Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pola Lantai Tari Kipas, Sejarah, Makna, dan Properti Pertunjukannya
24 Maret 2022 21:22 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tari Kipas atau yang dikenal dengan Tari Kipas Pakarena merupakan tari tradisional asal Sulawesi Selatan. Untuk menggelar kesenian ini, ketahui terlebih dahulu pola lantai Tari Kipas yang akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Nama Pakarena berasal dari kata “karena” yang memiliki arti "main". Tarian ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan.
Tari Kipas memiliki konsep yang sangat unik. Sebab, tari ini juga merupakan sarana ritual masyarakat setempat yang dilakukan sebelum dan setelah menanam padi.
Tari Kipas Pakarena menggunakan lagu khas daerah Makassar yang berjudul Dongang-Dongang. Tarian ini awalnya digunakan sebagai alat untuk memuja kepada para dewa. Namun, karena keindahan dan keunikannya, kemudian tarian ini berubah fungsi menjadi media hiburan.
Penasaran bagaimana asal usul lengkap tarian ini? Agar lebih mengenal Tari Kipas, simak penjelasan berikut ini.
Sejarah Tari Kipas
Dikutip dari buku Fakta Menakjubkan Tentang Indonesia; Wisata Sejarah, Budaya, dan Alam milik Navita Kristi, dkk., konon Tari Kipas berasal dari kisah mengenai perpisahan di antara penghuni lino atau disebut sebagai penghuni bumi dengan penghuni boting langi atau penghuni dari negeri kayangan.
ADVERTISEMENT
Saat sebelum berpisah, boting langi mengajarkan lino tentang cara bercocok tanam, beternak, hingga berburu melalui suatu gerakan-gerakan. Pada akhirnya, gerakan tersebut digunakan sebagai gerakan tari ritual oleh masyarakat penduduk lino.
Ada juga yang menghubungkan tarian kipas ini dengan legenda dari Tumarunung ri Tamalete yang merupakan raja pertama dari Kerajaan Gowa. Diduga, Tari Kipas ini digunakan sebagai tarian pengiring dari Raja Tumanurung ri Tamalate.
Tarian kipas Pakarena juga sempat menjadi tarian istana di masa Sultan Hasanuddin, yaitu Raja Gowa ke-16. Tarian ini bercirikan dengan kipas dan selendang yang dibawa oleh para penarinya.
Tarian ini terus tumbuh dan berkembang dengan cara turun-temurun. Pada saat itu, tarian ini juga dianggap sebagai tarian yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Meski begitu, tarian ini tetap dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Makna Tari Kipas
Dilihat dari sejarahnya, Tari Kipas ini bisa dimaknai dari segala sisi. Dihimpun dari buku Ensiklopedi Seni Tari Nusantara: Kalimantan Barat hingga Maluku karya R. Toto Sugiarto, berikut makna-maknanya:
ADVERTISEMENT
Terlepas dari sejarah Tari Kipas ini, setiap gerakan yang dilakukan penarinya memiliki makna kehidupan bagi masyarakat Gowa. Penari perempuan membawakan gerakan-gerakan yang menggambarkan ekspresi kesantunan, kelembutan, kepatuhan, kesetiaan, serta sikap menghormati. Sifat-sifat inilah gambaran dari wanita Gowa.
Sementara itu, para pria yang menabuh alat musik tradisional sekaligus mengiring tarian dengan gerakan cepat, mencerminkan ketangguhan dan ketangkasan para pria Gowa.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan, selain menjadi hiburan rakyat, makna Tari Kipas Pakarena juga menjadi gambaran kehidupan sosial masyarakat Gowa secara umum.
Properti Tari Kipas
Para penari kipas menggunakan pakaian tradisional dari masyarakat Bugis-Makassar, yaitu baju bodo. Baju bodo ini terbuat dari kain kasa yang transparan dengan lengan pendek, kemudian dijahit bersambung dengan bagian lengan dalam.
Baju bodo memiliki bentuk persegi empat dan panjangnya sampai lutut para penarinya. Pada zaman dahulu, baju bodo terdiri dari berbagai warna tertentu yang berguna sebagai penanda sosial dalam masyarakat.
