Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Konferensi Asia-Afrika: Dari Sejarah hingga Peringatan ke-66
18 April 2021 16:10 WIB
Tulisan dari BEM FIS UM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konferensi Asia-Afrika lahir setelah Perang Dunia II usai di mana banyak negara-negara di Asia memperolah kemerdekaan, tetapi tetap merasa terancam karena adanya Perang Dingin. Di satu sisi, caruk maruk masih banyak terjadi di beberapa negara, seperti di negara-negara Afrika. Keadaan bahaya yang mengintai di Asia dan Afrika menyadarkan para pemimpin negara mengenai dampak buruk Perang Dingin tersebut. Kemudian, awal tahun 1954, Sir John Kotelawala, Perdana Menteri Sri Lanka, mengundang beberapa perdana menteri lain, yaitu Ali Sastroamidjojo dari Indonesia, U Nu mewakilkan Birma, Mohammed Ali dari Pakistan, dan Jawarharlal Nehru sebagai perwakilan India.
Pada kesempatan itu, atas perintah Ir. Soekarno, Ali Sastroamidjojo mengusulkan diadakannya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika sebagai wujud perdamaian dunia, serta solidaritas Asia dan Afrika. Dari undangan tersebut, pada tanggal 18 April hingga 24 April 1955 diadakanlah Konferenais Asia Afrika yang dihadiri 29 pimpinan negara dari Asia dan Afrika di Bandung. Konferensi ini diawali dengan pidato Ir. Soekarno yang berjudul “Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru.” Dalam pidato tersebut, Ir Soekarno menyatakan, bahwa:
ADVERTISEMENT
Berdasarkan konferensi tersebut, maka lahirlah Dasasila Bandung yang memuat semangat kemerdekaan dan mengangkat persamaan derajat, kerjasama Asia Afrika dengan tetap menghormati kedualatan dari masing-masing negara di Asia dan Afrika. Konferensi Asia Afrika menjadi ajang mengobarkan api solidaritas dan pembentukan moral bangsa, serta mengubah pandangan internasional mengenai negara-negara Asia dan Afrika yang mampu membuat dunia ketiga atau Non Aligned. Dengan adanya KAA mengindikasikan, bahwa negara-negara di Asia dan Afrika merupakan negara yang netral, tidak memihak pada salah satu blok, baik blok Timur, maupun blok Barat.
Konferensi Asia Afrika yang diperingati setiap tanggal 18 April membawa cerita yang berbeda-beda. Pada tahun 2021, sarana memperingati Konferensi Asia Afrika ke 66 dengan mengibarkan 109 bendera dari negara-negara di Asia dan Afrika dan satu bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikibarkan di Kompleks Museum KAA, Gedung Merdeka dari 1 April 2021, hingga satu bulan mendatang. Pengibaran bendera-bendera tersebut hanya dilakukan oleh staf internasional Museum KAA karena masih dalam suasana pandemi COVID-19. Meskipun dilakukan di tengah-tengah pandemi, Kementerian Luar Negeri telah mempersiapkan peringatan Konferensi Asia Afrika ke-66 ini dengan mengusung tema “Kemanusiaan dan Solidaritas.” Tema tersebut bermakna, bahma 66 tahun silam, berkat perasaan senasib dan jiwa kebersamaan telah melahirkan konferensi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang kini terlihat secara nyata relevansi kebersamaannya dalam perjuangan untuk menghadapi pandemi COVID-19. Rasa persaudaraan tersebut diharapkan mampu mengkokohkan semangat gotong royong dan bahu membahu dalam menghadapi pandemi yang telah melanda dunia.
ADVERTISEMENT
KAA kali ini pun memiliki logo berbentuk 66 dengan warna merah sebagai inepretasi dari Asia dan hijau melambangkan Afrika di mana keduanya saling mengeratkan tangan untuk mencerminkan semangat kemanusiaan dan solidaritas bangsa Asia dan Afrika di dalam dunia internasional yang disimbolkan dengan latar belakang putih.
Museum KAA telah mempersiapkan delapan program unggulan dalam memperingati KAA ini. Program tersebut bertujuan untuk mengobarkan kembali jiwa semangat kebersamaan dalam “Kemanusiaan dan Solidaritas” dari Dasasila Bandung yang dirangkum sebagai berikut:
1. Mengibarkan 109 bendera negara-negara Asia dan Afrika (peserta KAA) dan satu bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) oleh staf internasional Museum KAA di sekeliling kompleks museum tersebut;
ADVERTISEMENT
2. Program “Message of the World,” yaitu menggalang pesan “Kemanusiaan dan Solidaritas” berupa surat atau video pendek yang dikirimkan melalui surel khusus dari anak-anak di seluruh dunia;
3. Peluncuran Buku Sejarah The Bandung Connection karya Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Konferensi Asia Afrika dalam dua bentuk, yaitu Edisi Braille dan Buku Suara (Audiobook) sebagai perhatian nyata Museum KAA dalam mempermudah disabilitas mengakses sejarah dan nilai-nilai KAA.
4. Peluncuran film dokumenter “Museum untuk Semua” yang menggambarkan empat dekade perjalanan Museum KAA dalam melestarikan nilai-nilai Konferensi Asia-Afrika;
5. Lomba edukasi sejarah Bandung Historical Study Games (BHSG) yang dilakukan secara daring melalui tur virtual beberapa museum di Indonesia;
6. Lomba Story Telling Anak bertema ‘Indonesiaku Pahlawan Dunia” dengan mengirimkan video pendek melalui surel atau media sosial resmi Museum KAA;
ADVERTISEMENT
7. Program “Seribu Masker untuk Bandung” dengan memberikan 1000 masker kain berlogo Peringatan 66 Tahun KAA dan Museum KAA untuk masyarakat melalui Pemerintah Kota Bandung;
8. Webinar dengan tema “Kemanusiaan dan Solidaritas Internasional untuk Kesehatan Dunia” sebagai bentuk penyaluran urgensi solidaritas dalam kebersamaan menghadapi pandemi.
Rasa senasib dan solidaritas antara negara-negara di Asia dan Afrika telah melahirkan Konferensi Asia Afrika yang sudah diperingati selama 66 tahun dan tahun 2021, meskipun dalam situasi pandemi, Museum KAA masih dapat memberikan program-program nayata untuk memperingati konferensi tersebut. Dengan adanya peringatan ke-66 dan program-program tersebut, mampu memperkuat rasa kesetiakawanan dan gotong royong antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam menghadapi pandemic global yang saat ini masih melanda dunia.
ADVERTISEMENT
REPORTER: DITJEN PERS MAHASISWA
BEM FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MALANG.