Prestasi Habibie, Jadi Pimpinan Perusahaan Jerman Hingga Diakui Dunia

Konten Media Partner
14 September 2019 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu potret BJ Habibie semasa hidupnya 
 Photo by @b.jhabibie on Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu potret BJ Habibie semasa hidupnya Photo by @b.jhabibie on Instagram
ADVERTISEMENT
Indonesia tengah berduka. Salah satu putra terbaiknya, Presiden ke-3 RI Baharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada 11 September 2019.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Eyang Habibie ini meninggal dunia akibat menderita gagal jantung dan faktor usia yang meninginjak 83 tahun.
Semasa hidupnya, mantan presiden RI kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan ini telah menorehkan begitu banyak prestasi baik di Indonesia maupun dunia. Salah satu prestasinya datang dari bidang dirgantara.
Habibie melahirkan penemuan penting dalam dunia kedirgantaraan. Saat menjadi engineer (insiyur) di Jerman, ia meneliti fenomena keretakan pada kontruksi pesawat.
Pada tahun 1960 perkembangan teknologi pesawat tidak semaju seperti sekarang ini. Banyak kecelakaan pesawat yang terjadi karena keretakan akibat fatigue atau kelelahan pada badan pesawat.
Biasanya titik-titik keretakan biasanya terjadi antara sayap dan badan pesawat, atau antara sayap dan pemasangan engine. Karena bagian-bagian itu terus menerus mengalami guncangan kuat, baik ketika lepas landas atau mendarat. Semakin banyak retakan yang semakin memanjang, bisa berakibat fatal. Sayap bisa patah tanpa peringatan hingga keretakan lebih besar.
ADVERTISEMENT
Saat itulah BJ Habibie datang untuk menawarkan solusi. Dia menemukan teori crack progression atau teori keretakan. Habibie muda menemukan cara untuk membangun struktur badan pesawat menjadi lebih kuat. Sehingga mampu menghindari risiko kecekakaan pesawat.
Teori ini memiliki perhitungan sangat detail bahkan sampai ke tingkat atom material pesawat. Teori yang dikenal sebagai Faktor Habibie ini menyebutkan porsi rangka baja pesawat dapat dikurangi dan diganti dengan dominasi aluminium di badan pesawat. Hal itu dapat mengurangi bobot pesawat tanpa penumpang dan bobot bahan bakar menjadi 10 persen dari berat konvesionalnya.
Rumus ini dipakai oleh industri penerbangan dunia. Karena teori ini, Habibie lantas dijuluki Mr. Crack.
ADVERTISEMENT
Habibie telah mengoleksi 17 penghargaan nasional dan 16 penghargaan internasional. Beberapa di antaranya yaitu Grand Officer de la Legion D'honneur, penghargaan tertinggi dari Pemerintah Prancis atas kontribusinya terhadap pengembangan industri di Indonesia pada tahun 1997.
Penghargaan Edward Warner Awards yang diberikan oleh Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada 1994 kemudian The Order of Brilliant Star With Grand Cordon, penghargaan tertinggi dari Pemerintah Taiwan pada tahun 1994.
Satu lagi tak boleh dilupakan yaitu Award Von Karman. Penghargaan tersebut setara dengan hadiah Nobel. Habibie mendapatkan penghargaan tersebut pada 1992.
Setelah meraih gelar doktor, Habibie bekerja di sebuah perusahaan penerbangan Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB) di Jerman Barat. Di perusahaan tersebut, Habibie pernah menduduki jabatan dua jabatan sekaligus yaitu Director of Applied Technology dan Vice President MBB.
ADVERTISEMENT
Jabatan itu adalah posisi tertinggi yang pernah diduduki oleh orang asing di perusahaan itu. Artinya, jabatan tersebt memang tidak mudah dicapai setiap orang. Apalagi bagi seorang Indonesia yang harus bersaing dengan para ahli setempat yang jumlahnya cukup banyak.
Dengan posisinya di MBB, Habibie terlibat dalam urusan merancang dan mengendalikan kehidupan suatu industri pesawat terbang serta memperkenalkannya ke aktivitas pemasaran pesawat terbang secara internasional. Jabatan tersebut dipegangnya sampai ia dipanggil pulang ke Indonesia.
Habibie tidak hanya sukses berkarier di luar negeri, tapi juga dalam negeri. Pada tahun 1974, Habibie ditunjuk oleh Presiden Soeharto untuk menjadi CEO dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1978, Habibie naik pangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi.
ADVERTISEMENT
Ia tercatat memimpin proyek pesawat N250 Gatot Kaca pada tahun 1978, pesawat pertama buatan Indonesia. N250 merupakan pesawat udara turboprop bermesin dua untuk 50 penumpang.
Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.
Dalam beberapa tahun terakhir, BJ Habibie juga menggarap proyek pesawat bernama R80 lewat perusahaan yang ia bangun, Regio Aviasi Industri. Walaupun tidak sampai menyaksikan pesawat ini mengudara di langit Indonesia, karyanya akan selalu dikenangkan. R80 sudah direncanakan mengunakan teknologi terkini untuk meningkatkan kenyaman penumpang.
Salah satunya yaitu teknologi fly by wire, sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah. Selain itu, R80 didesain untuk membawa 80-90 penumpang. Meski kapasitasnya lebih besar, pesawat ini tetap memiliki desain dan mesin yang efisien sehingga irit bahan bakar.
ADVERTISEMENT
#terusberkarja
Content Writer : DEV
Editor : Charles