Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengenal 3 Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia
13 Desember 2023 17:24 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kerajaan Hindu tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai. Kerajaan ini secara strategis menjadi tempat persinggahan pedagang India yang hendak berlayar ke Cina, begitupun sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Perdagangan pada masa tersebut memang menjadi jalan masuknya budaya Hindu dan Buddha ke Indonesia. Pedagang India-Cina melewati perairan Indonesia dengan menyusuri tepian pantai teluk Benggala, melewati Kepulauan Andaman, kemudian masuk perairan selat Malaka, Indonesia.
Kerajaan Kutai sendiri bukan satu-satunya kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia: Kerajaan Kutai
Mengutip Modul Sejarah Indonesia Kelas X yang disusun Dra. Veni Rosefenti, M.Pd, Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai pertama bernama Kerajaan Kutai Martadipura. Pemimpin pertama kerajaan ini adalah Maharaja Kudungga bergelar anumerta Dewawarman.
1. Letak Geografis Kerajaan Kutai
Letak kerajaan Kutai diperkirakan berada di daerah Muarakaman di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Ini lokasi yang sangat strategis untuk jalur perdagangan antara India dan Cina. Sebab, sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai hingga masuk ke Muarakaman.
ADVERTISEMENT
Letak geografis Kerajaan Kutai yang menjorok ke daerah pedalaman juga menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India.
2. Sumber Sejarah Kerajaan Kutai
Keberadaan Kerajaan Kutai ini diketahui dari penemuan 7 prasasti berbentuk yupa (tiang). Prasasti Yupa ini berangka tahun 475 M (abad 5) dan dapat dikatakan sebagai prasasti tertua di Indonesia.
Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dari tujuh prasasti Yupa tersebut, baru tiga buah Yupa yang dapat dibaca, yaitu:
a). Silsilah
“Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia.
Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa.
ADVERTISEMENT
Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.”
b) Tempat sedekah:
“Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci “Waprakeswara”.”
c) Masa Kejayaan :
“Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak.
Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para Brahmana”
3. Sistem Ekonomi
Kehidupan ekonomi di kerajaan Kutai tergambar dalam salah satu Yupa dalam prasasti Kutai, yang isinya:
ADVERTISEMENT
Berdasarkan isi Yupa tersebut dapat disimpulkan beberapa kegiatan ekonomi yang dikembangkan masyarakat Kutai adalah sebagai berikut.
a). Pertanian
Minyak dan bunga malai menjadi tanda bahwa sudah ada usaha dalam bidang pertanian yang dilakukan masyarakat Kutai.
b). Kerajinan dan Pertukangan
Lampu-lampu seperti yang disebutkan dalam Prasasti Tugu dihasilkan dari usaha di bidang kerajinan dan pertukangan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bidang usaha tersebut sudah berkembang di lingkungan masyarakat Kutai.
c). Pertanian dan Perdagangan
Terdapat Yupa yang yang berisi:
Dari tulisan Yupa di atas, dapat diketahui bahwa sapi yang dipersembahkan menunjukkan adanya usaha peternakan yang dilakukan rakyat Kutai.
ADVERTISEMENT
Perdagangan juga menjadi sumber ekonomi Kutai. Sebab, Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
4. Sistem Pemerintahan
Sesuai dengan namanya, Kerajaan Kutai menggunakan sistem kerajaan, dengan raja sebagai kepala pemerintahan. Dalam sistem kerajaan, raja dianggap keturunan dewa yang harus disembah bawahan dan rakyatnya.
Oleh karena itu, raja memiliki hak untuk menyelenggarakan pemerintahan secara mutlak dan turun-temurun berdasarkan garis kasta. Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai.
a). Raja Kudungga
Raja Kudungga merupakan raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai. Diperkirakan Kudungga masih berbudaya Indonesia dan pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya.
Dari namanya, para ahli memperkirakan bahwa Raja Kudungga tidak memeluk Hindu. Barulah putranya atau kemungkinan menantunya yang bernama Aswawarman yang menjadi seorang Hindu.
ADVERTISEMENT
Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.
b). Raja Aswawarman
Pada masa Raja Aswawarman, dilakukan upacara vratyastoma, di tanah Hindustan. Upacara ini bertujuan menyucikan diri sebelum masuk ke agama Hindu.
