BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga Acuan 0,5 Persen Demi Kendalikan Rupiah

16 April 2024 17:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan Agustus 2023, Kamis (24/8/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan Agustus 2023, Kamis (24/8/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kurs rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 16.000. Dikutip dari Bloomberg, sampai pukul 15.50 WIB kurs rupiah melemah 2,07 persen ke level Rp 16.175.
ADVERTISEMENT
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mengambil keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin atau 0,5 persen demi mengendalikan rupiah yang kian tertekan.
"BI selain melakukan intervensi di pasar DNDF yaitu perdagangan valuta asing dan obligasi, BI kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga guna mengerem pelemahan mata uang yang di luar dugaan di atas Rp 16.000. Bisa 25 basis poin, atau 50 basis poin," kata Ibrahim kepada kumparan, Selasa (16/4).
Adapun Rapat Dewan Gubernur BI pada Maret 2024, BI memutuskan menahan suku bunga acuan di level 6 persen. BI terakhir menaikkan suku bunga pada Oktober 2023 lalu, setelah selama 8 bulan berturut-turut menahan suku bunga di level 5,75 persen dari Januari 2023.
ADVERTISEMENT
Ibrahim menjabarkan, faktor yang membuat rupiah melemah di antaranya karena data perekonomian di Amerika Serikat menyatakan inflasi cukup tinggi, dan data penjualan ritel di sana juga melonjak. Selain itu ada sinyal dari The Fed akan memangkas suku bunga bila inflasi di AS menunjukkan tren membaik.
"Ada beberapa pendapat bahwa suku bunga Amerika Serikat turun di semester II yang awalnya 75 basis poin, turun 50 basis poin, bahkan jadi 25 basis poin. Ini yang membuat dolar kembali mengalami penguatan," kata dia.
Faktor lainnya adalah eskalasi konflik Iran-Israel yang kian panas. Ibrahim bilang, investor khawatir konflik ini berkepanjangan dan berpotensi meletuskan perang dunia ketiga.
Kondisi eksternal tersebut akan membuat kinerja ekonomi di dalam negeri yang positif akan menjadi tidak punya pengaruh besar. Catatan pemerintah, data perekonomian Indonesia masih tumbuh solid 5 persen, dengan inflasi 2,5 plus minus 1 persen, neraca dagang yang dirilis terakhir pada Februari juga masih surplus, plus ada cadangan devisa sekitar USD 136 miliar.
ADVERTISEMENT
"Sehingga untuk Rupiah kemungkinan besar akan terus mengalami pelemahan. Ini sangat wajar. Walaupun data ekonomi dalam negeri cukup bagus," tegas Ibrahim.