunannya yang ada di dunia. Di momen ini, umat Hindu akan membuat suguhan khusus yang terdiri atas nasi, lauk-pauk, jajanan, buah, kopi, air, lekesan (daun sirih dan pinang) atau rokok untuk leluhurnya.
ADVERTISEMENT

Rangkaian Prosesi Hari Galungan

Ilustrasi ibu dan anak di Hari Raya Galungan. Foto: Shutter Stock
Selain Penampahan Galungan, ada juga rangkaian prosesi lainnya yang biasa dijalankan umat Hindu. Dirangkum dari buku Kompilasi Masalah dan Solusi Hindu karya Vandeva (2021), berikut beberapa di antaranya:
(MSD)