Apindo Minta Pemerintah Tetap Agresif Tarik Investasi di Tengah Pandemi

21 Juli 2021 14:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Seskab Pramono Anung (ketiga kanan) menerima pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (13/6). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Seskab Pramono Anung (ketiga kanan) menerima pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (13/6). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah untuk tetap agresif menarik investasi di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Investasi diperlukan agar perekonomian bisa kembali pulih.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Apindo, Agung Pambudi, mengatakan bahwa Kementerian Investasi perlu agresif untuk investasi. Menurutnya, investasi sangat mendesak dalam kondisi seperti ini.
“Kementerian Investasi memang harus agresif untuk menarik investasi untuk penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai tambah ekonomi agar dapat bangkit dari keterpurukan akibat pandemi,” ujar Agung dalam konferensi pers Wacana Pengenaan Pelarangan Beroperasi Bagi Sektor Industri Manufaktur Selama Penerapan PPKM Mikro Darurat, Rabu (21/7).
Implementasi UU Cipta Kerja juga dinilai menjadi poin penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional dari aspek realisasi investasi. Sementara terkait pandemi, Agung menilai, upaya vaksinasi untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) jadi hal yang utama. Sinergi dua hal ini dinilai sebagai kunci untuk akselerasi ekonomi dalam kondisi pandemi.
ADVERTISEMENT
“Investasi yang masuk saat ini akan butuh waktu direalisasikan, misalnya dalam hal administrasi, infrastruktur, dan kelembagaan. Sehingga harapannya saat pandemi bisa diatasi dengan program vaksin yang akan ada tambahan aktivitas ekonomi riil setelahnya,” jelasnya.
Sejumlah sektor industri seperti manufaktur yang berorientasi ekspor, farmasi, otomotif, dan infrastruktur pertambangan memang butuh waktu yang tak sebentar untuk beroperasi. Sehingga, saat ini Kementerian Investasi memang dituntut untuk terus menarik investasi.
Bahlil Lahadalia usai dilantik sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Rabu (28/4). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
Kementerian Investasi yang dipimpin Bahlil Lahadalia mendatangkan investasi anyar dari salah satu perusahaan pangan global Cargill, senilai USD 350 juta untuk jangka waktu sampai tiga tahun mendatang.
Rencana investasi ini terdiri atas perluasan usaha USD 50 juta, pabrik pengolahan jagung di Jawa Timur senilai USD 100 juta yang akan beroperasi secara komersial pada awal 2022, dan fasilitas kilang minyak kelapa sawit di Lampung senilai USD 200 juta yang telah dimulai dan ditargetkan selesai dibangun pada akhir 2022.
ADVERTISEMENT
“Kami mengapresiasi kehadiran Cargill yang sudah cukup lama di Indonesia dan telah berkontribusi memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Tim Kementerian Investasi siap membantu merealisasikan rencana investasi Cargill selanjutnya,” kata Bahlil.
Adapun selama tahun lalu realisasi investasi senilai USD 56,9 miliar atau setara 101,1 persen dari target realisasi senilai Rp 56,3 miliar. Hingga kuartal I 2021, realisasi investasi tercatat USD 15,1 miliar atau setara 24,4 persen dari target USD 62 miliar.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi, Ikmal Lukman, menjelaskan bahwa sejak tahun lalu pihaknya juga telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) yang khusus bertugas memfasilitasi dan memberikan layanan end-to-end bagi investor yang akan melakukan relokasi terkait hambatan perang dagang dan pandemi.
ADVERTISEMENT
“Satgas ini dibentuk untuk memanfaatkan peluang relokasi akibat perang dagang dan pandemi, kami juga akan memfasilitasi dan menyediakan layanan atau merelokasi layanan bisnis ke Indonesia. Sampai saat ini ada 162 perusahaan yang berminat merelokasi investasi dari luar Tiongkok ke Indonesia,” jelasnya.
Ikmal menjelaskan, pihaknya juga akan mendorong sejumlah upaya untuk lebih aktif menarik investor ke Indonesia. Mulai dari mempermudah akses perizinan dan perbankan, sampai memberikan layanan komperhensif kepada investor hingga mereka mulai melakukan produksi.
Upaya tersebut juga akan ditopang dengan sejumlah insentif berupa tax holidays, tax allowance, pembebasan bea masuk impor mesin dan bahan baku. Ada juga super deduction tax bagi investor yang menyerap banyak tenaga kerja, menyelenggarakan program vokasi, sampai mendorong aspek penelitian dan pengembangan.
ADVERTISEMENT