25 Sekolah Ikuti Lomba Film Dokumenter Perubahan Iklim di Bali

Konten Media Partner
18 November 2023 19:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengumuman hasil lomba film dokumenter pada Sabtu (18/11/2023) - IST
zoom-in-whitePerbesar
Pengumuman hasil lomba film dokumenter pada Sabtu (18/11/2023) - IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DENPASAR, kanalbali.com - Merespons laju perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, Religion for Peace (RfP) Indonesia menyelenggarakan lomba film dokumenter berdurasi lima menit untuk peserta pelajar SMA/SMK/MTs di seluruh Bali.
ADVERTISEMENT
“Beberapa karya sudah menunjukkan kesadaran bahwa karya film dokumenter membutuhkan argumentasi untuk mengukuhkan semua material dalam bentuk rekaman gambar maupun suara guna menghadirkan sebuah karya yang inspiratif,” ujar Tony Trimarsanto selaku Ketua Dewan Juri saat pengumuman hasil lomba, Sabtu (18/11/2023) di Kampus Unud Sudirman.
Lomba tersebut mendapat sambutan cukup hangat dari para pelajar di seluruh Bali. Tak kurang dari 25 sekolah mengirimkan karyanya untuk turut berkompetisi.
Dewan Juri yang terdiri dari Tonny Trimarsanto, I Gede Mantrayasa, dan Agung Bawantara menetapkan: Film Dewata Bercerita karya Bintang Mandiri Scholl sebagai Juara 1.
Disusul oleh film Jangan G.Rka karya SMA Firdaus Jembrana dan film Satu Pohon Sejuta Harapan karya SMK TI Bali Global Singaraja masing-masing sebagai Juara 2 dan Juara 3. Kemudian Film Bali Merajut Iklim karya SMKN 1 Denpasar sebagai Juara Harapan dan Film After Sunrise karya SMAN 2 Singaraja sebagai Juara Favorit.
Pembukaan acara di Kampus Unud Sudirman, Denpasar - IST
Menurut catatan Dewan Juri, yang menggembirakan, dari karya-karya yang masuk, terlihat bahwa kemampuan para peserta untuk mempertemukan kearifan dan pengetahuan lokal sebagai satu lorong jalan untuk mengurai persoalan lingkungan dan pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Mereka kemudian membaca persoalan lingkungan dan perubahan iklim dengan aspek kontekstualitasnya yang kuat. Kedekatan ruang menjadikan mereka dapat melihat dan merasakan bahwa persoalan tersebut penting untuk dibahas dan diurai dengan jelajah yang lebih otentik. Bukti-bukti tentang persoalan tersebut coba dijahit dengan ragam pendekatan yang ada dalam disiplin dokumenter.
Tonny mengatakan bahwa sebagai sebuah karya yang dibuat oleh siswa tentu setiap karya tersebut memerlukan gerakan dengan daya tahan tinggi untuk menayangkannya secara berkesinambungan di ruang-ruang pemutaran yang memungkinkan merengkuh sebanyak mungkin kalangan muda.
Film-film tersebut akan menjadi sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan lingkungan dan religiusitas jika sebarkan dengan pola diseminasi yang mengarah pada penonton anak- anak muda.
Di sisi lain, Tonny memberi catatan untuk perbaikan ke depan, bahwa kurangnya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk story telling perlu mendapat perhatian serius agar menjadi perbaikan bagi para peserta yang telah terlibat dalam lomba ini, sekaligus menjadi rujukan bagi calon peserta pada kompetisi serupa di masa-masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Perlu digarisbawahi, bahwa para peserta dalam kompetisi ini sebagian besar condong pada bentuk investigasi jurnalistik. Hal itu dapat dimaklumi karena cara bertutur seperti itulah yang paling mudah untuk dikerjakan dalam waktu pengerjaan yang singkat.
Sementara itu, Elga sarapung, ketua panitia yang mewahanai lomba film dokumenter ini, mengatakan bahwa acara Dialog Publik dan Lomba Film Dokumenter ini diselenggarakan dengan tujuan memperkuat jaringan kerjasama diantara pemerintah, para pemimpin agama. Pemimpin adat, lingkungan pendidikan, masyarakat sipil dan media untuk melakukan aksi konkrit bersama.
Lomab itu sendiri diselenggarak dengan dukungan Asian Conference of Religions and Peace (ACRP), Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Gita Santih Nusantara (GSN) dan Gedong Gandhi Ashram (GGA). (kanalbali/RLS)
ADVERTISEMENT