5 Fase yang Kerap Dirasakan dalam Quarter Life Crisis

Konten Media Partner
6 Mei 2020 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
5 fase yang kerap dirasakan dan dialami saat quarter life crisis | Photo by Pexels/Andrea Piacquadio
zoom-in-whitePerbesar
5 fase yang kerap dirasakan dan dialami saat quarter life crisis | Photo by Pexels/Andrea Piacquadio
ADVERTISEMENT
Quarter life crisis adalah istilah untuk menggambarkan suatu tahapan dalam hidup di mana seseorang seringkali merasa ragu, cemas, dan mempertanyakan tujuan hidupnya. Quarter life crisis sendiri kerap menyerang orang-orang yang mulai menginjak usian 20-an.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Psychology Today, terdapat sebuah studi yang diterbitkan dari International Journal of Behavioral Development yang menemukan bahwa 39 persen pria dan 49 persen wanita merasakan ‘krisis’ di usia 20-an. Gejala umum yang dirasakan ialah adanya rasa palsu yang menganggu dan merasa masih seperti layaknya anak-anak.
Dampaknya, mereka merasa banyak mencoba berbagai hal, seperti berganti pekerjaan, berganti pasangan, dan lainnya. Semua itu dilakukan dalam upaya untuk mencari tahu siapa mereka dan bagaimana mereka bisa cocok dengan dunia ini.
Dilansir dari Discover Magazine, yuk kenali 5 fase dalam quarter life crisis!
1. Terjebak dalam pilihan hidup
Terjebak dalam pilihan hidup | Photo by Pexels/Min An
Dalam hidup, kita selalu dihadapkan dalam berbagai pilihan, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Contohnya dalam hal yang sederhana, kita harus memilih menu makan siang, membeli baju baru atau tidak, hingga sesepele apakah harus mandi pagi di kala weekend.
ADVERTISEMENT
Pilihan-pilihan dalam kehidupan sehari-hari tersebut tentu tidak perlu pertimbangan yang cukup membuat kita mumet dan pusing sendiri. Hanya butuh waktu beberapa detik untuk memutuskannya dan dampaknya pun tidak besar.
Namun, ketika menyangkut pilihan hidup, tentunya tak jarang mampu membuat kita kelimpungan, bingung, bahkan hingga merasa stres. Pasalnya, pilihan tersebut dapat mengubah hidup dengan berbagai resiko yang ditimbulkan.
Ketika kita akhirnya memutuskan untuk memilih dan mengambil keputusan, tak jarang kita pun merasa terjebak di dalam keputusan hidup tersebut. Tidak hanya itu, kita pun juga merasa menjalankan hidup dalam mode ‘autopilot’. Seakan-akan semua hal sudah diatur sehingga mau tidak mau harus dijalankan.
2. Keinginan untuk mengubah hidup
Keinginan untuk mengubah hidup | Photo by Pexels/Andrea Piacquadio
Setelah mengalami keadaan yang dirasa sulit, muncul perasaan di dalam diri ingin keluar dari situasi tersebut. Kita merasa bahwa dapat mengubah hidup yang mungkin semula terasa itu-itu saja menjadi sebuah kehidupan yang didambakan. Di fase ini, timbul keyakinan dari dalam diri bahwa kita mampu untuk mengubah hidup dan menjadikannya lebih baik.
ADVERTISEMENT
3. Keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru
Keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru | Photo by Pexels/Andrea Piacquadio
Di fase ini, kita akhirnya memutuskan untuk keluar dari zona nyaman. Misalnya, kita memutuskan untuk resign atau berhenti dari pekerjaan dan mencoba mencari pekerjaan impian baru. Atau contoh lainya, kita akhirnya memiliki keinginan untuk mengakhiri suatu hubungan yang dirasa hanya buang-buang waktu.
Selain itu, kita akan keluar dari apa pun yang membuat kita merasa terjebak di pusaran hidup yang menyulitkan. Kita akan banyak mencoba hal baru yang selama ini diinginkan untuk mencari tahu jati diri yang sesungguhnya.
4. Memulai hidup yang baru
Memulai hidup yang baru | Photo by Pexels/Tirachard Kumtanom
Ketika sudah memutuskan untuk keluar dari zona nyaman, segala sesuatunya tentu kembali ke titik awal lagi. Baik itu dari aspek pekerjaan, hubungan, hobi, cita-cita, dan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Kita akan mencoba untuk memulai hidup yang baru dan membangunnya sesuai dengan apa yang diinginkan selama ini. Berbekal pengalaman yang dimiliki serta semangat baru, kita akan menata ulang hidup dengan bersungguh-sungguh.
5. Membuat komitmen baru
Membuat komitmen baru | Photo by Pexels/Andrea Piacquadio
Di tahap terakhir ini, kita akan memiliki komitmen baru yang lebih sesuai dengan minat dan aspirasi. Kita juga akan merasa lebih bertanggung jawab atas apa yang telah dipilih karena telah membangunnya dari awal. Selain itu, perlahan kita pun akan menemukan jati diri yang sesungguhnya melalui proses perjalanan kehidupan yang sudah dilalui.
Quarter life crisis memang tak jarang membuat orang-orang merasa gusar bahkan stres. Namun, percayalah bahwa fase ini akan berlalu dan kita mampu mengatasinya. Kuncinya, terus kembangkan potensi dalam diri dan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (klik di sini) dan klik tombol 'IKUTI' (klik di sini) untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!