Konten Media Partner

Penyakit Hisprung: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

28 November 2022 17:47 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apa itu penyakit hisprung? Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Apa itu penyakit hisprung? Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Penyakit hisprung atau hirschprung adalah suatu kelainan yang menyebabkan usus membesar. Penyakit ini termasuk ke dalam penyakit bawaan lahir yang langka dan bisa mengakibatkan bayi sulit untuk buang air besar (BAB). Hal ini karena saraf di usus yang tidak terbentuk dengan sempurna, sehingga feses menumpuk.
ADVERTISEMENT
Untuk mengobati kondisi ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, mulai dari melakukan prosedur penarikan usus hingga ostomi. Pengobatan penyakit hisprung ini perlu diatasi secepat mungkin guna mengurangi risiko komplikasi. Untuk informasi lebih lanjut, simak penjelasan di bawah ini.

Pengertian Penyakit Hisprung

Kondisi ini sering dialami oleh anak-anak dan bayi. Foto: Unsplash
Menurut laman Kementerian Kesehatan RI, penyakit hisprung adalah suatu kelainan bawaan berupa tidak adanya ganglion pada usus besar, mulai dari sfingter ani interna ke arah proksimal, termasuk rektum, dengan gejala klinis berupa gangguan pasase usus.
Pada penyakit hisprung, saraf yang berfungsi untuk mengontrol otot pada organ usus tidak ditemukan. Oleh karena itu, feses tidak dapat terdorong, seperti fungsi fisiologis seharusnya. Akibatnya, terjadi penumpukan feses di usus yang membuat pengidapnya sulit untuk membuang air besar (BAB).
ADVERTISEMENT
Penyakit hisprung ini juga dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu:

Penyebab Penyakit Hisprung

Penyebab penyakit hisprung ini belum dapat diketahui dengan tepat. Menurut laman Mayo Clinic, penyakit Hirschsprung diduga terkait dengan faktor keturunan atau genetika.
Jadi, apabila salah satu orangtua mengalami kondisi hisprung, peluang bayi lahir dengan kelainan yang sama tersebut akan lebih tinggi. Sebagai contoh, apabila ada salah satu anak di suatu keluarga yang memiliki kondisi hisprung, saudara kandungnya memiliki kemungkinan sekitar 3-12% untuk mengalami kondisi yang sama.
ADVERTISEMENT
Supaya lebih jelas, ada beberapa faktor risiko seseorang mengalami penyakit hisprung ini, di antaranya:

Gejala Penyakit Hisprung

Perut membesar dan hilang nafsu makan jadi gejala dari hisprung. Foto: Unsplash
Menyadur laman National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, gejala penyakit hisprung ini tergantung dari tingkat keparahannya. Umumnya, gejala dapat dideteksi pada bayi sejak lahir, salah satunya adalah bayi tidak buang air besar (BAB) dalam kurun waktu 48 jam usai melahirkan.
Tidak hanya kesulitan BAB, penyakit hisprung juga bisa menimbulkan gejala lainnya, di antaranya:
ADVERTISEMENT

Cara Mengobati Penyakit Hisprung

Untuk mengobati seseorang yang mengidap penyakit hisprung, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, mulai dari memotong bagian usus hingga ostomi. Kedua tindakan ini termasuk ke dalam kegiatan operasi.
Berikut penjelasan lebih lengkap tentang bagaimana cara mengobati penyakit hisprung, seperti yang dikutip dari laman WebMD.

1. Operasi memotong bagian usus

Pengobatan yang dapat dilakukan adalah melakukan operasi dengan memotong sebagian usus besar yang tidak memiliki saraf. Setelah itu, bagian usus besar yang normal akan dihubungkan ke anus anak.
Umumnya, operasi ini menggunakan metode laparoskopi atau prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dinding perut.

2. Operasi ostomi

Selain memotong bagian usus, penyakit hisprung juga bisa diobati dengan melakukan operasi ostomi. Prosedur ini bisa disebut juga dengan stoma. Dalam laman Healthline disebutkan bahwa stoma adalah istilah medis yang merujuk pada lubang yang sengaja dibuat di lapisan perut sebagai jalur pembuangan zat sisa pencernaan.
ADVERTISEMENT
Adapun prosedur ostomi untuk menangani penyakit hisprung ini, di antaranya:

Cara Mencegah Penyakit Hisprung

Pencegahan penyakit hisprung ini belum bisa diketahui dengan pasti, sebab kondisi ini bisa terjadi begitu saja, meski tidak memiliki gejala. Namun, ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi anak mengalami penyakit hisprung.
Menyadur laman Medical News Today, berikut informasinya.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(JA)