news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

3 Serangan Buaya di Sultra Sebabkan 2 Warga Tewas, 1 Selamat

Konten Media Partner
30 Desember 2019 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buaya muara yang ditangkap warga Muna, Sulawesi Tenggara. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Buaya muara yang ditangkap warga Muna, Sulawesi Tenggara. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa hari terakhir tercatat ada tiga serangan buaya muara yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Akibat serangan itu, dua orang meninggal dunia, dan satu orang lagi selamat, tapi mengalami luka - luka.
ADVERTISEMENT
Serangan buaya yang pertama menimpa Rugaya (50), Kamis sore (26/12). Warga Desa Bendewuta, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra) itu tewas diterkam buaya saat buang air besar (BAB) di sungai Lalindu.
Menurut keterangan saksi mata, yang juga anak korban, Fajrin, ibunya diterkam buaya saat akan BAB, lalu di bawa masuk ke dalam air.
Rugaya sempat dinyatakan hilang selama lebih dari 4 jam. Setelah itu, tubuhnya di temukan 2 kilo meter dari lokasi kejadian dengan kondisi tak bernyawa. Kaki kanannya mulai dari lutut ke bawah hilang, diduga di mangsa buaya.
Sehari setelah peristiwa nahas itu, serangan buaya kembali terjadi di Kabupaten Konawe Utara, Jumat pagi (27/12).
Serangan buaya kali ini menimpa Ema (40 tahun). Warga Desa Puusuli, Kecamatan Andowia, Konawe Utara itu juga dinyatakan tewas usai di terkam buaya saat mencari kerang sungai, atau warga setempat menyebutnya pokea, bersama tiga orang anaknya di sungai Lalindu.
ADVERTISEMENT
Menurut keterangan saksi, yang juga anak korban, Imel (12 tahun), ibunya diterkam buaya saat turun ke sungai. Dia sempat melihat ibunya melawan dengan cara menendang mulut buaya.
Namun perlawan Ema tak berlangsung lama, buaya itu kembali menerkamnya pada bagian kepala, dan langsung menariknya ke dalam air.
Ema kemudian dinyatakan hilang, keluarga, warga sekitar, TNI - Polri, BPBD dan Basarnas Kendari terus berupaya mencari korban namun tak kunjung ditemukan. Lalu, beberapa potongan tubuh yang diduga kuat milik Ema ditemukan di pinggir sungai.
Saat ini proses pencarian Ema sudah di tutup. Pihak keluarga juga telah mengihlaskan  kepergian Ema. Potongan tubuh korban lalu di serahkan ke keluarga untuk telah di kuburkan.
"Operasi SAR pencarian korban hilang atas nama Ema resmi di tutup, keluarga telah mengikhlaskan," jelas Humas Basarnas Kendari, Wahyudi.
ADVERTISEMENT
Kemudian, sehari setelahnya, Sabtu (28/12), sekitar pukul 12.00 WITA, warga Desa Tetenggabo, Kecamatan Sabolakoa, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), bernama Rasmin juga di terkam buaya saat menjaring ikan di sungai Konaweeha.
Beruntung, Rasmin selamat dari serangan itu, dia hanya mengalami luka pada bagian kaki sebelah kanan akibat gigitan buaya.
"Korban selamat, dan sudah dilakukan perawatan karena luka pada kaki bagian kanan akibat gigitan buaya," jelas Kepala Polsek Landono, IPTU Agus Darmanto.
Mengenal Jenis Buaya yang Banyak Hidup di Sultra
Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie mengatakan, buaya muara dan buaya rawa adalah jenis buaya yang paling banyak hidup di Sulawesi Tenggara. Namun, BKSDA Sultra tak punya data pasti jumlah populasinya.
Sakrianto bilang, buaya muara diketahui  jumlahnya paling banyak berdasarkan perjumpaan di lapangan. Sedangkan buaya rawa banyak ditemukan di Rawa Aopa, dan sebagian sungai besar yang tersebar di Sultra.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, dari segi fisik, buaya muara dapat ditandai dengan warna kulitnya yang didominasi warna agak ke kuning kuningan, sedangkan buaya rawa di dominasi warna hitam.
Selain itu, buaya muara juga memiliki mulut yang agak lancip dari pada buaya rawa, sehingga buaya muara lebih agresif ketimbang buaya rawa.
"Yang paling menonjol ciri - cirinya adalah ukuran tubuhnya. Buaya muara punya ukuran lebih besar dari buaya rawa," jelas Sakrianto kepada wartawan.
Informasi yang dihimpun, sepanjang tahun 2019, tercatat ada 9 warga Sultra yang diserang buaya. Dari seluruh korban, 6 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara 3 orang lainnya selamat.
Berdasarkan pengamatan BKSDA di lapangan, lanjut Sakrianto, penyebab terjadinya serangan buaya kepada manusia terjadi karena beberapa faktor, dianaranya adanya konflik ruang antara manusia dan satwa, atau beberapa spot/titik ruang yang menjadi habitat buaya telah menjadi ruang pemanfaatan aktivitas manusia.
ADVERTISEMENT
"Ada kemungkinan juga pakan (makanan) dari satwa tersebut berkurang akibat aktivitas pemanfaatan oleh manusia. Tapi kondisi ini masih membutuhkan kajian dan penelitian lebih dalam," pungkasnya.
Salah seorang warga berusaha mengikat buaya yang dijerat warga Muna, Sultra. Foto: Istimewa.