Konten dari Pengguna

Kimia Hijau: Pengertian, Prinsip, hingga Penerapannya dalam Kehidupan

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
26 Juli 2022 14:33 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kimia hijau, juga bisa disebut kimia berkelanjutan, merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Di dalamnya terdapat desain produk dan proses kimia untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan pembentukan beragam senyawa berbahaya.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, ide kimia hijau dikembangkan sebagai tanggapan terhadap Pollution Prevention Act 1990 atau Undang-Undang Pencegahan Pencemaran 1990 yang telah disahkan di Amerika Serikat.
Ketentuan tersebut menyatakan bahwa kebijakan nasional Amerika Serikat harus membatasi atau mengurangi polusi dengan menggunakan desain proses yang lebih baik (termasuk produksi perubahan dalam biaya produk, proses pembuatan, penggunaan bahan mentah, dan daur ulang).
Oleh sebab itu, Badan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) atau yang dikenal sebagai badan pengatur kesehatan manusia dan lingkungan akhirnya berpindah kebijakan dari command and control policy ke ide Kimia Hijau.

Apa yang Dimaksud Kimia Hijau?

Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
Dikutip dari buku Aplikasi Mikrosimbion Spons dalam Bioremediasi Lingkungan oleh Ismail Marzuki dan Sattar, kimia hijau adalah suatu filosofi yang senantiasa mendorong untuk mencari cara, penerapan teknologi atau metode tertentu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
ADVERTISEMENT
Kimia hijau dimaksudkan untuk membuat berbagai kemudahan dalam kelangsungan kehidupan dengan mengurangi dan mencegah terjadinya potensi pencemaran pada lingkungan maupun pada area sekitarnya, baik yang sifatnya jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Sebagai upaya pencegahan, pencemaran material kimia, maka dikeluarkan Undang-Undang Pencegahan Pencemaran (Pollution Prevention Act) pada 1990, yang dilakukan di Amerika Serikat.
Tujuan atas pemberlakukan undang-undang ini tentunya untuk membantu menciptakan model, teknologi dan inovasi, serta kreativitas yang berkaitan dengan timbulnya masalah pencemaran, agar potensi pencemaran dapat tercegah sebelum terjadi masalah yang sifatnya akut maupun kronis.
Pada 1991, United States Evironmental Protection Agency (EPA) telah meluncurkan program hibah penelitian yang mendorong perancangan ulang desain produk dan proses kimia yang ada untuk mengurangi dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
EPA kemudian bekerja sama dengan United State National Science Foundation (NSF) untuk mendanai penelitian dasar tentang kimia hijau pada awal tahun 1990-an.
Disadur dari laman resmi EPA, Pengenalan Penghargaan Presiden Green Chemistry Challenge pada 1996 akhirnya berhasil menarik perhatian akademisi dan industri kimia hijau. Program penghargaan dan teknologi tersebut kini telah menjadi landasan dalam kurikulum pendidikan kimia hijau.

Apa Saja 12 Prinsip Kimia Hijau?

Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
Merujuk laman Federal News Network, Paul Anastas, yang dikenal secara luas sebagai "Bapak Kimia Hijau", bersama dengan John C. Warner mengembangkan 12 prinsip yang hingga kini dijadikan sebagai panduan dalam praktik kimia hijau.
Kedua belas prinsip tersebut membahas tentang berbagai cara untuk mengurangi dampak dari produksi bahan-bahan kimia terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta menunjukkan prioritas penelitian dalam pengembangan teknologi kimia hijau.
ADVERTISEMENT
Menghimpun laman resmi Green Technologie Universitas Diponegoro, 12 prinsip kimia hijau yang dikembangkan oleh Paul Anastas dan John C. Warner, yaitu:
ADVERTISEMENT

Apa Saja Permasalahan Kimia Hijau?

Ilustrasi sampah plastik. Foto: Pixabay
Pada 2016, World Economic Forum menyatakan bahwa ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudra planet ini. Tiap tahunnya, 8 juta ton plastik tersebut mengalir ke laut.
Padahal, plastik bisa bertahan hingga ratusan tahun di lautan dan terurai menjadi partikel kecil dalam waktu yang lebih lama lagi. Plastik juga akan terakumulasi terus di laut tanpa tindakan yang signifikan.
World Economic Forum memperkirakan, pada 2025 rasio plastik diperkirakan akan menjadi lebih banyak dibanding ikan di samudra, atau menjadi 1:3. Plastik tersebut terus bertambah menjadi 250 juta ton, sedangkan jumlah ikan terus menurun akibat penangkapan yang makin gencar.
Selain plastik, menurut jurnal berjudul Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan karya Dina Mustafa, produksi cat dengan bau yang mengandung senyawa organik yang mudah menguap (VOC) juga berbahaya untuk kesehatan makhluk hidup dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Perkembangan dan pemanfaatan zat kimia sintetis hasil industrialisasi yang tanpa kendali juga dapat menyebabkan tubuh manusia terkontaminasi, di antara yang telah diketahui yaitu bersifat racun dan penyebab kanker.

Bagaimana Penerapan Kimia Hijau dalam Kehidupan Sehari-hari?

Ilustrasi pencegahan polusi dengan kimia hijau. Foto: Pixabay
Pendekatan kimia hijau pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk zat kimia sejak pada proses perancangan. Praktik penerapan tersebut di antaranya, proses perancangan, produksi, penggunaan atau penggunaan kembali, dan pembuangan limbah yang dihasilkan.
Dikutip dari jurnal berjudul Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan karya Dina Mustafa, salah satu contohnya adalah pemanfaatan pelarut dari minyak bumi.
Industri kimia umumnya mengandalkan pelarut petroleum yang tidak dapat diperbaharui sebagai materi utama pembuatannya. Industri yang menggunakan pelarut tersebut biasanya sangat intensif dalam penggunaan energi, tidak efisien, dan menghasilkan racun, baik produk maupun limbah kimianya.
ADVERTISEMENT
Dalam penerapan kimia hijau, pemanfaatan yang lebih ramah lingkungan dapat menggunakan zat-zat alternatif, termasuk pemanfaatan limbah pertanian atau biomass atau produk-produk biologis yang tidak terkait dengan bahan pangan.
Secara umum, reaksi kimia yang ditimbulkan dari bahan-bahan alternatif tersebut sangat kurang bahayanya jika dibandingkan dengan menggunakan petroleum.
(NDA)