Akuisisi Supermarket, Grab Kini Masuk ke Bisnis Ritel

1 Februari 2022 17:01 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi belanja di supermarket. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belanja di supermarket. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Perusahaan superapp layanan on-demand, Grab, mengumumkan telah mengakuisisi saham mayoritas Jaya Grocer (Trendcell Sdn. Bhd.). Jaya Grocer merupakan jaringan supermarket terkemuka di Malaysia.
ADVERTISEMENT
Pengumuman tersebut disampaikan oleh CEO Group dan Co-founder Grab, Anthony Tan, melalui akun Linkedin-nya di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (2/1).
"Selamat datang di keluarga Grab! Setelah menghabiskan banyak waktu dengan pemilik -keluarga Teng- dan tim mereka selama beberapa bulan terakhir. Jelas bahwa mereka tidak hanya veteran dalam menjalankan bisnis supermarket yang kompleks, mereka juga berbagi nilai dan dedikasi untuk melayani pelanggan," ujar Anthony, dikutip dari Antara, Selasa (2/1).
Anthony mengatakan kinerja baik dari jaringan supermarket tersebut terlihat dari upaya mereka mengasapi salmon dan membuat makanan panggang lainnya secara mandiri untuk memastikan pelanggan mendapatkan produk terbaik.
"Ini hanyalah salah satu dari banyak hal yang membuka mata saya dan Alex Hungate, ketika kami mengunjungi pusat distribusi dan toko mereka dalam beberapa minggu terakhir," ungkap Anthony.
ADVERTISEMENT
Perusahaan transportasi online Grab. Foto: Beawiharta/Reuters
Melalui akuisisi tersebut, Anthony yakin kemitraan ini akan membuka jalan Grab untuk menyediakan bahan makanan sesuai permintaan pelanggan serta agar lebih mudah diakses oleh semua orang. Selain itu, hal ini juga memungkinkan kedua perusahaan tersebut berkembang lebih cepat dan lebih baik.
Grab dan Jaya Grocer juga mengumumkan peluncuran GrabPay dan GrabRewards di semua toko ritel fisik Jaya Grocer dan memperluas penggunaan dompet digital atau cashless populer milik Grab.
"Akuisisi ini dilakukan pada saat percepatan pertumbuhan dalam layanan pengiriman bahan makanan sesuai permintaan. Pembatasan pergerakan yang berkepanjangan dan kekhawatiran konsumen tentang keamanan dan kebersihan telah menyebabkan ledakan belanja bahan makanan online," terang Anthony.
Berdasarkan data, 64 persen pengguna internet di Asia Tenggara ternyata membeli bahan makanan secara online setidaknya satu kali selama pandemi. Namun, transaksi bahan makanan online hanya menyumbang sekitar 2 persen dari total pengeluaran bahan makanan.
ADVERTISEMENT
Diperkirakan, bisnis grosir online di Asia Tenggara dapat tumbuh hingga USD 50 miliar dalam nilai barang dagangan keseluruhan pasar e-commerce saat ini, dengan tingkat penetrasi 10 persen seperti pasar modern/supermarket atau advanced markets.