Kerajaan Singasari: Sejarah dan Bukti Sejarahnya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
1 November 2021 16:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kerajaan Singasari. Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kerajaan Singasari. Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Perjalanan sejarah Kerajaan Singasari di Indonesia identik dengan tokoh Ken Arok yang telah berjasa mendirikan kerajaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut jurnal Nilai-Nilai Karakter dalam Perjuangan Ken Arok Mendirikan Kerajaan Singasari Tahun 1222 oleh Roberto Nainggolan, nama Kerajaan Singasari sebenarnya adalah Kerajaan Tumapel yang Ibu Kotanya di Kutaraja.

Kerajaan Singasari

Asal-usul penamaan Singasari bermula saat Raja Wisnuwardhana menunjuk anaknya yang bernama Kertanegara. Ia dipilih sebagai putra mahkota, lalu mengganti nama pusat pemerintahan kerajaan menjadi Singasari.
Singasari yang sebenarnya merupakan nama Ibu Kota justru lebih terkenal daripada nama kerajaannya, yakni Tumapel. Pada akhirnya, orang terbiasa menyebut Kerajaan Tumapel dengan nama Kerajaan Singasari.
Mulanya, Tumapel bukan sebuah kerajaan, tetapi daerah bawahan Kerajaan Kadiri (Kediri). Wilayah Tumapel dipimpin oleh Tunggul Ametung yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) dan memiliki istri bernama Ken Dedes.
ADVERTISEMENT
Menurut kitab Pararaton, pada 1222, Tunggul Ametung mati dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok. Ia kemudian menikah dengan Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung.
Tunggul Ametung yang bergelar raja di istana Tumapel terkenal sangat keji bahkan memanfaatkan rakyatnya sendiri sebagai sumber penghasilan Tumapel. Ia juga menguras pendapatan masyarakat hingga menaikkan tarif pajak kepada rakyatnya sendiri.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan Tunggul Ametung di Tumapel, kehidupan masyarakat sangat memprihatinkan.
Ketika Tunggul Ametung terbunuh, rakyat Tumapel mendukung Ken Arok sebagai pemimpin baru mereka dan mengganti nama kerajaan menjadi Kerajaan Singasari.
Ilustrasi Kerajaan Singasari. Foto: Pixabay.com
Mengutip dari buku Sejarah Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut ini sumber sejarah Kerajaan Singasari yang perlu diketahui.
ADVERTISEMENT

Prasasti Mula Malurung

Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugrahan Desa Mula dan Desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja.
Prasasti ini berupa lempengan-lempengan tembaga yang diterbitkan Kertanagara pada 1255 sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya Wisnuwardhana Raja Singasari.

Prasasti Singasari

Prasasti Singasari ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 1351 M. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan aksara Jawa.

Prasati Wurare

Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare.
Lokasi tersebut yang menjadi latar belakang penamaan Prasasti Wurare. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta pada 1211 Saka atau 21 November 1289.
Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari yang dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung).
ADVERTISEMENT

Arca Amoghapasa

Arca ini dikirimkan Kertanegara kepada Dharmasraya, penguasa kerajaan Melayu, sebagai tanda bahwa kerajaan tersebut telah dikuasai oleh Kertanegara setelah melakukan ekspedisi Pamalayu.

Kitab Pararaton

Kitab Pararaton ditulis oleh beberapa pujangga. Namun, tak ada catatan yang menunjukkan siapa penulisnya.
Isi kitab Pararaton menceritakan tentang perjalanan Ken Arok dalam membangun kerajaan Singasari dan kekuasaan raja-raja Singasari.
Pararaton dalam bahasa Kawi mempunyai arti "Kitab Raja-Raja". Kitab tersebut adalah kitab naskah sastra Jawa pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi.
Isinya berupa sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "Kitab Raja-Raja".
(FNS)