Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bank Dunia Ingatkan Beban Utang Negara Miskin dan Berkembang Makin Berat
12 Oktober 2021 14:47 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Data statistik utang internasional 2022 yang dirilis World Bank, menunjukkan utang negara-negara miskin dan yang berpenghasilan menengah di 2020 mencapai USD 8,7 triliun atau lebih dari Rp 123 ribu triliun.
Nilai utang itu naik 5,3 persen dibandingkan 2019. Aliran utang dari kreditur ke negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah di sepanjang 2020, mencapai USD 117 miliar.
Presiden Bank Dunia David Malpass mendorong pendekatan komprehensif untuk penanganan utang. Termasuk pengurangan, restrukturisasi yang lebih cepat, dan peningkatan transparansi.
"Utang yang berkelanjutan dan terkelola dengan baik, sangat penting untuk pemulihan ekonomi dan pengurangan kemiskinan,” katanya melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa (12/10).
Kekhawatiran Bank Dunia atau World Bank atas lonjakan utang negara miskin dan berpenghasilan menengah itu muncul, karena angkanya telah melampaui Pendapatan Nasional Bruto (GNI) dan pertumbuhan ekspornya.
ADVERTISEMENT
Rasio utang luar negeri terhadap GNI negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah, naik jadi 42 persen pada 2020 dari 37 persen di tahun sebelumnya. Demikian juga rasio utang terhadap ekspor, meningkat jadi 154 persen pada 2020 dari 126 persen di 2019.
"Perekonomian di seluruh dunia menghadapi tantangan berat akibat utang yang tinggi dan meningkat pesat," ujar Wakil Presiden Senior dan Kepala Ekonom Bank Dunia , Carmen Reinhart. Ia menyebut regulator harus mengantisipasi risiko ketika pasar keuangan bergejolak, terutama di pasar negara dan ekonomi berkembang.