Pada masa pemerintahan Raja Aswawarman, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya.
Dalam upacara tersebut, dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai.
c). Raja Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai dan banyak disebut dalam Prasasti Kutai karena besar kemungkinan Prasasti Kutai dibuat pada masa pemerintahannya.
ADVERTISEMENT
5. Masa Keruntuhan
Di dalam sejarah disebutkan bahwa Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.
Sejak tahun 1735, kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah gelar menjadi Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kerajaan Hindu-Buddha Tertua Lainnya di Indonesia
Selain Kerajaan Kutai, terdapat dua kerajaan Hindu-Buddha tertua lainnya di Indonesia, berikut penjelasannya.
1. Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan naskah wangsakerta, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada abad 4 Masehi.
Rajadirajaguru Jayasingawarman merupakan seorang Maharesi atau Pendeta dari Salankayana di India, dia mengungsi ke Nusantara karena kerajaan tempat asalnya ditaklukkan Kerajaan Magadha.
ADVERTISEMENT
Rajadirajaguru Jayasingawarman mendapatkan persetujuan dari raja Dewawarman VIII, Raja Salakanagara untuk membangun tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukiman tersebut disebut Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun berjalan, ternyata desa Taruma menjadi besar. Pada akhirnya, wilayah yang awalnya hanya setingkat desa tersebut berkembang menjadi negara.
Menurut para ahli arkeolog, letak Kerajaan Tarumanegara berada di Jawa Barat di tepi Sungai Cisadane, yang saat ini merupakan wilayah Banten.
Mengenai letak ibukota Tarumanegara dengan keratonnya masih belum bisa dipastikan. Tetapi berdasarkan ilmu bahasa Prof Dr. Poerbatjaraka, diperkirakan bahwa letak Keraton Taruma itu di daerah Bekasi.
Hal tersebut berdasarkan keterangan yang terdapat pada Prasasti Tugu tentang penggalian Sungai Chandrabaga yang alirannya melewati istana sebelum sampai ke laut.
ADVERTISEMENT
Sungai Chandrabhaga merupakan bahasa sansakerta. Dalam bahasa Indonesia, Chandrabhaga berubah menjadi Bhaga Candra.
Candra dalam bahasa Indonesia adalah bulan, sementara dalam bahasa sunda adalah sasih, sehingga Bhaga Candra menjadi Bhagasasih, yang lambat laun berubah menjadi Bekasi.
Kerajaan Tarumanegara berakhir pada abad ke-7 M, karena sejak abad tersebut tidak ada lagi berita-berita yang dapat dihubungkan dengan nama rajanya.
Ada banyak faktor yang menyebab Kerajaan Tarumanegara runtuh. Kemunduran itu mulai terlihat pada masa kepemimpinan Raja Sudawarman.
Pada masa tersebut, mulai muncul pesaing Kerajaan Tarumanegara, yakni Kerajaan Galuh. Kemudian, karena Tarumanegara tidak mau tunduk pada Sriwiaya, kerajaan ini berakhir oleh penyerangan Sriwijaya.
2. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di Sumatra Selatan. Menurut para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang dan diperkirakan telah berdiri pada abad ke-7 M.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, terdapat pendapat lain mengenai letak Kerajaan Sriwijaya ini. G. Coedes, seorang arkeolog dan sejarawan Prancis, pada tahun 1918 berpendapat bahwa pusat Sriwijaya ada di Palembang.
Sementara menurut arkeolog dari Indonesia, Soekmono berpendapat bahwa Jambi adalah lokasi yang tepat bagi pusat Sriwijaya karena lokasinya yang terlindung karena ada di dalam teluk namun menghadap langsung ke laut lepas.
Meski begitu, Palembang masih menjadi pendapat paling umum dan digunakan hingga saat ini.
Awalnya, Sriwijaya hanya kerajaan kecil. Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar setelah dipimpin Dapunta Hyang. Dapunta Hyang berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad ke 13 M. Kemunduran ini terjadi karena banyak faktor, baik dari segi alam, ekonomi, politik, dan militer.
ADVERTISEMENT
Baca Juga: Penyebab Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Semua faktor tersebut membuat wilayah Sriwijaya semakin kecil dan terbatas pada daerah Palembang. Lambat laun Kerajaan Sriwijaya melemah dan dihancurkan Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M.
(DEL)