Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Biaya Lebih Efisien, PLN Beli Listrik dari PLTU Swasta
4 Juni 2017 9:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT

PT PLN (Persero) terus berupaya melakukan efisiensi dalam biaya produksi listrik, salah satunya melalui kerja sama dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PLN Sofyan Basyir, menyebutkan perusahaan telah menandatangani perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dari enam unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang terletak di mulut tambang batu bara.
"Kapasitasnya kira-kira 1.500 MW (Megawatt). Itu kira-kira enam pembangkit," ujar Sofyan di Jakarta, Minggu (4/6).
Ia memaparkan, rencananya penandatanganan jual beli listrik tersebut akan berlangsung bulan depan. Enam pembangkit tersebut tersebar di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
"Bulan depan enam masuk (tanda tangan kontrak jual beli pembangkit mulut tambang di Sumatera dan Kalimantan," kata Sofyan.
Untuk diketahui, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2017 - 2026 menyebutkan, PLN akan mengembangkan PLTU Mulut Tambang dengan target total kapasitas sebesar 7.300 MW. Di mana 1.600 MW PLTU Mulut Tambang akan dibangun di Kalimantan. Sisanya berlokasi di Sumatera.
ADVERTISEMENT
[Baca juga: Warga Riau Rusak Kantor PLN karena Listrik Mati ]
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, Kementerian ESDM terus mendorong PLN bekerja sama dengan pihak swasta agar biaya listrik lebih murah.
"Kami sudah meluncurkan sejumlah inovasi, di antaranya mendorong kerja sama PLN dengan IPP (Independent Power Producer), mereka harus membangun PLTU mulut tambang atau PLTG kepala sumur (well head) yang dekat dengan sumber batu bara dan gas, jadi biayanya lebih murah," kata Jonan.
Menurut Jonan, saat ini harga batu bara yang masih fluktuatif karena sentimen global, lebih baik dimanfaatkan untuk menggenjot industri PLTU.
"Saat ini China memproduksi 3 miliar ton batu bara dan konsumsi lokal mereka lebih dari itu, sekitar 3,5 - 3,6 miliar ton per tahun. Jika China diperbolehkan untuk meningkatkan produksi mereka, semua produsen batu bara akan terkena dampaknya. Sementara konsumsi lokal hanya 20 persen dari produksi batu bara Indonesia. Sehingga artinya 320 juta ton akan diekspor," kata Jonan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, konsumsi lokal bisa digenjot dengan memperbanyak pembangunan PLTU mulut tambang. Hal ini sejalan dengan target pemanfaatan batu bara untuk sektor kelistrikan pada 2025 yang mencapai 50,4 persen dari total energi nasional.
Adapun terkait bauran energi, pada 2025 pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT) ditargetkan pemerintah sebesar 22,6 persen atau naik dari target sebelumnya sebesar 19,6 persen. Sementara batu bara ditargetkan 50,4 persen, gas 26,6 persen dan BBM sebanyak 0,4 persen.