Stock Split: Pengertian, Tujuan, dan Pengaruhnya terhadap Saham

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
12 Februari 2022 7:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi stock split. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stock split. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembahasan tentang saham dan investasi tak dapat dilepaskan dengan stock split yang kerap dilakukan oleh sebuah perusahaan. Kondisi demikian sering dinantikan oleh para investor untuk memperoleh sejumlah saham dengan harga yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Perusahaan emiten atau perusahaan publik menerbitkan saham yang kemudian dijual melalui bursa efek. Hal tersebut salah satunya ditujukan sebagai bentuk permodalan perusahaan. Tak jarang pula, perusahaan melakukan stock split dengan tujuan tertentu. Lantas, apa yang dimaksud dengan stock split? Simak uraiannya berikut ini.

Pengertian Stock Split

Menurut artikel ilmiah dalam jurnal SAINS: Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 9 Nomor 2 yang ditulis oleh Hersanti Bunga Wuriantari, stock split adalah upaya perusahaan memecah selembar saham menjadi beberapa lembar.
Ilustrasi pengertian stock split. Foto: Unsplash.com
Sementara menyadur dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, stock split saham adalah aksi korporasi yang memecah harga saham dalam rasio tertentu. Stock split juga dapat dipahami sebagai stock split up.
Sebab, stock split up adalah upaya meningkatkan jumlah saham yang beredar serta menurunkan harga per lembar saham sehingga menjadi lebih murah
ADVERTISEMENT
Misalnya dalam rasio 1:5, yang artinya harga sebuah saham dibagi menjadi lima bagian. Atau wujud konkretnya dapat dimisalkan pada sebuah saham seharga Rp50.000 akan menjadi Rp10.000 setelah dilakukan stock split.
Namun pada satu kondisi, sebuah saham akan mengalami reverse stock split. Menurut Andy Porman Tambunan dalam buku Menilai Harga Wajar Saham, secara umum, reverse stock split adalah kebalikan dari stock split. Artinya, reverse stock split dapat dipahami sebagai penggabungan par value dengan rasio tertentu.
Reverse stock split juga dikenal sebagai stock split down. Adapun yang dimaksud dengan stock split down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar di pasaran. Misal, nominal sebuah saham sebelum dilakukan reverse stock split ialah seharga Rp10.000. Setelah dilakukan reverse stock split, maka harga saham tersebut menjadi Rp50.000.
Ilustrasi tujuan stock plit bagi saham. Foto: Unsplash.com

Tujuan Stock Split

Tak sembarang perusahaan dapat melakukan pemecahan saham. Sebab, tindakan ini secara umum hanya dapat dilakukan oleh perusahaan atau emiten dengan kinerja yang baik.
ADVERTISEMENT
Salah satu tujuan emiten melakukan stock split adalah untuk membuat harga saham menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Di samping itu, alasan perusahaan melakukan stock split tak lain untuk meningkatkan ketertarikan investor untuk menanamkan modal di perusahaannya.
Terjadinya stock split secara tidak langsung mendatangkan keuntungan bagi emiten maupun investor atau pemegang saham. Bagi emiten, manfaat stock split adalah dapat meramaikan transaksi saham. Sebab, jika saham ramai ditransaksikan, maka perusahaan bisa tetap likuid.
Sementara dampak stock split bagi pemegang saham salah satunya dapat memiliki porsi saham lebih banyak dengan harga terjangkau.
Mengutip laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), beberapa contoh perusahaan yang melakukan stock split di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI); PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI); PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP); PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF); PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan beberapa perusahaan lainnya.
Ilustrasi pengaruh stock split terhadap saham. Foto: Pexels.com

