Belanja Menara dan Fiber Optik, Mitratel Raup Cuan Baru Rp 180 M per Tahun

30 November 2023 14:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melakukan pemeliharaan jaringan broadband di menara Base Tranceiver Station (BTS) milik sebuah operator telekomunikasi di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (3/2/2023). Foto: Basri Marzuki/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melakukan pemeliharaan jaringan broadband di menara Base Tranceiver Station (BTS) milik sebuah operator telekomunikasi di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (3/2/2023). Foto: Basri Marzuki/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Perusahaan infrastruktur telekomunikasi (Infraco), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), agresif memborong menara dan fiber optik. Terbaru, emiten yang biasa disebut Mitratel itu membeli 803 menara dan 947 km fiber optik dengan menggelontorkan Rp 1,835 triliun.
ADVERTISEMENT
Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama, menjelaskan langkah akuisisi yang dilakukan Perseroan merupakan langkah bisnis strategis dan produktif. Strategis artinya memperkuat fokus bisnis MTEL sebagai perusahaan infrastruktur digital terbesar, dan produktif artinya efektif menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
"Jadi akuisisi yang dilakukan Mitratel sebagai infraco itu beda dengan industri manufaktur. Kalau mereka kan beli pabrik, beli tanah. Harus dibangun dulu baru menghasilkan. Kalau kita akuisisi menara atau fiber optik itu, begitu di hari pertama kita beli sudah menghasilkan (revenue)," kata Hendra Purnama dalam perbincangan dengan media di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (30/11).
Mitratel melakukan aksi korporasi terbaru dengan memborong 803 menara dan aset fiber optik sepanjang total 967 km. Akuisisi senilai total Rp 1,835 triliun itu dilakukan menggunakan sisa dana yang diperoleh dari IPO Perseroan pada 22 November 2021.
ADVERTISEMENT
Direktur Investasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, Hendra Purnama. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Sebanyak 803 tower telekomunikasi itu diakuisisi MTEL dari PT Gametraco Tunggal senilai Rp1,75 triliun. Dari langkah bisnis tersebut, Perseroan juga menambah 1.327 penyewa eksisting di menara yang diakuisisi.
Sementara itu akuisisi fiber optik sepanjang total 967 km, dilakukan melalui transaksi senilai Rp 85 miliar, dengan PT Power Telecom.
Fiber optik sepanjang itu terbentang di tiga provinsi di Pulau Jawa, yakni Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. Menurut Teddy, jaringan serat optik ini bernilai strategis karena melengkapi portofolio bisnis tower dengan Billable ratio sebesar 1,18x.
"Dari dua akuisisi itu, kita dapat tambahan penghasilan Rp 180 miliar per tahun. Itu dengan kondisi eksisting saja. Tentu kita akan mengembangkan (supaya pendapatan) lebih besar lagi," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dengan langkah akuisisi tersebut, saat ini Mitratel memiliki total 37.894 menara telekomunikasi dan menjadi yang terbesar tak hanya di Indonesia, tapi Asia Tenggara. Sementara jaringan fiber optik yang dikuasai melonjak jadi 30.009 km.