Bahlil Pastikan Proyek Gasifikasi Baru Bara Sumsel 95 Persen Pakai Pekerja Lokal

24 Januari 2022 12:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahlil Lahadalia usai dilantik sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Rabu (28/4). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Bahlil Lahadalia usai dilantik sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Rabu (28/4). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, memastikan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Sumatera Selatan (Sumsel) akan dimaksimalkan pengerjaannya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan proyek tersebut terlaksana lewat kerja sama PT Bukit Asam Tbk, PT Pertamina (Persero), dan Air Products. Bahlil mengungkapkan investasi dari proyek hilirisasi batu bara menjadi DME itu semuanya berasal dari Amerika Serikat.
“Kami menyampaikan bahwa realisasi investasi ini sebesar Rp 33 triliun, Pak. Waktu (pengerjaannya) seharusnya 36 bulan, tapi kami rapat dengan Air Products, minta 30 bulan. Dan investasi ini full dari Amerika Pak, bukan dari Korea, bukan dari Jepang, bukan juga dari China,” kata Bahlil di depan Presiden Jokowi sebelum groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi DME di Sumsel, Senin (24/1).
Bahlil menegaskan investasi dari Amerika Serikat tersebut terbesar kedua setelah proyek Freeport. Selain itu, ia menganggap investasi dari negeri Paman Sam di proyek hilirisasi itu menunjukkan Indonesia tidak hanya bergantung ke satu negara saja kalau urusan investasi.
ADVERTISEMENT
Bahlil memastikan besarnya nilai investasi tidak membuat proyek tersebut dikuasai oleh tenaga kerja asing. Ia menegaskan, 95 persen pekerja dari lokal.
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sebelum keberangkatan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Utara. Foto: BPMI Setpres/Laily RE
“Bahwa ini, Bapak Presiden, lapangan pekerjaannya semuanya dari Indonesia. Jadi Air Products sudah saya panggil, tenaga kerjanya 95 persen dari Indonesia, yang dari 5 persen itu hanya masa konstruksi. masa produksinya itu akan dikaitkan dilibatkan PT BA dan PT Pertamina,” ujar Bahlil.
Bahlil menjelaskan proyek hilirisasi baru bara tersebut diperkirakan bakal membuka lapangan pekerjaan 12.000 sampai 13.000 dari konstruksi yang dilakukan oleh Air Products. Kemudian sekitar 11.000 sampai 12.000 dilakukan di hilir oleh Pertamina.
Bahlil menuturkan jumlah tersebut ditambah lagi saat existing berproduksi lapangan pekerjaan yang langsung bisa mencapai 3.000. Selain itu, kata Bahlil, pekerjaan yang tidak langsung atau efek gandanya bisa mencapai 3 sampai 4 kali lipat.
ADVERTISEMENT
Tak hanya soal lapangan kerja, Bahlil mengungkapkan kalau proyek hilirisasi batu bara menjadi DME bisa juga mengurangi impor LPG yang selama ini dilakukan.
Menurutnya, Indonesia impor LPG sebanyak 6 sampai 7 juta dalam setahun. Dengan adanya gasifikasi batu bara ini, setiap 1 juta ton hilirisasi, Indonesia bisa hemat subsidi LPG hingga Rp 7 triliun.
“Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi untuk melahirkan subtitusi impor,” kata Bahlil.