Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten Media Partner
9 Penyebab Perut Kembung: Penumpukan Gas hingga Penyakit Kronis
7 November 2022 16:53 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Ada banyak penyebab perut kembung , mulai dari penumpukan gas, hingga gangguan kesehatan tertentu. Pada umumnya, penyebab perut kembung bukanlah gangguan yang parah dan mengancam jiwa.
ADVERTISEMENT
Perut kembung adalah kondisi ketika perut terasa penuh yang menyebabkan perasaan tidak nyaman, bahkan pada beberapa orang bisa menimbulkan rasa sakit pada bagian perut. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan yang tidak membahayakan kesehatan tubuh.
Meskipun demikian, perut kembung juga banyak dikaitkan dengan gangguan kesehatan tertentu yang memerlukan perhatian medis, khususnya perut kembung yang disertai dengan rasa sakit dan sukar sembuh.
Untuk itu, Anda perlu memahami penyebab perut kembung agar dapat mencegah gangguan kesehatan yang dimiliki menjadi lebih parah. Mengetahui penyebab perut kembung juga membantu penderitanya memilih penanganan yang tepat untuk mengatasi kondisi ini.
Artikel ini secara khusus akan membahas mengenai penyebab perut kembung dan perawatannya. Simak ulasannya di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Penyebab Perut Kembung
Banyak kondisi dan gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan perut kembung. Dikutip dari jurnal Abdominal Bloating: Pathophysiology and Treatment oleh A Young Seo, dkk, berikut berbagai penyebab perut kembung.
1. Penumpukan Gas
Penumpukan gas di lambung dan usus adalah penyebab perut kembung yang paling umum. Seseorang yang memiliki banyak gas pada saluran pencernaan akan merasakan gejala perut kembung, sering bersendawa, ingin buang air besar, dan mual.
Penumpukan gas di dalam tubuh bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti mengonsumsi makanan yang mengeluarkan gas dalam perut, seperti kacang-kacangan, kembang kol, brokoli, dan kubis atau minum minuman soda. Terlalu banyak menelan udara saat makan atau kebiasaan mengunyah permen karet juga bisa mengakibatkan penumpukan gas di dalam perut.
ADVERTISEMENT
2. Pola Makan Tidak Teratur
Pola makan yang tidak teratur bisa menyebabkan perut terasa penuh dan kembung. Contoh pola makan yang bisa menjadi penyebab perut kembung adalah:
3. Infeksi Saluran Pencernaan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti Escherichia atau Helicobacter pylori atau virus, seperti norovirus atau rotavirus dapat menyebabkan perut kembung. Perut kembung yang disebabkan infeksi biasanya disertai dengan gejala diare, muntah, mual, dan sakit perut.
Infeksi biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari karena dilawan oleh sistem imun tubuh dan bakteri dalam usus. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala yang lebih buruk, sehingga membutuhkan penanganan medis yang lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
4. Pertumbuhan Bakteri Berlebih di Usus
Lambung dan usus adalah tempat bagi bakteri yang membantu tubuh dalam mencerna makanan. Gangguan keseimbangan bakteri dapat menyebabkan peningkatan bakteri jahat di usus kecil. Kondisi ini dikenal dengan sebutan small intestinal bacterial overgrowth (SIBO).
SIBO dapat menyebabkan kembung, diare, dan kesulitan mencerna makanan. Tubuh juga akan mengalami kesulitan dalam menyerap nutrisi dari makanan, sehingga penderitanya sering lemas dan kekurangan nutrisi. Pada kasus yang parah, SIBO dapat menyebabkan penurunan berat badan yang drastis.
5. Retensi Cairan
Retensi cairan adalah gangguan ketika terjadinya penumpukan cairan yang berlebihan dalam tubuh. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan asin, perubahan kadar hormon, dan sering menahan buang air kecil, dan intoleransi makanan.
Pada tahapan tertentu, retensi cairan dapat menyebabkan kembung kronis yang biasanya dialami oleh penderita gagal hati atau ginjal dan diabetes. Apabila kembung tak kunjung hilang selama berhari-hari, retensi cairan mungkin bisa menjadi penyebabnya.
ADVERTISEMENT
6. Intoleransi Makanan
Beberapa orang mungkin akan merasakan perut kembung setelah makan makanan tertentu. Seseorang yang memiliki intoleransi pada makanan tertentu bisa menyebabkan perut menjadi kembung.
Contohnya adalah intoleransi laktosa, alergi gluten, atau penyakit Celiac akan menimbulkan kembung pada perut. Perut kembung akibat intoleransi makanan biasanya akan membaik setelah sisa makanan tersebut keluar dari tubuh.
7. Sembelit
Sembelit adalah gangguan pencernaan yang menyebabkan seseorang sulit untuk buang air besar. Hal ini mengakibatkan terjadinya penumpukan makanan di usus yang menyebabkan perut kembung.
Selain perut kembung, seseorang mungkin akan merasakan sakit perut dan rasa tidak nyaman selama sembelit terjadi. Sembelit biasanya dapat diobati dengan olahraga, minum air putih, atau mengubah pola makan.
8. Gastroparesis
Gastroparesis adalah gangguan yang mempengaruhi sistem pengosongan perut secara teratur. Hal ini menyebabkan saraf yang mengatur gerakan perut tidak berfungsi dengan semestinya.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, makanan yang ada dalam perut akan bergerak lebih lambat. Maka dari itu, gangguan ini bisa menyebabkan sembelit dan kembung.
9. Penyakit Kronis
Penyakit Crohn dan irritable bowel syndrome (IBS) adalah dua jenis penyakit kronis yang bisa menjadi penyebab perut kembung. Kedua penyakit kronis ini dapat memicu penumpukan gas dalam perut, perut kembung, diare, dan muntah.
Obat Perut Kembung dan Begah
Ada banyak jenis obat yang bisa membantu mengatasi perut kembung dan begah. Berikut pilihan obat perut kembung dan begah:
ADVERTISEMENT
Perut kembung secara umum bukanlah kondisi yang membahayakan. Kondisi ini tidak memerlukan perawatan medis apabila disebabkan oleh makanan, gejalanya tidak memburuk seiring waktu, dan menghilang dalam waktu 1-2 hari.
Namun, jika perut kembung disertai dengan rasa nyeri yang hebat, demam, muntah, kotoran berdarah, segera periksakan ke dokter karena perut kembung bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan yang serius. Dokter akan menjelaskan penyebab perut kembung dan langkah penanganan terkait kondisi tersebut.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SAI)