Setelah 114 Tahun Puputan Klungkung, Gelar Pahlawan Nasional Masih Diperjuangkan

Konten Media Partner
29 April 2022 8:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana saat perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda - foto : Repro dokumentasi Puri Agung Klungkung
zoom-in-whitePerbesar
Suasana saat perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda - foto : Repro dokumentasi Puri Agung Klungkung
ADVERTISEMENT
KLUNGKUNG, kanalbali.com - Tanggal 28 April menjadi hari yang bersejarah bagi warga Bali dan khususnya Kabupaten Klungkung. Pada 28 April 1908 silam, atau 114 tahun yang lalu, terjadilah peristiwa Puputan Klungkung dimana keluarga Raja beserta warga habis-habisan melawan pasukan kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
"Saat itu Ida Dewa Agung Jambe (Raja Klungkung-red) menunjukkan sikap masyarakat Bali, yang menempatkan kedaulatan dan kehormatan di atas segala-galanya," ungkap Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra, Kamis (28/4).
Dikisahkannya kembali, ketegangan sudah terjadi sebelumnya pada 13 sampai 16 April 1908. Ketika itu Kerajaan Klungkung sebagai pusat kerajaan di Bali menjadi wilayah yang belum takluk oleh Kolonial Belanda. Namun, pihak kolonial nekat ingin mengadakan patroli keamanan di wilayah itu.
Para pembesar kerajaan dan rakyat tak terima. Tak ayal penyerangan terhadap patroli Belanda terjadi di Desa Gelgel. Pihak kolonial kemudian murka, dan menuduh Kerajaan Klungkung telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah.
Raja Dewa Agung Jambe II - foto : Repro dokumentasi Puri Agung Klungkung
Raja Dewa Agung Jambe II dan rakyat diminta untuk menyerah sampai 22 April 1908. Ancaman tersebut ternyata tak mengendurkan nyali raja dan rakyat. Justru semangat menjaga kedaulatan kerajaan semakin membesar.
ADVERTISEMENT
Bermodal tombak, laskar-laskar Klungkung nan gagah berani menghadapi serangan pasukan Belanda yang berbekal beberapa meriam kaliber 13 dan 15 cm. Tapi serangan laskar Klungkung dapat dipatahkan.
Selasa, 21 April 1908, Istana Semarapura, Gelgel, dan Satria dibombardir serdadu kolonial selama 6 hari berturut-turut. Celakanya, pada 27 April 1908, pasukan tambahan kolonial dari Batavia tiba di Desa Kusamba dan Jumpai.
Kobaran perang semakin membesar. Perlawanan sengit diberikan rakyat kedua desa itu, meski persenjataan tak berimbang. Serdadu kolonial pun semakin merangsek menuju Klungkung. Istana Semarapura mulai terkepung.
Dari gempuran tersebut, Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gde Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan sang putra mahkota kerajaan gugur. Mengetahui kabar itu, tak membuat nyali Raja Dewa Agung Jambe II menciut. Sebaliknya, ia malah ingin segera menunaikan dharmaning ksatria, kewajiban tertinggi seorang kesatria sejati, yaitu tewas di medan perang.
Monumen Puputan Klungkung di Semarapura - KRI
Bersama 3.000 laskar Klungkung, Raja Dewa Agung Jambe maju menyerang kolonial. Tak lama kemudian, mereka pun gugur dalam berondongan peluru serdadu. Selasa, 28 April 1908, sore, Kerajaan Klungkung jatuh ke tangan kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
"Tidak hanya rakyat, keluarga kerajaan hingga putra mahkota saat itu yang masih anak-anak, Ida I Dewa Agung Gede Agung ikut keluar istana untuk bertempur dan gugur bersama kerabat kerajaan lainnya," ungkap Ida Dalem Semara Putra.
"Pemedal Agung di areal Kerta Gosa merupakan saksi bisu perang Puputan Klungkung. Semangat dan rasa nasionalisme itulah yang seharusnya diwariskan oleh generasi muda saat ini," jelasnya.
Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra - KRI
Terkait dengan hal itu, Pemerintah Klungkung telah menyampaikan pengusulan Ida Dewa Agung Jambe sebagai pahlawan nasional dan sudah lolos seleksi dari Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan (TP2GP). "Hanya tinggal menunggu keputusan dari presiden untuk penetapan pahlawan nasional," jelasnya.
Sementara Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta sebagai salah satu penggagas pengusulan Ida Dewa Agung Jambe sebagai pahlawan nasional, mengatakan pihaknya bersama Gubernur Bali I Wayan Koster terus berupaya agar tokoh Puri Agung Klungkung itu bisa menjadi pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT
" Kami terus berusaha, agar perjuangan beliau (Ida Dewa Agung Jambe) bisa dikenang dan menjadi teladan kita bersama. Bagaimana perjuangannya agar bisa diteruskan oleh generasi muda saat ini, untuk Klungkung yang semakin maju," jelasnya. (kanalbali/KRI)