Namun, seiring dengan perkembangan waktu, warna dari baju bodo sudah umum hingga bisa terdiri dari campuran beberapa warna. Bahan kainnya sendiri terbuat dari kain sutra. Selain itu, para penari juga bisa menggunakan sarung polos ataupun dengan motif tertentu.
ADVERTISEMENT
Untuk menambah semarak kostum, digunakan properti utama yang menjadi ciri khas Tari Kipas Pakarena ini. Propertinya di antaranya sebagai berikut:
1. Kipas
Properti yang wajib pada saat pertunjukkan dari Tari Kipas Pakarena ialah kipas. Kipas yang digunakan memiliki ukuran besar dan jenis kipas lipat.
Biasanya, para penari akan membawa kipas berjumlah dua, yakni pada tangan kanan dan kiri. Kipas yang digunakan memiliki warna cerah seperti, kuning, ungu, putih, dan merah. Para penari juga harus memiliki keterampilan dalam memegang kipas.
2. Selendang
Properti selendang biasanya diselempangkan pada pundak kiri para penari. Warna dari selendang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kostum para penari.
Pola Lantai Tari Kipas
Para penari harus bekerja sama di setiap posisi pola lantainya. Mayoritas gerakannya bergeser ke kanan, kiri, depan, dan belakang.
ADVERTISEMENT
Terdapat pula pola lantai melingkar yang memberi simbol kehidupan manusia. Selain itu, pandangan dari para penari tertuju pada lantai yang paling jauh, yaitu sekitar 2-3 meter dari ujung kaki para penari.
Gerakan yang dilakukan oleh para penari biasanya gerakan tangan yang terayun ke kanan, kiri, serta depan secara beraturan dan dalam tempo yang lambat. Gerakan pada tangan hanya terangkat sebatas bahu.
Menurut buku Pembelajaran Tari dalam Kurikulum PAUD tulisan Dessy Putri Wahyuningtyas, di dalam penyajian atau pertunjukkan Tari Kipas Pakarena ini gerakannya terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
1. Jangang Leak leak
Jangang leak leak memiliki arti ayam berkokok. Pada jaman dahulu, tarian ini dipertunjukan semalaman penuh dan ditutup saat subuh, yaitu pada saat ayam berkokok. Tarian ini merupakan bagian ketiga dalam Tari Kipas Pakarena.
ADVERTISEMENT
2. Samboritta
Samborita atau berteman merupakan bagian dari gerakan Tari Kipas Pakarena yang dilakukan semalaman penuh. Bagian ini memiliki arti sebagai bentuk penghormatan kepada para pengunjung.
3. Bisei Ri Lau’
Bagian ini dipertunjukkan saat babak kedua dengan makna bergerak ke arah matahari terbit.
4. Ma’biring Kassi
Bagian ini memiliki arti yaitu mendarat ke pantai. Biasanya bagian ini dipertunjukkan pada saat babak kedua, agar permohonan yang disampaikan terkabul.
5. Angongkamalino
Tarian ini disajikan pada babak kedua yang memiliki arti angin tidak berhembus dan tidak membawa kesejukan. Bagian ini menggambarkan perasaan yang kecewa.
6. Anni-anni
Bagian ini juga disajikan pada babak kedua. Anni anni memiliki arti suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan tekun akan membuahkan hasil yang baik.
ADVERTISEMENT
7. Dalle Tabbua
Bagian ini juga ditarikan pada babak kedua. Maknanya segala sesuatu dilakukan secara berulang dan tidak boleh mudah putus asa.
8. Iyolle’
Bagian ini memiliki makna kebenaran yang terus dicari, agar hidup menjadi tenang dan tentram.
9. So’nayya
Bagian ini juga disajikan pada babak kedua dan memiliki makna seseorang tidak boleh berharap yang terlalu tinggi, tanpa adanya usaha dan doa.
10. Lambassari
Bagian ini bermakna apa yang diusahakan tidak melulu berakhir dengan bahagia, melainkan ada yang berakhir dengan kekecewaan.
11. Sanro Beja’
Bagian ini juga disajikan pada babak kedua. Sanro beja’ memiliki arti mengenai cara merawat diri bagi perempuan setelah melahirkan.
12. Leko’ Bo’dong
Bagian ini diumpamakan sebagai bulan purnama yang memiliki bentuk sempurna dan sinarnya terang.
ADVERTISEMENT
(VIO)