Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Begini Strategi Pertamina Mitigasi Risiko Pelemahan Rupiah dan Minyak Mahal
16 April 2024 15:32 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) mengakui peningkatan beban operasional di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan harga minyak mentah dunia imbas eskalasi konflik Iran-Israel.
ADVERTISEMENT
Saat ini, nilai tukar rupiah sudah menembus angka Rp 16.175 per dolar AS. Sementara harga minyak mentah Brent pada penutupan Senin (15/4) mencapai USD 90,10 per barel dan harga West Texas Intermediate (WTI) USD 85,41 per barel.
Manager Media dan Stakeholder Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menuturkan pihaknya terus memonitor situasi yang mempengaruhi harga minyak dunia dan komponen produksi BBM dalam negeri.
Dinamika harga minyak mentah yang fluktuatif, kata dia, telah dimitigasi agar tidak mengganggu operasional perusahaan. Salah satunya hedging nilai valas dan mencari sumber energi yang lebih murah.
"Pertamina Patra Niaga memanage risiko kenaikan biaya akibat pelemahan nilai tukar dengan beberapa mitigasi seperti hedging nilai valas, efisiensi biaya distribusi, mencari sumber LPG dan BBM yang paling optimum," ungkapnya kepada kumparan, Selasa (16/4).
ADVERTISEMENT
Sebagai badan usaha penugasan, lanjut Heppy, Pertamina Patra Niaga terus berkomitmen untuk menjaga pasokan BBM dan LPG nasional dan menyalurkannya sesuai kebutuhan masyarakat untuk mendukung kegiatan ekonomi dan konsumsi dalam negeri.
Dengan begitu, dia memastikan Pertamina Patra Niaga mematuhi kebijakan pemerintah menahan kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi hingga Juni 2024, meskipun ada gempuran konflik Iran-Israel.
"Terkait harga BBM dan LPG, Pertamina Patra Niaga juga berkomitmen mendukung kebijakan dan upaya Pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih stabil dan kondusif," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, mengatakan ketegangan geopolitik dan pengurangan pasokan OPEC+ telah mengerek harga minyak dunia tahun ini naik hampir 18 persen.
Meski demikian, lanjut dia, di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut, Pertamina Patra Niaga akan terus menjaga pasokan BBM nasional dan stabilitas harga.
ADVERTISEMENT
“Kecenderungan harga minyak mentah naik, namun kami tetap memastikan pasokan BBM nasional dalam kondisi aman. Kami juga komitmen menjaga harga BBM domestik tetap stabil agar tidak berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat,” ujarnya melalui keterangan resmi.
Adapun pemerintah sudah meminta Pertamina tidak menaikkan harga BBM nonsubsidi sejak Februari hingga Juni 2024. Langkah ini dinilai perlu untuk menstabilkan gejolak inflasi usai Pilpres 2024.
Padahal, biasanya Pertamina melakukan penyesuaian harga BBM setiap awal bulan, mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia, nilai tukar Rupiah, dan Mean of Platts Singapore (MOPS).
"Sebagai perusahaan negara, kami mendukung upaya Pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih stabil dan kondusif," tegas Riva.