Bahlil ke Mahasiswa: Saya IPK 2,7, Tapi Bisa Jadi Menteri!

4 Oktober 2022 16:49 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menerima kunjungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kamis (14/7/2022). Foto: dok. Kementerian Investasi
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menerima kunjungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kamis (14/7/2022). Foto: dok. Kementerian Investasi
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memberikan orasi ilmiah kepada mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya hari Selasa (4/10). Di hadapan mahasiswa, Bahlil mengakui bahwa IPK dia ketika S1 dulu hanya 2,7.
ADVERTISEMENT
Kendati IPK pas-pasan, Bahlil mengatakan dirinya kini bisa menjadi menteri. Dia juga mengatakan kepada mahasiswa yang hadir bahwa nilai yang didapatkan semasa kuliah tidak menjamin kesuksesan karier.
"Yang pintar-pintar boleh lah, kalau yang pintar. Saya jujur saja IPK saya cuma 2,7. Tapi jadi menteri pula berani. Hati-hati. Nilai tak menjamin. Yang menjamin itu dari pergaulan, dan leadership," kata Bahlil.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memberikan orasi ilmiah di ITS Surabaya Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
Bahlil juga menceritakan bagaimana dirinya tidak bisa masuk universitas negeri sesuai dengan keinginannya. Bahlil bercerita, semasa tamat SMA dirinya sebenarnya berkeinginan untuk melanjutkan di salah satu dari tiga kampus impiannya, UI, ITB, atau ITS.
"Tapi apa boleh buat, setelah saya lulus Fakfak karena waktu itu saya hidup susah, akses komunikasi tak sebagus sekarang. Maka saya kemudian kuliah di Jayapura, itu pun bukan di Uncen (Cenderawasih University). Di sekolah tinggi swasta," kata Bahlil.
ADVERTISEMENT
Semasa kehidupannya menjadi mahasiswa, Bahlil bercerita jika dirinya termasuk mahasiswa aktivis. "Dan kalau mahasiswa nanti aktivis, mantan ketua BEM atau di Cipayung, kita tahu kerjanya kan, kerjanya kalau enggak pikir siapa yang kita naikkan besok, siapa yang kita turunkan. Dulu saya begitu. Dosen enggak kasih nilai, saya demo dosen. Karena itu IP saya hanya 2,7," terangnya.
Untuk memotivasi mahasiswa yang datang, mantan ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tersebut juga menceritakan bagaimana kehidupannya sebelumnya. Bahlil mengaku jika dirinya lahir dari keluarga tidak kaya. Bahkan, ibunya bekerja hanya sebagai pembantu rumah tangga sementara ayah Bahlil merupakan buruh bangunan dengan upah Rp 7.500.