Mad Arid Lissukun: Pengertian, Hukum, dan Contohnya dalam Alquran

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
1 April 2022 17:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alquran. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Alquran. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Bagi umat Islam, membaca Alquran merupakan salah satu bentuk ibadah yang memiliki banyak pahala. Dalam mengamalkannya, Alquran harus dibaca sesuai dengan ilmu tajwid, salah satunya mad arid lissukun.
ADVERTISEMENT
Mad arid lissukun adalah salah satu hukum yang penting dipahami dalam mempelajari ilmu tajwid. Sebab, mad arid lissukun ini berhubungan erat dengan panjang atau pendeknya sebuah bacaan.
Lantas, kapan terjadinya mad arid lissukun? Agar semakin paham, artikel di bawah ini akan membahas secara lengkap pengertian, hukum bacaan, hingga contoh mad arid lissukun dalam Alquran.

Pengertian Mad Arid Lissukun

Muhaemin menjelaskan dalam buku Quran Hadist, mad arid lissukun adalah apabila mad asli diiringi oleh huruf yang dibaca mati karena waqaf atau berhenti. Apabila bacaan tersebut tidak diwaqafkan, maka tetap menjadi mad asli atau yang biasa disebut mad tabi'i.
ADVERTISEMENT
Pengertian lain dari mad arid lissukun, yakni apabila ada mad tabi'i bertemu dengan huruf yang bersukun dan disebabkan adanya waqof atau berhenti.

Hukum Mad Arid Lissukun

Alquran. Foto: Pixabay
Hukum bacaan mad arid lissukun atau cara membacanya terbagi menjadi tiga macam. Mengutip buku Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an oleh Mursal Aziz dan Zulkipli Nasution, berikut adalah hukum bacaan mad arid lissukun:

Contoh Mad Arid Lissukun

Untuk mendekatkan pemahaman terhadap mad arid lissukun, perhatikan contohnya dalam ayat-ayat Alquran yang dihimpun dari buku Juz Amma Tajwid Berwarna & Terjemahannya oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani berikut ini:
ADVERTISEMENT
1. Surat Al Fatihah ayat 2
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Al-ḥamdu lillahi rabbil-'alamin
2. Surat Al Fatihah ayat 3
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Ar-rahmanir-rahim
3. Surat Al Baqarah ayat 2
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Dzalikal-kitabu la raiba fih, hudal lil-muttaqin
4. Surat Al Baqarah ayat 3
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُـقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَ مِمَّا رَزَقْنٰھُمْ يُنْفِقُوْنَ
Allaziina yu'minuuna bilghaibi wa yuqiimuunas salaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun
5. Surat Al Imran ayat 6
ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآ إِنَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
huwallażī yuṣawwirukum fil-ar-ḥāmi kaifa yasyā`, lā ilāha illā huwal-'azīzul-ḥakīm
6. Surta Al Fiil ayat 2
مْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِى تَضْلِيلٍ
A lam yaj'al kaidahum fī taḍhlīl
ADVERTISEMENT
7. Surat Al Fiil ayat 3
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
Wa arsala 'alaihim ṭairan abābīl
8. Surat An Nas ayat 1
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
Qul a'ụżu birabbin-nās
9. Surat Al Kafirun ayat 1
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ
Qul yā ayyuhal-kāfirụn
10. Surat At Tin ayat 1
وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ
Wat-tīni waz-zaitụn

Dalil Membaca Alquran dengan Ilmu Tajwid

Ilustrasi membaca Alquran. Foto: Pixabay
Ibnu Katsir mengatakan dalam kitab tafsirnya yang bertajuk Al-Qur’an al-Azhim bahwa yang dimaksud membaca Alquran dengan ilmu tajwid, yaitu: “Bacalah Alquran degan perlahan, sebab itu akan membantu dalam memahami dan merenunginya.
Keharusan membaca Alquran dengan ilmu tajwid ini telah ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 121 yang artinya: “Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi.
ADVERTISEMENT
Selain ayat di atas, Allah SWT juga menegaskan dalam surat Al Muzzammil ayat 4 untuk membaca Alquran secara perlahan-lahan. Berikut arti ayatnya: “…, dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan.
Menurut KH Ahmad Fathoni, salah satu Ulama Pakar Qiraat Sab’ag dan Ilmu Rasm Utsmani berpendapat dalam bukunya yang berjudul Metode Maisuro, yang dimaksud dengan “perlahan-lahan” dalam ayat tersebut adalah membaca Alquran dengan ilmu tajwid dan tartil yang unggul.
Sehubungan dengan surat Muzzammil ayat 4 tersebut, terdapat sebuah riwayat hadits dari Imam Al Bukhari dan Muslim dari 'Abdullah bin Mugaffal:
Aku melihat Rasulullah saw pada hari penaklukan kota Mekah, sedang menunggang unta beliau membaca Surah Al Fath. Dalam bacaan itu Beliau melakukan tarji' (bacaan lambat dengan mengulang-ulang).
ADVERTISEMENT
Melalui ayat-Nya yang lain, Allah kembali berfirman: “Dan orang-orang kafir berkata: Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar).” (QS. Al Furqan: 32).
Alquran. Foto: Pixabay
Selain dari dalil Alquran, ada pula beberapa hadis yang memberitahukan keutamaan dari membaca Alquran dengan menggunakan ilmu tajwid. Berikut bunyi haditsnya:
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau menjawab bahwa bacaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam itu dengan panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan (bismillah) serta memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim.” (HR. Bukhari).
Mengutip buku Belajar Cepat Ilmu Tajwid oleh Ust. Khalillurrahman El-Mahfani, ilmu tajwid adalah membaguskan satu persatu bacaan huruf atau kalimat dalam Alquran dengan terang, teratur, perlahan, dan tidak terburu-buru sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
ADVERTISEMENT
Dasar hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah. Artinya, wajib untuk dilakukan, tapi apabila di suatu tempat, wilayah, ataupun negeri telah ada muslim yang mempelajarinya, maka kewajiban muslim lain menjadi gugur.
Sedangkan mengamalkan ilmu tajwid hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Hal ini disampaikan Hisamuddin Salim al-Kailani dalam kitabnya yang bertajuk Al-Bayyan fi Ahkami Tajwidil Quran.
Pendapat tersebut berdasarkan hadits berikut ini: “Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Mintalah kalian bacaan Al Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal.” (HR. Bukhari dan Muslim).
(NDA)