Airlangga Harap Produksi LNG Dalam Negeri Bisa Dipasok ke Proyek Smelter

11 Februari 2023 13:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Perekonomian Airlangga Hartanto saat ditemui kumparan di kantornya, Kamis (26/1/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Perekonomian Airlangga Hartanto saat ditemui kumparan di kantornya, Kamis (26/1/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta agar produksi gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) di dalam negeri bisa memasok energi untuk pabrik pengolahan mineral atau smelter.
ADVERTISEMENT
Airlangga menjelaskan, hal ini harus melihat ketersediaan gasnya terlebih dahulu, mengingat masih ada beberapa proyek hulu gas yang masih belum rampung dan berproduksi penuh.
Dia menyebutkan salah satunya proyek LNG Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek strategis nasional (PSN) ini digarap BP Berau, anak usaha perusahaan migas asal Inggris, BP.
Proyek berkapasitas 3,8 juta ton per tahun ini dikembangkan dengan nilai investasi USD 11 miliar atau Rp 159 triliun. Pengembangan dimulai sejak 2016 dan mengalami banyak tantangan, terutama karena COVID-19.
Secara total, Lapangan Tangguh menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 km2. Produksi gas bumi rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMSCFD.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah sendiri punya proyek di LNG di Bintuni yang diharapkan kapasitasnya akan meningkat. Operasi migas tersebut diharapkan bisa mengalokasikan proyek dalam negeri," ujarnya kepada awak media di Sambalagi, Morowali, Jumat (10/2).
Groundbreaking Proyek IGP Morowali milik PT Vale Indonesia, Xinhai, dan TISCO. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Selain itu, Airlangga juga menyinggung proyek Abadi Masela yang hingga kini juga masih mandek. Proyek ini diprediksi molor dua tahun dari target operasi di tahun 2027 karena revisi Plan of Development (POD) dan hengkangnya Shell sebagai operator pada 2020 lalu.
Dia meyakini proyek ini bisa menambah kapasitas gas untuk proyek dalam negeri. Proyek senilai USD 20 miliar atau Rp 287 triliun ini memiliki cadangan gas terbukti sebesar 10,7 triliun kaki kubik (TCF).
"Pemerintah masih punya proyek di Masela, namun proyeknya ini membutuhkan waktu untuk membangun, sehingga tentu pengalokasian gas sesuai dengan availability dari supply," jelas Airlangga.
ADVERTISEMENT
Adapun sejauh ini, smelter nikel pertama yang menggunakan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) berbasis LNG adalah smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) milik PT Vale Indonesia di Morowali, Sulawesi Tengah.
Kapasitas pembangkit ini hingga 500 megawatt (MW) diprediksi butuh pasokan LNG 22 juta British Thermal Unit (mmBtu) per tahun untuk memenuhi 28 persen kebutuhan listrik smelter.
Penggunaan LNG ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sampai 2 juta ton per tahun. Dengan investasi Rp 37,5 triliun, proyek smelter RKEF ini akan memproduksi 73 ribu ton nikel per tahun.