Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dr. Dandi Darmadi Ungkap Perbedaan Tugas BAN-PT dan LAM dalam Akreditasi Kampus
3 Desember 2024 13:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam seminar rutin SEVIMA yang dihadiri ribuan rektor dan dosen dari perguruan tinggi se-Indonesia, Dr. Dandi Darmadi, M.A.P., seorang pakar digitalisasi kampus dan pendidikan tinggi, menjelaskan secara rinci perbedaan tugas antara Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Seminar ini memberikan pemahaman mendalam mengenai proses akreditasi yang menjadi salah satu aspek penting dalam pengelolaan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Perbedaan utama antara BAN-PT dan LAM terletak pada cakupan dan standar akreditasi. LAM mengembangkan standar yang lebih tinggi dan cakupannya lebih luas dibandingkan dengan SN Dikti," ujar Dr. Dandi Darmadi, M.A.P., dalam seminar SEVIMA.
Dr. Dandi, yang memiliki pengalaman lebih dari satu dekade di dunia pendidikan tinggi, mengungkapkan bahwa meskipun BAN-PT dan LAM memiliki tujuan yang sama yaitu mengakreditasi perguruan tinggi dan program studi, keduanya memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. "BAN-PT mengakreditasi perguruan tinggi secara keseluruhan, sedangkan LAM mengakreditasi program studi dalam bidang ilmu tertentu," ujar Dr. Dandi di hadapan para peserta seminar.
Perbedaan Tugas dan Cakupan BAN-PT dan LAM
Dr. Dandi menjelaskan bahwa BAN-PT bertanggung jawab atas akreditasi perguruan tinggi secara umum, termasuk aspek-aspek kebijakan, manajemen, serta infrastruktur pendukung yang ada di dalamnya. Sementara itu, LAM berfokus pada akreditasi program studi tertentu di bidang ilmu yang lebih spesifik. Meskipun keduanya terlibat dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi, tugas yang diemban oleh BAN-PT dan LAM memiliki perbedaan dalam hal cakupan dan spesifikasi.
ADVERTISEMENT
"Peran LAM sangat penting karena mereka mengembangkan standar yang lebih tinggi daripada standar nasional Dikti. Cakupan kriteria yang digunakan oleh LAM juga lebih luas dan detail dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh BAN-PT," jelas Dr. Dandi.
Standar Akreditasi yang Ditetapkan oleh LAM
Dr. Dandi mengungkapkan bahwa standar yang digunakan oleh LAM jauh lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh SN Dikti. "Standar LAM ditetapkan setelah melalui proses persetujuan dari BAN-PT. Ini memberikan pengakuan yang lebih kredibel dan lebih tinggi bagi perguruan tinggi dan program studi yang terakreditasi oleh LAM," jelasnya.
Standar yang lebih tinggi ini, menurut Dr. Dandi, menunjukkan bahwa LAM memiliki peran yang lebih strategis dalam memastikan kualitas pendidikan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan global dan perkembangan zaman. Sebagai contoh, LAM dapat menetapkan kriteria yang lebih ketat dan lebih terperinci, yang dapat meningkatkan daya saing program studi di tingkat internasional.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Manfaat Proses Akreditasi
Dalam seminar tersebut, Dr. Dandi juga menyoroti tantangan yang dihadapi perguruan tinggi dalam memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh LAM dan BAN-PT. Proses akreditasi, baik yang dilakukan oleh BAN-PT maupun LAM, memerlukan persiapan yang matang, mulai dari penyusunan dokumen hingga pengelolaan proses internal yang melibatkan seluruh elemen di perguruan tinggi.
"Akreditasi bukanlah sekadar prosedur administratif, tetapi merupakan cara untuk memastikan bahwa perguruan tinggi dan program studi terus berupaya untuk meningkatkan kualitasnya. Oleh karena itu, seluruh civitas akademika harus terlibat aktif dalam proses ini," ungkap Dr. Dandi.
Bagi banyak perguruan tinggi, mengikuti proses akreditasi yang ketat ini bukanlah hal yang mudah. Namun, manfaat yang didapatkan sangat besar, terutama dalam hal pengakuan kualitas pendidikan dan peningkatan daya saing di tingkat nasional dan internasional. "Akreditasi yang baik dapat meningkatkan reputasi perguruan tinggi dan menjadi indikator bahwa institusi tersebut siap bersaing di pasar global," tambah Dr. Dandi.
ADVERTISEMENT
Peran Teknologi dalam Mendukung Proses Akreditasi
Sebagai seorang pakar digitalisasi kampus, Dr. Dandi juga membahas pentingnya pemanfaatan teknologi dalam mendukung proses akreditasi. Platform SEVIMA, yang telah digunakan oleh lebih dari 1.200 perguruan tinggi di Indonesia, menawarkan solusi digital yang dapat mempermudah proses akreditasi, terutama dalam hal pengelolaan data dan dokumen yang diperlukan untuk proses evaluasi. "Dengan adanya teknologi, perguruan tinggi dapat lebih mudah mengakses dan mengelola data akreditasi. Ini akan mempercepat proses persiapan dan meminimalisir kesalahan administrasi," tuturnya.
Selain itu, teknologi juga memungkinkan perguruan tinggi untuk melakukan monitoring dan evaluasi secara real-time terhadap kinerja akademik dan manajerial mereka, yang pada akhirnya akan mendukung penguatan sistem pendidikan tinggi di Indonesia.
Ajakan untuk Berkonsultasi
ADVERTISEMENT
Dr. Dandi juga mengajak seluruh peserta seminar yang memiliki pertanyaan atau membutuhkan konsultasi lebih lanjut untuk tidak ragu menghubungi SEVIMA. "Bagi perguruan tinggi yang membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai proses akreditasi atau ingin berkonsultasi terkait sistem digital untuk mendukung proses akreditasi, SEVIMA siap membantu," ujarnya.
Di akhir seminar, Dr. Dandi menekankan bahwa akreditasi adalah bagian penting dari perjalanan setiap perguruan tinggi untuk mencapai standar kualitas yang diharapkan. Proses ini bukan hanya sekadar memenuhi persyaratan administratif, tetapi juga merupakan langkah penting untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.