Antara Sepak Bola dan Kepentingan Politik

Vernanda Kholiqul Bahru Rizki
Mahasiswa UPN Veteran Jakarta
Konten dari Pengguna
10 April 2022 0:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vernanda Kholiqul Bahru Rizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasil pembagian grup piala dunia 2022 di Qatar, sudah diumumkan pada Jum'at malam tanggal 1 April 2022. Terdapat 8 grup yang akan berlaga pada pertandingan fase grup pertengahan November nanti.
https://unsplash.com/photos/YpHQAk29xt4
Namun kali ini, terdapat grup yang menjadi sorotan dunia karena terdapat dua negara yang memiliki hubungan buruk di ranah politik. Dua negara tersebut yaitu Iran dan Amerika yang sama-sama menempati grup B.
ADVERTISEMENT
Hubungan politik yang buruk antara Iran dan Amerika sudah terjadi dalam kurun waktu 40 tahun lebih. Tentunya tak terhitung berapa banyak konflik antar 2 negara tersebut.
Hasil undian grup piala dunia 2022 mengingatkan pada cerita di Piala Dunia 1998 dimana Iran dan Amerika bertemu pada laga penyisihan. Dalam laga tersebut pihak Amerika menyebut pertandingan tersebut dengan julukan "The Mother of All Game". Julukan tersebut didasarkan pada peristiwa penggulingan Shah Reza Pahlevi atau lebih dikenal dengan revolusi Iran pada tahun 1979.
Pertandingan pada Piala Dunia 1998 antar Iran dan Amerika, diwarnai dengan kejadian negoisasi berulang-ulang kali terkait urusan jabat tangan sebelum pertandingan antar kedua tim dimulai. Alasan negosiasi harus dilakukan karena pada aturan FIFA pada laga tersebut Iran menempati Tim B dan Amerika berada pada Tim A. Dalam aturan FIFA, pertandingan dimulai dengan Tim B menyalami Tim A. Regulasi tersebut ditentang oleh pemimpin tertinggi Iran Khomeini, yang kala itu memerintahkan agar pemain Iran tidak datang menyalami pemain Amerika.
ADVERTISEMENT
Masalah tersebut bukan satu-satunya yang mengganggu laga penyisihan Piala Dunia 1998 antara Iran dan Amerika. Ada masalah lain lagi yaitu adanya rumor yang mengatakan bahwa kurang lebih 7.000 tiket dari 42.000 tiket yang disediakan telah dibeli oleh kelompok yang terikat terorisme "Mujahedin Halq". "Mujahedin Halq merupakan kelompok yang pada tahun itu di cap sebagai kelompok teroris yang bentuk oleh Sadam Husein.
Pembelian tiket itu digunakan untuk menyusupi pertandingan antar negara tersebut. Tujuan adalah untuk menyebarkan propaganda dengan menyabotase pertandingan tersebut demi suatu tujuan politik.
Pada pertandingan fase grup Piala Dunia 2022 yang akan datang, apakah kejadian pada Piala Dunia tahun 1998 akan kembali terulang?. Pertanyaan itu patut dipertanyakan terkait konflik seperti Rusia dan Ukraina pun bisa terjadi di masa sekarang.
ADVERTISEMENT