Pengaruh Stock Split terhadap Saham

Menyadur jurnal berjudul Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta yang disusun oleh Wang Sutrisno, dkk., pengaruh stock split terhadap harga saham adalah munculnya perilaku harga saham yang abnormal. Umumnya harga akan lebih terjangkau dibandingkan sebelum stock split dilakukan.
ADVERTISEMENT
Sebab, melalui harga saham yang rendah akan meningkatkan peluang para investor di berbagai kalangan ikut berkontribusi. Secara tak langsung pula, kondisi demikian menunjukkan adanya pengaruh stock split terhadap likuiditas saham. Hal ini dikarenakan makin tinggi frekuensi transaksi, maka makin tinggi tingkat likuiditas saham tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan teori likuiditas yang menyebutkan bahwa saham dengan likuiditas tinggi akan lebih mudah diperjualbelikan melalui mekanisme pasar akan menyebabkan harga saham meningkat. Adapun pengaruh stock split terhadap return saham secara umum akan memberikan efek abnormal apabila return saham lebih besar dibandingkan return pasarnya.
Gedung Bank Central Asia. Foto: Nugroho Sejati/Kumparan.

Stock Split BBCA

BCA dikenal dengan manajemen perusahaan yang baik. Tak mengherankan jika para investor yang tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan ini. Mengutip laman Bursa Efek Indonesia, perusahaan yang tercatat sejak 31 Mei 2000 tersebut memiliki total saham sebesar Rp122.042.299.500.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi masih banyak investor berpengalaman maupun pemula yang masih belum mengetahui BBCA stock split kapan. Berdasarkan data yang dihimpun melalui berbagai sumber, harga saham BBCA sebelum stock split yakni Rp62,5 per saham. Namun setelah jadwal stock split BBCA resmi diluncurkan pada 13 Oktober 2021, harga BBCA menjadi Rp12,5 per saham.
Perusahaan Unilever. Foto: Pixabay.com

UNVR Stock Split

Salah satu saham yang menjadi incaran para investor yakni UNVR. Saham milik PT Unilever Indonesia Tbk ini tergolong sebagai salah satu saham teratas di Bursa Efek Indonesia. Menyadur berbagai sumber, saham UNVR resmi melakukan stock split pada 2 Januari 2020 dengan nominal Rp2 per saham.
Sementara harga UNVR sebelum stock split dipatok sebesar Rp10. Berdasarkan pemecahan saham tersebut, UNVR melakukan stock split dengan rasio 1:5.
Gedung BRI. Foto: BRI.

BBRI Stock Split

Sama halnya dengan dua jenis saham sebelumnya, BBRI melakukan stock split dengan rasio 1:5 pada 10 November 2017 silam. Saham perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tersebut dinilai paling optimal bagi investor ritel. Sebab, harga nominal per saham menjadi Rp50 dan fraksi harga Rp10.
ADVERTISEMENT
Melalui upaya tersebut, perusahaan dapat meningkatkan antusiasme para investor domestik untuk bergabung serta menambah likuiditas saham di pasaran.
Logo PT Erajaya Swasembada. Foto: Muhammad Fikrie/Kumparan

ERAA Stock Split

Saham emiten ponsel PT Erajaya Swasembada ini melakukan stock split pada 31 Maret 2021 silam. Melalui pemecahan rasio 1:5, harga per saham ERAA setelah dilakukan stock split menjadi sebesar Rp100 dari harga sebelumnya Rp500 per saham.
Sama halnya dengan beberapa saham sebelumnya, diberlakukannya stock split tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya beli investor ritel.
Gedung Astra. Foto: Helmi Afandi/Kumparan

ASII Stock Split

ASII merupakan saham emiten PT Astra International Tbk. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1957 ini dikenal dengan rekam jejaknya yang cukup bagus di pasar modal. Sehingga tak sedikit para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Melansir laman astra.co.id, kapitalisasi pasar Astra di akhir tahun 2020 sebesar Rp244 Triliun. ASII tercatat terakhir kali melakukan stock split pada 2012 silam dengan rasio 1:10. Adapun harga saham ASII setelah stock split berkisar Rp6.000 per sahamnya.
(ANM)